Bullying And Bloody Letters

Menemui Larasati



Menemui Larasati

0Audrey sangat khawatir dengan keadaan ibunya,  begitu pula dengan sang nenek, beliau juga berkali-kali mencoba membangunkan Seruni, tapi Seruni tidak juga bisa bangun.     
0

Dokter yang menanganinya pun sudah menyerah karna mereka tidak tahu apa penyebab pasti yang membuat Seruni enggan bangun.     

Audrey dan neneknya sangat yakin jika ini adalah ulah dari Larasati.     

"Ini gimana, Audrey! Ibumu tidak juga bangun, padahal dokter sudah berusaha keras?" tanya sang nenek.     

"Entalah, Eyang. Audrey juga tidak tahu. Padahal Audrey sudah berkali-kali mengingatkan kepada Mami agar segera mengakui perbuatannya tapi, Mami tidak mau melakukannya," keluh Audrey.     

Lalu Audrey pun mengingat Larisa dan Alex. Karna hanya mereka saat ini yang bisa menolongnya kini.     

"Sebentar ya, Eyang. Audrey Ingin menghubungi teman Audrey." Ucap Audrey kepada neneknya.     

Dan neneknya mengangguk, "Iya silakan," ucap neneknya.     

      

Tut....     

Drtt.     

"Halo ada apa, Audrey?" tanya Larisa.     

"Larisa, aku boleh minta tolong enggak?" tanya Audrey.     

"Iya, katakan saja," jawab Larisa.     

"Aku ingin kamu dan Alex, kemari. Ke rumah sakit," kata Audrey.     

"Ah, begitu ya, yasudah sepulang sekolah nanti aku dan Alex akan datang ke sana," jawab Larisa.     

"Terima kasih Larisa."     

      

***     

Dan setelah beberapa jam berlalu, Seruni juga masih tetap pingsan.     

Dan tak berselang lama Larisa dan Alex pun datang.     

'Ceklek!' Larisa membuka pintu kamar rumah sakit.     

      

"Audrey!" panggil Larisa.     

"Larisa!" Audrey pun langsung berlari menghampiri Larisa.     

Tanpa rasa malu, canggung atau apa pun Audrey memeluk Larisa.     

Sambil menangis sesenggukan, Audrey menceritakan segala keluh kesahnya.     

      

"Larisa, tolong aku Larisa. Tolong Mami," ucap Audrey memohon sambil menangis.     

"Yasudah, ceritanya sambil duduk saja ya," ucap Larisa.     

      

Dan setelah duduk Audrey kembali mencurahkan segala kesedihannya kepada Larisa.     

Audrey berharap  Larisa bisa menolong Seruni dengan cara berbicara langsung kepada Larasati.     

Karna dia yakin hanya Larisa lah yang bisa berinteraksi langsung dengan Larasati.     

"Tolong lah aku, Larisa! aku yakin, pasti kamu bisa bicara dengan Larasati, agar Mami jangan di bunuh," ucap Audrey     

      

"Tapi aku tidak yakin, Audrey. Dan jujur aku juga ingin menolongmu. Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya. Bahkan untuk memanggilnya saja aku juga tidak bisa" tutur Larisa menjelaskan.     

"Yasudah, kamu panggil saja, aku yakin kalau kamu yang panggil, kamu pasti bisa," ucap Audrey.     

      

Larisa pun menjadi bingung dan tidak tahu harus memulainya dari mana agar bisa memanggil Larasati.     

Larasati pun mencoba memejamkan mata, dan dia terus mengucap nama Larasati agar dia mau datang.     

Tapi Larasati tidak juga mau datang menemuinya.     

Dan akhirnya dia pun berinisiatif untuk menelpon Tyas. Dia memanggil Tyas, agar mau datang menemu dia dan yang lainnya di rumah sakit.     

      

      

Dan tak berselang lama, Tyas pun datang menemu mereka semua.     

"Ah, syukurlah Bu Tyas sudah datang," ucap Larasati.     

"Kenapa, kamu memanggilku kemari, Larisa?" tanya Tyas.     

"Bu Tyas, Bu Seruni belum juga bisa terbangun, Audrey minta bantuan saya, untuk memanggil Larasati. Tapi jujur saya tidak tahu caranya, barang kali Bu Tyas bisa membantunya?" ucap Larisa.     

"Hufft ...," Tyas melipat kedua tangannya, "jadi dia belum juga terbangun ya?" tanya Tyas.     

Dan Larisa pun mengangguk, "Iya, Bu dan kami semua khawatir kepadanya," kata Larisa.     

"Maaf, tapi aku juga tidak tahu caranya, dan aku  juga sudah berjanji kepada Larasati, bahwa aku tidak akan ikut campur urusannya dengan Seruni," tutur Tyas.     

Dan mendengar ucapan Tyas itu seketika Audrey langsung menghampiri Tyas.     

"Bu Tyas, saya mohon, Bu Tyas! tolong selamatkan Mami saya, Bu Tyas!" pinta Audrey.     

      

Dan Tyas pun hanya diam saja, "Maaf Audrey, saya benar-benar tidak bisa membantunya."     

Dan Audrey pun sampai berlutut di bawah kaki Tyas, dan memohon agar Tyas mau membantunya.     

Tyas sampai merasa tidak enak dan bingung harus berkata apa, padahal dia benar-benar tidak bisa menolongnya.     

"Bu Tyas, saya tahu dosa Mami saya terlalu banyak, tapi saya belum siap kehilangan beliau, saya baru saja kehilangan Papi saya, dan saya tidak mau kalau sampai kehilangan Mami saya juga."     

"Audrey, sebaiknya kamu cepat berdiri," Tyas membantu Audrey untuk berdiri.     

"Sejujurnya aku sudah pernah mengingatkan kepada Ibumu, bahwa dia harus menyerahkan diri ke kantor polisi dan harus mengatakan semuanya, tapi Mami kamu tidak mau, padahal Larasati hanya menginginkan hal itu,"  jelas Tyas.     

"Tolong, Bu. Saya mohon selamatkan Mami saya, saya berjanji saya akan membujuk Mami saya agar dia mau menyerahkan diri ke kantor polisi. Saya tidak peduli jika beliau harus di penjara, tapi setidaknya saya masih ingin beliau tetap hidup," ucap Audrey sambil menangis.     

Tyas pun terdiam sesaat dan memikirkan apa yang harus dia lakukan.     

Lalu dia pun mulai teringat dengan tempat di mana Larasati di bunuh, yaitu lapangan tenis yang dulu adalah sebuah gudang tua. Dan Tyas juga mengingat tentang surat berdarah yang bertuliskan tentang Seruni yang ada bersama Larasati.     

Dan itu artinya ada kemungkinan Larasati membawa Seruni ke gudang tua tempat dimana dia di bunuh. Dan ada kemungkinan dia bisa bertemu dengan Larasati di bekas gudang yang sudah menjadi lapangan tenis itu.     

      

"Baik, saya akan mencoba menemui Larasati," kata Tyas.     

Audrey pun merasa bahagia mendengarnya. Karna seperti ada secercah harapan untuk keselamatan sang ibu.     

"Benarkah!?" ucap Audrey dengan mata berbinar.     

Lalu Audrey pun langsung memeluk Tyas, "Terima kasih Bu Tyas!" ucapnya.     

"Sudah-sudah! jangan bahagia dulu Audrey, saya juga kan belum bisa memastikannya, usaha ini berhasil atau tidak," tutur Tyas.     

Dan Audrey pun kembali menutup celah senyumnya.     

"Larisa, apa kamu bisa membantu Ibu ke sana?" tanya Tyas kepada Larisa.     

Dan Larisa pun mengangguk penuh semangat, "Tentu saja, Bu Tyas, saya mau," jawab Larisa.     

      

Lalu mereka berempat, Larisa, Alex, Audrey, beserta Tyas. Mulai bertolak ke Superior High School.  mereka sengaja berangkat ketika hari sudah malam.     

"Selanjutnya, kita akan kemana, Bu Tyas?" tanya Alex.     

"Kita akan pergi kelapangan tenis," jawab Tyas.     

      

Dan sesampainya di lapangan tenis, Tyas mulai mematikan lampu di lapangan itu.     

Hingga suasana sekitar terlihat gelap, dan Tyas menyalakan lilin sambil bermeditasi.     

Begitu pula dengan Larisa, Larisa juga melakukan hal yang sama dengan Tyas, dan mereka memejamkan matanya sambil di dalam hati terus memanggil-manggil nama Larasati.     

Meski mereka sendiri tidak yakin, jika cara ini akan berhasil, tapi mereka tetap berusaha semaksimal mungkin.     

Sementara Alex dan Audrey hanya bisa melihat mereka dari kejauhan, dengan perasaan yang was-was.     

      

"Semoga saja mereka berhasil ya," tukas Audrey kepada Alex, dengan penuh harap.     

"Semoga saja ya, Audrey." jawab Alex.     

      

***     

Setelah bebrapa jam berlalu mereka masih saja tak mendapatkan tanda-tanda kehadiran Larasati.     

Mereka berdua yaitu Larisa dan juga Tyas hampir menyerah.     

"Ah, sepertinya mereka tidak mau datang, apa kita hentikan saja ya?" tanya Tyas kepada Larisa.     

"Ah, entahlah, Bu Tyas, saya juga bingung. Padahal biasanya tanpa di panggil dia datang sendiri, tapi kenapa saat kita membutuhkan kehadiranya malah dia tidak ada," keluh Larisa.     

Dan Audrey pun langsung menghampiri mereka berdua, dengan Alex yang turut mengukutinya dari belakang.     

"Bu, Tyas, Larisa! saya mohon jangan menyerah. Kalian pasti bisa melakukannya saya sangat yakin!" ucap Audrey.     

"Tapi, Audrey. Kita sudah berjam-jam loh di sini!" ucap Tyas.     

"Bu, tolong Bu ...." Ucap Audrey yang memohon.     

Lalu tiba-tiba saja terdengar benda jatuh di tempat itu.     

Klontang!     

"Ah, apa itu?" tanya Audrey, "jangan-jangan itu, Larasati yang datang!" ucap Audrey yang menebak-nebak.     

Dan yang lainnya pun melihat-lihat keadaan sekitar dan mencari tahu apa yang menjadi sumber seuara itu.     

Lalu Alex pun menemukan sebuah papan pengumuman yang terjatuh.     

"Ah, hanya papan pengumuman saja yang terjatuh, mungkin tertiup angin," ucap Alex.     

Lalu Audrey pun menarik tangan Larisa dan berbisik kepadanya.     

"Larisa, dia biasanya datang saat aku menyiksamu. Mungkin kalau sekarang aku menyiksamu dia akan mau datang," tykas Audrey.     

"Hah, tapi...." Larisa pun tampak keberatan.     

"Ayolah, Larisa! aku mohon ...," pinta Audrey.     

Dan Larisa pun akhir mau menuruti apa ucapan Audrey.     

Dia tak masalah melakukannya karna baginya toh, ini hanya sebuah akting saja.     

Dan Larisa pun menundukkan kepalanya sambil berkata, "Silahkan,"     

Sementara itu Alex dan Tyas merasa penasaran dengan apa yang sudah di bicarakan oleh Audrey dan juga Larisa.     

"Mereka bicara apa sih?" tanya Alex kepada Tyas.     

"Entahlah, seperti Audrey dan Larisa sedang merencanakan sesuatu." Ucap Tyas.     

Dan Audrey pun kembali berbisik kepada Larisa.     

"Maafkan aku, Larisa ...," kata Audrey, lalu Audrey pun menarik rambut Larisa dengan kasar.     

"Akh sakit!" teriak Larisa.     

seketika Tyas dan Alex pun langsung kaget saat melihat Audrey dan Larisa tiba-tiba berkelahi, padahal mereka tadi tampak akur-aku saja.     

Alex dan Tyas langsung berlari menghampiri mereka berdua.     

"Stop! kalian ini apa-apaan sih!" teriak Tyas, "Audrey lepaskan rambut Larisa, Audrey!" Tyas memegangi Audrey.     

Dan Alex pun juga tak tinggal diam, dia juga memegangi Larisa.     

Dan tepat saat itu juga Larasati pun datang, dia langsung merasuk ketubuh Larisa.     

Wajah Larisa langsung berubah pucat, bagian hitam bola matanya tiba-tiba menghilang dan tinggal putih seluruhnya.     

Saat itu Audrey merasa sangat takut sekaligus bahagia karna akhirnya Larasati datang juga.     

"Hah, syukurlah," ucap Audrey.     

"Maksud kamu apa yang syukur, Audrey? dan kenapa kamu malah menyarang Larisa?" tanya Tyas.     

"Aku sengaja melakukannya, Bu Tyas. Itu semua adalah untuk memancing kehadirannya, Bu," bisik Audrey di telinga Tyas.     

"Hah, apa?!" Tyas pun tampak kaget.     

"Bu, tolong ajak bicara dia, Bu. Saya mohon," pinta Audrey.     

Dan Tyas pun akhirnya perlahan mendekati Larisa yang sudah di kuasai oleh arwah Larasati itu.     

"Lara, kamu benar Lara sahabatku, 'kan?" tanya Tyas.     

Dan Tyas pun langsung memeluk Larisa.     

"Lara, aku mohon aya kita bicara baik-baik. Ayo kita bahas tentang Seruni," ucap Tyas dengan nada pelan.     

Dan Larisa pun langsung melepas pelukan Tyas dan menatap Tyas dengan tajam.     

"Kau ingin melepaskannya ya?!" tanya Larisa dengan suara berat tertahan.     

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.