Bullying And Bloody Letters

Dimensi Lain



Dimensi Lain

0Setelah kedatangannya menemui dukun itu, Seruni merasa sangat bahagia dan sangat percaya diri bahwa dia bisa mengalahkan Larasati.     
0

      

Seruni dengan penuh bangga, mendatangi Superior High School.     

Dan dia mendatangi tepat di atas tanah, bekas gudang terbakar dulu.     

Yang kini sudah di bangun menjadi lapangan tenis oleh pengelola sekolahan.     

"Sampai saat ini tidak akan ada yang tau jika kamu pernah mati dan jasadmu hancur disini. Dan selamanya pula siapa pun tidak akan bisa mengalahkan ku!" Seruni berdiri penuh percaya diri.     

Yah, kedatangannya ke Superior High School, malam-malam begini memang karna ingin bertemu langsung dengan Larasati.     

Dia ingin Larasati muncul dan mau bergulat dengannya.     

Dengan jimat dan air pemberian dari sang dukun itu. Dia berharap bisa melenyapkan arwah Larasati hari ini juga.     

Dia berharap dengan begitu, Larasati tidak akan bisa mengganggu kehidupannya dan Audrey.     

      

"Lara! ayo keluar!" teriak Seruni, "ayo cepat keluar dan hadapi aku!" tantang Seruni.     

Lalu semakin lama, malam pun  semakin larut, keadaan sekolahan itu begitu, sunyi sepi. Dan Seruni pun berjalan santai tanpa rasa takut sedikit pun.     

      

"Ayo keluar!" teriaknya lagi.     

Lalu tiba-tiba lampu pun mendadak mati, dan seketika ruangan sekolah itu menjadi sangatlah gelap.     

Dan perlahan-lahan lapangan tenis  itu berubah kembali menjadi gudang yang dulu ia gunakan untuk membunuh Larasati. Seruni pun mulai kaget karna melihatnya.     

"Loh, kenapa—"     

Dan mulai terdengar suara tertawaan yang memekik telinganya.     

"Hihi hihi hihi!"     

"Ah, dasar sial!" umpat Seruni.     

Dan  dia mulai merasakan sakit di bagian telinganya karna mendengar tertawaan itu.     

Lalu Seruni menuang sedikit air dari dalam botol itu, lalu dia mengoleskannya di bagian telinganya.     

Dan sekarang telinganya pun merasa tidak sakit lagi.     

Seruni pun langsung tertawa bangga, "Haha! mau menyerangku dengan cara yang bagaimana lagi kamu hah?!"     

 Seruni masih berjalan mengitari ruangan itu. Seruni masih mencari-cari keberadaan Larasati.     

Dia benar-benar sudah nekat hari ini. Dia mempertaruhkan nyawanya untuk melawan Larasati.     

Dia berharap dia bisa bertemu dan bergulat sekarang juga, tak peduli siapa yang menang dan siapa yang kalah.     

Tapi dalam hatinya dia percaya bahwa dirinya akan menang, dan hari ini adalah hari penentuan bahagia Larasati, untuk terakhir kalinya mengganggu dirinya.     

"Ayo, keluar pecundang! ayo lawan aku sekarang juga!"     

      

Dan di belakang Seruni, Larasati muncul dan memanggilnya.     

"Seruni ...!"     

Seruni langsung menengok ke belakang, dan dia mendapati Larasati tengah menyeringai kepadanya.     

      

"Wah, kau datang juga rupanya!" Seruni tersenyum tipis dan berjalan mendekati Larasati.     

"Apa kau sudah siap lenyap dari dunia ini?!" tukas Seruni yang masih berjalan perlahan mendekatinya.     

Dan Seruni Mengangka botol itu dan memperlihatkannya ke arah Larasati.     

"Apa, sudah siap, hah?!"     

      

Dan Seruni membuka tutup botol itu, lalu dia mengambil ancang-ancang untuk menyiramkan air keramat itu ke tubuh Larasati.     

Tapi tepat saat itu juga Larasati menghilang dari hadapannya. Dan air itu tidak jadi mengenai tubuh Larasati.     

"Ah, sial!" umpat Seruni dan dia masih memegangi botol itu.     

"Jangan pikir kamu bisa lolos dariku ya! karna aku akan menunggumu walau harus sampai pagi!" teriak Seruni.     

Tak lama kemudian Larasati kembali muncul dengan tertawaannya.     

"Hihi hihi hihi!"     

Seruni kembali menengok ke belakang dan dia menyiramkan ke tubuh Larasati, saat itu pula Larasati kembali menghilang.     

Lagi-lagi Seruni pun gagal, Seruni pun sangat murka dan dia teriak sejadi-jadinya.     

      

"Biadab! ayo cepat keluar!" teriak Seruni.     

      

"Seruni!" panggil Larasati dan di sudah ada tepat di atas kepalanya.     

"Ah! sial bikin kaget saja!" tukas Seruni lalu dia kembali menyiramkan air keramat itu, tapi kali ini pun juga masih gagal.     

"Sial, airnya hampir habis lagi!" Seruni menggoyang-goyang air itu.     

Hanya tinggal sedikit.     

'Ah, sial aku harus menggunakan air ini dengan benar.' batin Seruni.     

      

Lalu dia mulai memperhitungkan langkahnya, agar dia tidak gegabah dan tidak hanya membuang air itu secara sia-sia.     

Dan dari sudut ruangan tiba-tiba ada cahaya yang begitu terang.     

Seruni pun sampai menutup wajahnya karna saking silaunya.     

Dan di dalam ruangan itu seperti menariknya dan menghipnotis pikirannya agar dia mau masuk kedalam nya.     

Berkali-kali Seruni berusaha untuk bisa menolaknya.     

Tapi dia merasa kesulitan, otaknya serasa tidak fokus dan terus ingin memasuki ruangan itu.     

Seruni berjalan pelan menuju ruangan terang itu, berkali-kali dia mengusap-usap wajahnya, dan menepuk-nepuk pipinya sendiri.     

Berharap dengan begitu dia bisa menguasai dirinya sendiri dan tidak terlarut serta terbawa pengaruh dari dimensi lain.     

"Aku, harus bisa melawanya," ucap Seruni penuh yakin sambil memejamkan matanya, dan dia pun berjalan mundur ke belakang.     

"Bisa, bisa, aku pasti bisa,"     

Lalu tak sengaja kakinya menginjak sebuah lupang kecil entah lubang apa itu.     

Yang jelas karna hal itu membuat Seruni terjatuh dan tak sengaja sisa dari air keramat yang dia gunakan sebagai senjata itu tumpah.     

Dan botolnya sampai pecah, berhamburan.     

"Ah, sial airnya!' Seruni pun langsung panik dan dia segera berdiri hendak berlari meninggalkan tempat itu.     

"Aku harus segera pergi dari tempat ini!" Seruni melihat keadaan sekitar, dia masih melihat tempat itu sebagai gudang tua bekas terbakar dan belum berubah menjadi lapangan  tenis seperti sebelumnya.     

"Aduh, bagaimana ini? aku masih terjebak dalam dimensi lain,"     

Meski dia panik dan tidak tahu harus berbuat apa, tapi Seruni masih tetap berusaha mencari jalan keluarnya.     

Dan ruangan pun kembali meredup, dan kegelapan itu semakin bertambah parah hingga Seruni pun tak dapat melihat apa pun.     

Dan dia berjalan dengan cara merambat di tembok-tembok gudang itu, berharap dengan begitu dia bisa berjalan dan menemukan jalan keluar.     

      

Lalu saat dia berjalan merambat ditembok, kaki Seruni tersandung, dan membuat terjatuh.     

Seruni pun terpaksa merangkak dan meraba-raba untuk mencari jalan keluar.     

Lalu sesuatu dari arah atas serasa menjatuhinya.     

      

***     

      

Keesokan harinya.     

Pak Parman yang sedang membersihkan lapangan tenis, tiba-tiba dia melihat Seruni sedang tergeletak di lantai.     

Pak Parman pun langsung meminta bantuan dan membawa Seruni ke rumah sakit.     

      

Mereka sangat heran, karna sepagi itu Seruni sudah ada di lapangan tenis dan bahkan sudah tak sadarkan diri.     

Tapi Tyas pun merasa tak heran akan  hal itu, karna dia merasa yakin jika Larasati yang melakukannya.     

Karna Larasati yang masih menyimpan dendam kepada Seruni.     

***     

      

      

Serelah di bawa ke rumah sakit, keanehan pun kembali terjadi. Karna pihak rumah sakit tidak bisa mengetahui apa penyebab Seruni pingsan dan mengapa sampai dia sulit di bangunkan.     

      

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.