Bullying And Bloody Letters

Masih Mencintai Larasati



Masih Mencintai Larasati

0Sepulang dari sekolah barunya Audrey pun menunggu tepat di depan gerbang Superior High School.     
0

"Eh, itu Audrey ya?" tukas salah satu teman sekelasnya.     

"Iya, tuh! seragamnya sudah ganti! haha dia pindah ke sekolah gembel ya?!" ledek  siswi yang lainnya.     

"Iya, kan dia sekarang sudah jatuh miskin haha!"     

Manta teman-teman sekelas Audrey itu pun beramai-ramai menghina Audrey.     

Namun Audrey sama sekalipun tidak membalasnya.     

"Aku benar-benar, tidak yakin ini bisa terjadi kepadamu! tapi aku suka mendengarnya dasar tukang tindas yang kena karma! cih!"     

Bahkan sampai ada yang membuang ludah kepadanya, dan saat itu pula Audrey mulai geram.     

"Diam!" teriak Audrey, dan seketika teman-temannya itu pun terdiam.     

"Kalian pikir aku sudah jatuh miskin ya!?" tanya Audrey.     

Lalu mereka pun diam saja.     

"Dengar, ini alamat rumahku!" Audrey memberikan kertas yang bertuliskan alamat rumah neneknya.     

"Kalian bisa mendatangi rumah itu kalau ingin tahu aku benar-benar sudah jatuh miskin atau tidak!" tukas Audrey.     

      

Lalu teman-temannya itu pun membaca alamat rumah itu, dan salah satu dari mereka mengaku tahu letak alamat rumah itu.     

"Ini kan alamat perumahan elite," tukasnya.     

      

"Iya benar! dan aku tinggal di situ! aku pindah dari sini bukan karna miskin, tapi karna malas bertemu dengan orang-orang jahat seperti kalian!" cantas Audrey.     

"What, kita jahat?! bukanya kamu yang jahat," sahut salah satu siswi itu.     

Dan Audrey pun diam saja, lalu tak lama Larisa pun keluar gerbang bersama Alex.     

Saat melihatnya Audrey langsung memanggilnya.     

"Larisa!" teriaknya.     

Dan Larisa pun menjadi kaget, "Alex, dia datang lagi!" kata Larisa.     

"Tenang biar aku yang hadapi," kata Alex.     

      

Lalu Alex menarik paksa tangan Audrey dan Larisa mengikutinya dari belakang.     

"Alex! apa-apaan sih, sakit tahu!" kata Audrey.     

"Kamu yang apa-apaan?!" tanya Alex.     

"Ya aku mau bertemu dengan Larisa, mau apa lagi?" kata Audrey.     

"Sebenarnya apa tujuanmu datang kemari?" kata Alex.     

"Bisa kita ngobrol di tempat yang agak nyaman?" kata Audrey.     

      

Lalu mereka bertiga pun berhenti di sebuah cafe, dan mereka makan bersama.     

"Baik, sekarang sudah nyaman? kamu bisa katakan apa tujuanmu?" tegas Alex.     

"Iya, Audrey," imbuh Larisa sambil menunduk dan tak berani menatap wajah Audrey.     

Audrey pun langsung memegang tangan Larisa.     

"Larisa, aku minta maaf," ucap Audrey.     

Dan Larisa pun langsung melepas pegangan tangan Audrey sambil menunduk.     

Tapi Audrey tak menyerah dia kembali menarik dan memegang tangan Larisa.     

"Larisa, aku ini bersungguh-sungguh, aku ingin meminta maaf kepadamu. Aku benar-benar menyesal," tukas Audrey memelas.     

Lalu Alex menyingkirkan tangan Audrey dari Larisa.     

"Katakan apa tujuanmu yang sebenarnya?" kata Alex.     

"Aku, tidak ada maksud lain, dan kedatanganku kemari adalah murni benar-benar ingin meminta maaf kepada Larisa," jelas Audrey.     

Alex tersenyum tipis dengan sinis, "Setelah apa yang terjadi dan bahkan kamu ingin menabrak kami dengan mobilmu. Lalu haruskah kami akan percaya jika niat meminta maafmu itu tulus?" tanya Alex.     

Audrey pun menunduk, dia sadar jika selama ini dia sudah kelewat batas, dan hal itu sudah membuat Larisa dan juga Alex tidak percaya lagi kepadanya.     

Lalu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, Audrey pun turun dari kursi dan berlutut kepada Larisa.     

Audrey pun sampai memohon di depan Larisa.     

"Larisa, aku mohon ... maaf kan aku, aku tahu aku sudah kelewatan, aku juga tahu jika aku tidak pantas di maafkan, tapi aku mohon maaf kan aku, meski kamu tidak mau menjadi temanku, aku mohon tetaplah maafkan aku ... hik ...."     

Larisa pun merasa sangat canggung dan tidak enak, apalagi orang-orang sampai melihatnya dan Audrey.     

"Audrey sudah, kamu tidak perlu berlutut begini, lihat mereka melihatimu," kata Larisa, "ayo bangun Audrey, apa kamu tidak malu berlutut kepadaku?" tanya Larisa.     

"Aku tidak peduli, aku hanya ingin kamu mau memaafkanku, Larisa! aku tidak mau hidup selamanya menjadi penindas yang jahat, jadi aku mohon maafkan aku ...,"  mohon Audrey.     

"Iya, aku akan memaafkanmu, tapi tolong kamu berdiri saja, jangan berlutut kepadaku," kata Larisa.     

Dan mendengar Larisa yang mau memaafkan dirinya, Audrey pun sangat bahagia, dengan reflect dia langsung memeluk Larisa.     

Larisa pun sampai kaget, dia tidak menyangka Audrey sampai memeluknya begini, padahal jangankan memeluk menyentuh saja enggan, kecuali jika akan menyakitinya.     

"Audrey, ini benar Audrey?" tukas Larisa yang merasa tak percaya.     

"Tentu saja benar! dan akan aku pastikan Audrey yang sekarang bukan lagi Audrey yang dulu!" ucapnya penuh percaya diri.     

      

Alex pun sampai heran melihatnya, karna senyuman dan ucapan Audrey terlihat jelas bahwa dia sangat tulus dari hatinya?     

Dan setelah keadaan sudah tenang mereka pun kembali dulu di bangku masing-masing.     

Lalu Audrey mulai bercerita tentang apa yang membuatnya ingin berubah.     

"Aku ingin berubah, karna aku tidak ingin menjadi seperti Mami," kata Audrey.     

"Apa kamu sudah tahu cerita tentang Bu Seruni, yang dulu?" tanya Alex.     

"Iya, bahkan semuanya dan tidak ada yang tersisa," jawab Audrey.     

      

'Audrey bilang dia tahu semua tentang Ibunya, apa dia juga tahu tentang Larasati ya?' batin Larisa.     

"Larisa, apa kamu tahu tentang Larasati?" tanya Audrey.     

Dan Larisa pun langsung kaget, begitu pula dengan Alex.     

"Dari mana kamu tahu tentang Larasati?" tanya Alex.     

"Aku sudah tahu banyak tentang dia," kata Audrey.     

"Apa termasuk, siapa pembunuhnya?" tanya Alex lagi yang memancing-mancing.     

"Iya, aku tahu semuanya. Dan berkat hal itu aku belajar banyak hal dan sekarang aku bisa berubah," jelas Audrey.     

"Termasuk jika Ibu mu yang menjadi pembunuhnya?" tanya Alex yang menohok.     

Dan hal itu membuat Audrey tertegun, dan dia pun menganggukkan kepalanya dengan ragu-ragu.     

Dengan suara pelan dia berkata, "Bahkan aku juga sudah bertemu dengan Wijaya," jelas Audrey.     

Larisa dan juga Alex merasa kaget, bahkan Audrey sudah malangkah lebih jauh dari mereka, karna dia sudah bertemu dengan Wijaya.     

Sementara mereka berdua belum sempat menemuinya, karna tidak mengetahui alamatnya.     

      

Dan setelah itu Audrey pun menceritakan apa saja informasi yang dia dengar dari Wijaya.     

Akhirnya setelah mendengar informasi itu pun Larisa dan Alex meminta di antarkan menemui Wijaya, hari itu juga.     

Audrey pun juga menyetujuinya.     

      

***     

      

Setelah mereka sampai di rumah Wijaya, mereka mulai mengetuk pintunya.     

Dam Wijaya pun menemui mereka bertiga.     

Larisa dan Alex ingin mendengar langsung dari mulut Wijaya sendiri tentang kisahnya.     

"Pak Wijaya, apa Anda masih mencintai Larasati?" tanya Alex.     

Dan Wijaya pun mengangguk dengan mata berkaca.     

"Iya, benar!" jawab Wijaya     

Lalu tak lama, tiba-tiba Larasati pun datang dan segera merasuk di tubuh Larisa.     

Larisa yang awalnya terlihat normal tiba-tiba menangis histeris dan dalam sekejap berubah bahagia dan tertawa-tawa.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.