Bullying And Bloody Letters

Audrey Yang Manja



Audrey Yang Manja

0Seruni yang merasa jika jimat pemberian dari sang dukun itu kurang manjur, dia pun kembali mendatangi dukun itu dan meminta jimat yang lebih ampuh lagi.     
0

"Mbah, saya tidak mau tahu pokoknya saya harus bisa mengalahkan hantu itu!" ucap Seruni.     

"Baiklah kalau begitu, kamu cukup selalu pegang jimat yang kemarin kemana pun kamu pergi, dan aku akan memberi kan ini!" Dukun itu mengeluarkan sebuah botol kecil berisi air kepada Seruni.     

"Apa ini Mbah?" tanya Seruni.     

"Itu air keramat yang bisa kau gunakan menyerang makhluk itu jika dia mendekatimu!" jawab dukun.     

      

Lalu Seruni pun pergi meninggalkan rumah dukun itu setelah mendapatkan apa yang dia mau.     

"Setelah ini jangan pikir kamu akan bisa mengalahkanku lagi, Larasati!" ucap Seruni dengan sombong.     

      

***     

      

Sementara itu di sekolah Alex dan Larisa sedang mengerjakan tugas bersama di ruang perpustakaan.     

"Kita butuh buku referensi lagi tidak?" tanya Alex.     

"Ah, kayaknya gak perlu deh, " kata Larisa.     

Setelah beberapa menit berlalu  mereka pun berhasil menyelesaikan tugasnya.     

"Larisa, tugasnya sudah selesai ni, masih ada waktu istirahat 20 menit, mau pergi ke kantin enggak?" tanya Alex kepada Larisa.     

"Ah, aku masih kenyang, kamu saja yang ke kantin," jawab Larisa.     

"Aku, gak terlalu lapar sih, tapi kalau kamu tidak mau ke kantin, yasudah aku temani kami di sini saja," ucap Alex.     

"Yasudah, kamu makan ini saja," Larisa mengeluarkan, tempat makanan kecil berisi sandwich buatannya sendiri.     

"Wah, ini buat aku?" tanya Alex.     

Dan Larisa mengangguk sambil tersenyum.     

"Terima kasih, Pacarku, muaah ...." ucap Alex sambil mengecup pipi Larisa sesaat.     

Larisa pun menggelengkan kepalanya sambil  memegang bekas ciuman Alex.     

Dan Alex dengan lahap memakan sandwich buatan Larisa.     

Larisa tampak bahagia melihat Alex yang begitu bahagia mendapatkan makanan darinya.     

"Larisa, besok buatkan lagi ya?" kata Alex.     

Larisa kembali mengangguk di hadapan Alex.     

Sambil melihat Alex makan, Larisa pun memberi pertanyaan kepada Alex.     

"Setelah lulus dari sekolah ini, kamu akan kemana, Alex?" tanya Larisa.     

Dan setelah mendengar pertanyaan itu, Alex langsung terdiam sejenak dan menaruh potongan sandwich itu ke atas meja.     

"Kok, kamu tiba-tiba saja bertanya soal itu?" tukas Alex.     

"Loh, memangnya tidak boleh ya, kalau aku bertanya sial itu?" tanya balik Larisa.     

"Ah, ya boleh dong," kata Alex,     

"Terus?"     

"Terus apa?"     

"Ya, terus jawaban dari pertanyaan ku tadi apa, Lex?"     

"Oh itu ...." Alex langsung menggaruk kepalanya sendiri.     

Alex bingung harus berkata apa, karna dia belum siap jika melihat Larisa bersedih, karna mendengar dia yang akan pindah ke luar negeri.     

"Loh, kok kamu masih bingung begitu sih?" padahal kan tinggal jawab aja lo," ucap Larisa.     

"Yah, habisnya aku bingung dan aku belum punya rencana pasti," jawab Alex.     

"Eh, ya gak boleh begitu dong, kamu itu harus punya planing, setiap orang pasti punya cita-cita, dan aku yakin kamu juga punya cita-cita, 'kan?"     

"Iya, Larisa. Nanti kalau udah tentu pasti aku akan memberitahumu kok," ucap Alex.     

      

Dan dalam hati Alex berkata, 'Jujur kalau bisa memilih aku juga ingin tetap terus bersama mu di sini, Larisa.'     

      

Dan tak lama bel masuk pun mulai terdengar.     

"Eh, sudah bel tuh, ayo ke kelas!" ajak Larisa.     

      

Lalu mereka berdua pun langsung pergi ke kelas.     

"Pagi, Larisa! by the way, tugas kamu sudah selesai?" tanya teman satu kelasnya.     

"Ah, udah kok." Jawab Larisa.     

"Aw, memangnya kamu satu kelompok dengan siapa?" tanya temannya lagi.     

"Aka bersama Alex."     

"Owh, sayang sekali aku kira kamu belum punya kelompok  jadi aku mengajak mu untuk bergabung,"     

"Yah, sayang sekali maaf ya, Natasya! aku sudah dapat."     

"Ah, yasudah deh tidak apa-apa, mungkin lain kali kalau kita ada tugas kelompok lagi kamu bergabung dengan ku ya," kata temannya lagi, yang tampak kecewa.     

"Iya," jawab Larisa.     

      

      

Sedikit demi sedikit, Larisa mulai berinteraksi dengan teman yang lainnya, selain Alex.     

Bahkan akhir-akhir ini hampir tidak ada lagi orang yang menghina Larisa,  apalagi sampai merundung.     

Larisa merasa sangat nyaman dan bahagia. Karna kini akhirnya dia bisa bersekolah dengan tenang tanpa harus takut di tindas lagi.     

      

***     

Tak terasa jam pulang sekolah pun tiba, dan saat itu juga Larisa dan Alex mendengar kabar tentang kejadian buruk  yang menimpa Holly.     

Yang membuat Larisa dan Alex kaget adalah letak di mana Holly mengalami kejadian tubuhnya terbakar itu.     

Karna di kabarkan tubuh Holly terbakar tepat di depan warung sate Larisa.     

Tentu hal yang aneh, karna tiba-tiba saja Holly berada di tempat itu. Dalam hati mereka berdua, pasti Holly memiliki niat buruk terhadap warung sate Larisa.     

      

"Jangan-jangan ini ulah dari, Larasati?" tukas Larisa.     

"Yah, bisa saja. Dia pasti akan melindungimu jika ada yang hendak berbuat jahat kepadamu." Tutur Alex.     

"Iya, tapi aku jadi bingung menanggapinya. Karna aku harus bahagia atau bersedih karna hal ini,"     

"Maksudnya?" tanya Alex.     

"Ya, niatnya menolongku, tapi karna ingin menolongku, dia jadi mencelakai orang,"     

"Yah, mau bagaimana lagi, tapi kalau seandainya Larasati tidak mencelakai Holly, mungkin saja warung sate mu akan habis terbakar olehnya,"     

"Terbakar? dari mana kamu tahu kalau dia berencana akan membakar warung sateku?"     

"Larisa! Holly tubuhnya terbakar tepat di depan warungmu, dan polisi juga menemukan dirigen kecil di sekitar tempat itu. Terus apa lagi kalau tidak ingin membakar warung sate mu,"     

      

"Iya, juga sih. Ah entalah!"     

      

"Yasudah ayo kita pulang saja!"     

      

***     

      

      

      

Sementara itu Audrey masih tidur di kamarnya dan di temani oleh sang nenek.     

"Audrey, suhu badan mu sebenarnya sudah turun, apa kamu tidak ingin keluar sebentar untuk makan atau jalan-jalan mungkin, dengan begitu pikiranmu menjadi tenang," tutur sang nenek.     

"Audrey tidak mau, Eyang, Audrey ingin di kamar saja!" ucap Audrey.     

"Kalau begitu, Eyang ambilkan makanan ya?"     

"Ah jangan, Eyang! Eyang di sini saja!" pinta Audrey.     

"Audrey, Eyang kan hanya ingin mengambilkan makan untuk mu saja lo, hanya sebentar," ucap sang Nenek.     

Tapi Audrey tetap tidak mau mendengar alasan apa pun.     

"Jangan tinggalkan, Audrey, Eyang, Audrey mohon."     

Nenek Audrey sangat bingung dengan apa yang sudah menimpa Audrey, karna tiba-tiba Audrey menjadi sangat manja dan penakut. Padahal demamnya sudah turun.     

Dalam hati sang nenek menjadi bertanya-tanya tentang penyebab sikap Audrey yang menjadi berubah.     

"Kamu itu kenapa sih, Sayang? ayo cerita sama, Eyang!" pinta sang Nenek.     

Dan Audrey pun terdiam, karna dia tak berani menceritakannya kepada neneknya.     

"Ayo, Sayang! cerita saja, biar Eyang dengar." kata Neneknya lagi.     

"Tapi Audrey, tidak bisa bilang, Eyang! Audrey takut Mami akan marah!"     

      

"Mami kamu akan marah?" Neneknya menggelengkan kepalanya, "tenang saja, Eyang akan menjaga rahasia obrolan kita," ucap sang nenek.     

      

Lalu dengan ragu-ragu akhirnya Audrey menceritakan semuanya kepada neneknya.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.