Bullying And Bloody Letters

Kekuatan Yang Tiba-tiba Menyerangnya.



Kekuatan Yang Tiba-tiba Menyerangnya.

0Larisa menunduk sambil menangis, "Hik, Sebenarnya Pak Wijaya itu adalah Ayah kandungku," jelas Larisa.     
0

"Apa?!" Alex sangat kaget, "bagaimana ceritanya?" tanya Alex yang penasaran.     

Akhirnya Larisa pun menceritakan semuanya kepada Alex di tempat itu juga.     

Alex awalnya tidak memercayainya dan berpikir bahwa itu semua hanya akal-akalan  Wijaya saja agar bisa dekat kepada Larisa.     

Tapi Larisa membuktikannya secara rinci dia juga menujukan foto-foto yang dari Wijaya waktu itu.     

Larisa sengaja membawanya ke sekolah karna dia ingin menunjukkan kepada Alex.     

Tapi belum sampai sekolah malah dia sudah menunjukkannya duluan karna paksaan Alex.     

Setelah menceritakannya, Larisa kembali menunduk karna ketakutan.     

Lalu Alex pun mengangkat wajah Larisa.     

"Larisa kamu jangan takut, aku tidak marah kok, 'kan kamu sudah menceritakan alasannya," tukas Alex.     

Tapi Larisa masih menunduk dan menangis, karna Larisa masih teringat dengan bentakan Alex tadi. Bentakan itu terasa membekas di hati Larisa karna, tak biasanya Alex membentaknya.     

      

Melihat Larisa yang menangis karenanya membuat Alex merasa kasihan sekaligus merasa bersalah kepadanya.     

"Larisa, aku minta maaf ya," kata Alex, "aku janji tidak akan membentakmu lagi," ucapnya lagi.     

Tapi Larisa masih menangis sesenggukan.     

"Larisa, lihat aku dong," kata Alex lagi dengan suara pelan.     

Dan perlahan Alex pun memeluk Larisa, dan Larisa langsung kaget.     

Matanya langsung terbuka dan jantungnya kembali berdebar kencang.     

"Larisa, aku minta maaf ya," kata Alex yang tak henti-hentinya meminta maaf.     

Tapi Larisa masih didiam saja.     

Lalu Alex semakin memeluknya erat dan di situ Larisa merasa tidak nyaman karna mereka berpelukan di pinggir jalan raya.     

"Alex, lepasin dong! pelukannya, gak enak di lihat orang," kata Larisa dengan suara pelan.     

Dan Alex pun tersenyum karna mendengar Larisa akhirnya mau berbicara.     

"Ok, aku akan melepaskan pelukannya, tapi kamu harus berjanji untuk memaafkanku,"  pinta Alex.     

"Iya, Alex!" jawab Larisa.     

"Yes!" Alex pun merasa sangat bahagia, dan dia langsung mencium kening Larisa, kemudian lompat jingkrak-jingkrak karna saking senangnya.     

"Muaah! i love you Larisa," kata Alex lagi, kali ini sambil mencium pipi Larisa.     

Dan Larisa kembali menundukkan kepalanya lagi, tapi bukan karna takut atau bersedih  melainkan karna tersipu malu habis di cium Alex.     

      

      

Setelah itu tiba-tiba terdengar klakson mobil di belakang mereka.     

      

Tin! tin!     

Alex dan Larisa langsung kaget dan tak sadar Larisa memeluk Alex.     

"Ehemm! ini jalanan woy!" teriak Tyas dari balik kaca jendela mobilnya.     

Dan mobil Tyas pun tetap melaju tapi dengan pelan-pelan.     

      

      

"Hah, Bu Tyas!" ucap Larisa yang malu, "astaga aku malu banget, Alex!" kata Larisa.     

"Udah, gak apa-apa kok, Bu Tyas juga ngerti, dia kan juga pernah muda hehe," ledek Alex.     

"Alex!"     

      

      

      

***     

      

Sementara itu di kelas Holly, tampak gusar menunggu, Brian datang.     

Karna sejak kemarin Brian tidak juga berangkat ke sekolah.     

Holly tidak tahu jika Brian sudah pindah dari Superior High School.     

Semenjak kematian sang ayah yang dirasa tidak wajar itu  Brian menjadi sangat membenci Tyas.     

Dan dia masih berpikir jika Tyas adalah penyebab kematian sang ayah.     

Dan karna itu dia memutuskan untuk pindah sekolah,  semata-mata karna pesan dari sang ayah juga menginginkan dia untuk pindah sekolah.     

Sebenarnya kasus vidio dan juga merokok itu, masih bisa di toleransi oleh Tyas, kalau Brian benar-benar mau berubah. Tapi memang Brian sendiri saja yang benar-benar sudah tidak ingin berada di sekolah itu juga.     

      

"Kenapa sih, Brian tidak masuk sekolah, sudah dua hari ini, dan kenapa nomor teleponnya juga tidak aktif?" gumam Holly yang bertanya-tanya.     

Lalu karna saking penasarannya Holly pun pergi ke ruang kepala sekolah, untuk bertanya tentang Brian.     

      

Setelah dia keluar dari ruangan kepala sekolah, Holly pun tampak kecewa  karna mendengar ternyata, Brian sudah pindah sekolah.     

Tyas tidak menceritakan kronologi pindahnya Brian karna apa.     

Karna menurut Tyas itu adalah privasi. Dan hal itu tentu membuat Holly merasa jika pindahnya Brian dari sekolah ini karna Larisa.     

Karna selama ini Larisa yang menjadi incaran Brian selalu membuat Brian dan dirinya menjadi sial.     

      

"Pasti gara-gara gadis jelek itu, karna selama ini dia yang menjadi biang masalah antara Brian dan aku," kata Holly yang kesal.     

Dan tak lama kemudian Larisa pun lewat di depan kelasnya bersama Alex.     

Holly pun memandangnya dengan perasaan kesal dan marah, rasanya dia ingin menghabisi Larisa saat ini juga. Tapi di samping Larisa sedang ada Alex yang selalu siap siaga menjaganya.     

      

"Aku tidak peduli jika kesialan atau arwah itu merasuk ke dalam tubuh Larisa lagi. Sekarang yang terpenting bagiku adalah menghabisinya." Ucap Holly.     

      

Holly kembali mencari-cari kesempatan untuk bisa mencelakai Larisa, hampir mirip situasi dahulu, dan Alex selalu saja ada di samping Larisa.     

      

Karna di sekolah dia tidak bisa mencelakai Larisa, Holly pun berencana akan mencelakai Larisa di luar sekolah.     

      

      

Sepulang dari sekolah Holly mengikuti Larisa dan memantau kegiatan Larisa yang tengah asyik bekerja membantu sang ibu berjualan sate.     

      

"Aku pikir sayang sekali kalau langsung menghabisi gadis itu begitu saja, sebaiknya mungkin akan lebih baik jika aku buat saja mereka menderita," kata Holly sambil mengintip Larisa.     

      

Dan setelah hari mulai gelap, Larisa dan ibunya mulai bergegas untuk menutup warung satenya.     

Lalu setelah selesai membereskan semuanya, mereka berdua pun bersiap-siap pulang dan menunggu angkutan umum.     

Saat itu Holly mulai gusar karna tak tahan ingin melancarkan niat buruknya.     

Dan setelah itu mereka pun  pergi menaiki angkutan umum yang kebetulan lewat di depan mereka.     

Holly pun merasa sangat bahagia.     

"Aku sekarang kan hanya ingin mengerjai Larisa lewat warung kumuhnya ini. Bukan mengerjai Larisa secara langsung. Artinya tidak mungkin kan arwah itu akan datang dan merasuki Larisa lalu menyerangku," kata Holly penuh keyakinan.     

      

Dan perlahan Holly keluar dari persembunyiannya sambil membawa dirigen kecil di tangannya.     

Dia berjalan mengendap-endap menuju warung Larisa yang tengah tutup itu.     

Kebetulan saat ini suasana begitu sepi.     

Holly langsung membuka tutup dirigen itu, dan dia hendak menyiramkan bensin yang ada di dalam dirigen itu ke warung Larisa.     

Tapi baru akan menyiramkannya, tiba-tiba Larasati datang.     

Dan dia merebut dirigen itu dari tangan Holly.     

Holly merasa kaget karna tiba-tiba saja dirigen itu terlepas dari tangannya dan melayang-layang di udara.     

Dan Holly pun merasa sangat ketakutan dia hendak berteriak, tapi tiba-tiba mulutnya terasa ada yang membungkamnya, dia juga ingin berlari tapi kakinya terasa berat hingga dia tak mampu melangkah.     

Dan tepat saat itu juga Larasati menyiramkan bensin itu ketubuh Holly. Holly sama sekali tidak bisa melihat kehadiran Larasati.     

Yang dia lihat hanya ada kekuatannya yang saat ini tengah menyerangnya.     

      

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.