Bullying And Bloody Letters

Seruni Tak Juga Bangun



Seruni Tak Juga Bangun

0Karna kejadian Seruni yang tiba-tiba saja di temukan pingsan di lapangan tenis.     
0

Larisa, Alex dan juga Tyas, mulai membahas kejadian itu.     

      

"Maaf, Bu Tyas, apa menurut, Bu Tyas  Larasati yang sudah melakukannya?" tanya Larisa.     

"Saya rasa begitu, karna untuk apa, Seruni malam-malam datang kemari dan tiba-tiba pingsan, pasti ada sesuatu yang sedang terjadi sebelumnya," tutur Tyas.     

"Tapi, bagaimana bisa dia melakukannya?" tanya Larisa.     

"Entalah, tapi menurutku ini adalah ulah Larasati. Dan biarkan saja, toh ini bukan lagi urusan kita, kita sudah mengingatkan Seruni, tapi Seruni tidak mau mendengarkannya.     

Larisa pun terdiam, dan setelah itu dia berpamitan untuk kembali ke kelasnya karna dia sedang ada tugas kelompok yang belum selesai.     

      

Setelah itu tinggallah Tyas yang berada di ruangan itu sendirian.     

Dan dia kemudian membuka file-file yang ada di dalam laptopnya.     

Dan tiba-tiba saja di samping laptopnya sudah ada selembar surat yang penuh darah.     

"Surat lagi?" Tyas pun membuka lembaran kertas surat itu, dan dalam kertas itu bertuliskan.     

'Seruni, sedang bersamaku,'     

Tyas pun merasa aneh, karna jelas-jelas Seruni sedang berada di rumah sakit, tapi dalam surat itu Larasati menuliskan jika Seruni ada bersamanya.     

Tyas merasa aneh, apalagi dia juga mendapat kabar jika sampai saat ini Seruni juga belum bangun dari pingsannya.     

      

Akhirnya Tyas yang merasa bingung pun mencoba langsung berkata kepada Larasati, walau dia sendiri tidak yakin jika saat ini Larasati sedang ada di ruangannya atau tidak.     

"Lara, aku tahu kamu sangat dendam kepadanya, jujur aku tidak setuju jika kamu ingin membunuhnya. Tapi aku juga tidak mau melarang mu melakukannya. Karna itu bukan urusanku. Aku sudah mengingatkannya tapi Seruni tidak mau dengar. Jadi ku pikir sudah saatnya aku angkat tangan saja," tutur Tyas.     

      

Dan tiba-tiba saja ada hembusan angin yang masuk ke dalam ruangannya, padahal keadaan ruangan sedang tertutup. Rasanya tidak mungkin angin dari luar bisa masuk, karna dalam ruangan itu tidak ada ventilasi udara, dan hanya menggunakan AC saja. Tyas merasa sangat aneh, karna angin itu berembus kencang dan terasa begitu nyata.     

"Apa kamu sudah datang?" tanya Tyas.     

      

Lalu Larasati pun menjatuhkan sebuah buku dari meja Tyas, untuk menunjukkan eksistensinya. Sebagai tanda bahwa ucapan Tyas tidak sia-sia dan di dengar oleh Larasati.     

      

"Lara, jujur aku rindu, dan aku masih ingin berteman dengan mu seperti dulu, tapi sayang ... alam kita sudah berbeda,"     

sorot mata Tyas mulai berkaca.     

"Jangankan untuk berpelukan, saling bicara saja sangatlah sulit. Sejujurnya aku juga tidak mau di posisi seperti ini. Dan aku juga tidak mau melihat mu menjadi jahat, karna Larasati yang ku kenal adalah gadis yang cerdas dan baik hati,"     

      

Klunting!     

Terdengar suara benda jatuh, lalu Tyas mencoba mencari sumber suara benda jatuh itu.     

 Tyas melihat di bawah meja, tapi di bawah meja dia tidak menemukan apa pun.     

"Di mana? tidak ada apa pun." Tukas Tyas, sambil matanya masih mencari-cari.     

Dan tepat saat itu juga Larasati menepuk punggung Tyas. Dan Tyas pun langsung pingsan.     

Tysa pingsan di ruangannya, tanpa seorang pun yang tahu.     

Dan di saat itu Tyas terbangun dan sudah berada di tempat lain.     

Tyas merasa masih ada di sekitar gedung sekolah itu.     

Tapi keadaannya sangatlah berbeda, karna bangunan gedung terlihat sangat lampau.     

      

Lalu Tyas melihat kearah tubuhnya sendiri, dan dia melihat penampilannya sudah berganti.     

Tyas berganti dengan seragam sekolah Superior High School.     

Dan dia kembali menjadi saat muda dulu.     

      

Dan saat ini dia tengah berdiri tepat di gudang di mana, Larasati di bunuh oleh Amara dan Seruni dulu.     

Lalu dia mendengar suara tangis Larasati.     

Dan saat dia melihatnya, Larasati tengah di siksa oleh Amara dan Seruni.     

Larasati di jambak di injak dan di tendang.     

Bahkan Tyas juga menyaksikan saat tubuh Larasati yang di tarik dari kawat berduri saat dia akan melarikan diri.     

Tyas pun berteriak histeris saat melihatnya.     

      

"Lara! Lara!" teriak Tyas yang ingin membantu Larasati.     

Tyas mencoba mendorong tubuh Amara, tapi bukanya Amara yang terjatuh, tapi malah dirinya  sendiri yang terjatuh. Dia merasa tubuhnya seperti bayangan.     

"Lara! Lara! tolong jangan di siksa Lara! kalian itu memang benar-benar iblis ya!"     

teriak Tyas.     

Tapi teriakan Tyas sama sekali tak ada yang mendengar, karna mereka memang tak bisa mendengarnya.     

Mereka hanya ibarat sebuah vidio yang di putar ulang.     

Yang artinya Tyas, hanya sebagai penonton saja. Ini kejadian yang hampir mirip dengan kejadian yang menimpa Larisa waktu itu.     

      

Terasa sesak, marah dan ingin sekali Tyas membalas segala perbuatan mereka berdua. Tapi sayangnya dia tidak bisa melakukannya.     

      

"Hik, Lara! maafkan aku!" teriak Tyas.     

Tiyas hampir tidak mau melihat pemandangan menyeramkan ini, dan dia ingin pergi saja dari tempat ini.     

Tapi sayangnya tidak bisa, dia seperti terjebak dan terpaksa harus menyaksikan adegan menyeramkan itu sampai habis. Sampai jasad Larasati di bakar bersama gudang itu.     

      

"Lara! Lara! hik hik!" teriak dan tangisan Tyas.     

Dan saat itu ternyata di ruangan Tyas sudah ada Alex dan juga Larisa yang mencoba membangunkan Tyas.     

"Bu Tyas! bangun, Bu Tyas!" panggil Larisa.     

Lalu Alex pun mengambil minyak kayu putih dan mengoleskan ke hidung Tyas.     

Perlahan Tyas pun membuka matanya.     

"Larisa, Alex! kok kalian sudah ada di sini?" tanya Tyas.     

"Iya, Bu Tyas, tadi kita panggil-panggil Bu Tyas, tapi Ibu tidak mau jawab. Jadi saya dan Alex terpaksa menyelonong masuk." Jelas Larisa.     

"Iya, Bu Tyas. Kami khawatir, apalagi dari luar terdengar Bu Tyas sedang berteriak-teriak," imbuh Alex.     

      

Dan Tyas pun langsung terdiam sejenak, dia kembali memikirkan kejadian dalam mimpinya tadi.     

Sekarang dia baru sadar bagaimana rasanya menjadi Larasati.     

Kalau dia menjadi Larasati pasti dia juga akan membalas atas perbuatan Amara dan juga Seruni kepadanya.     

      

"Sebenarnya apa yang terjadi, Bu Tyas? kenapa Ibu bisa pingsan?" tanya Larisa.     

"Apa, Bu Tyas sedang sakit ya?" tanya Alex.     

Dan Tyas pun menggelengkan kepalanya.     

Dan pelan-pelan Tyas menceritakan semuanya kepada Larisa dan juga Larisa  tentang apa yang sudah terjadi kepadanya.     

Lalu Larisa pun juga menceritakan pengalaman yang sama dengan apa yang di alami oleh Tyas baru saja.     

      

      

      

***     

      

Sementara itu di rumah sakit, Audrey dan juga neneknya masih menunggu Seruni yang belum juga siuman.     

Mereka sangat mencemaskan dengan peristiwa yang menimpa Seruni saat ini.     

"Mi, ayo bangun Mi. Bilang dengan dia kalau Mami akan mengatakan semua perbuatan Mami. Agar dia bisa tenang! dan ayo bilang kepadanya Mi, katakan kalau Mami akan bertobat!" mohon Audrey kepada sang ibu yang masih pingsan.     

Tapi Ibunya masih juga tidak mau terbangun.     

      

"Ayo, Mi! bangun!" pinta Audrey dengan wajah memelas.     

Tapi Seruni masih juga tidak membuka matanya.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.