Bullying And Bloody Letters

Bertemu Teman Sekolah



Bertemu Teman Sekolah

0"Loh, Pak Wijaya, kok malah tidur di sini? saya sudah mencari-cari kemana-mana ternyata Bapak, ada di sini," sang security  rumah Wijaya.     
0

      

Dan Wijaya pun beru menyadari ternyata semalam dia tidak sedang bermimpi, dan dia benar-benar sudah bertemu dengan Larasati.     

Seketika Wijaya langsung tersenyum saat mengingat hal itu.     

"Loh kok, Bapak, malah tersenyum begitu, padahal saya sedang menghawatirkan, Bapak, loh!" tukas Security itu.     

      

"Ya sudah ayo antarkan aku pulang saja," ucap Wijaya.     

Dan Security itu pun membantu Wijaya bangun dari kursi dan mengambilkan tongkatnya.     

Dalam hatinya dia masih bertanya-tanya tentang apa yang menyebabkan Wijaya, bisa tidur di bangku taman begini.     

Ini terasa sangatlah aneh, bahkan tak biasanya Wijaya melakukan hal seperti ini. Di tambah lagi kondisi fisik Wijaya yang ringkih tidak seharusnya dia berada di tempat yang dingin seperti ini, apalagi sampai tertidur semalaman.     

      

"Apa, Pak Wijaya yakin kalau Bapak baik-baik saja?" tanya Security itu yang merasa sedikit kawatir.     

"Iya, aku baik-baik saja kok," ucap Wijaya.     

"Dan mohon maaf sebelumnya, kalau boleh saya tahu, Bapak sedang apa di taman itu?" tanya security.     

"Ah, saya semalam hanya sedang mencari angin saja," jawab Wijaya.     

"Tapi kenapa tidak bilang kepada saya, kalau tahu begitu saya kan bisa antarkan, Bapak," ucapnya.     

"Haha, lain kali saja. Aku semalam sedang tidak ingin di ganggu oleh siapa pun,"     

"Tapi itu sangat berbahaya, kalau Bapak pergi sendirian. Saya takut jika terjadi apa-apa," kata security itu.     

Dia sangat perhatian kepada majikannya, karna dia sudah menganggap Wijaya seperti keluarganya sendiri.     

      

Dan Wijaya memegang pundak security itu sambil berkata, "Terima kasih, Juki. Kamu sudah menghawatirkanku, aku sangat bahagia memiliki, seorang security seperti mu. Begitu pula dengan si Bibi. Kalian berdua sudah saya anggap sebagai keluarga saya sendiri," tutur Wijaya.     

"Terima kasih, pak Wijaya. Kami pun demikian, kami juga sudah menganggap Pak Wijaya, seperti saudaea kami sendiri."     

      

Saat Wijaya hendak pergi ke rumah, di jalan dia bertemu dengan mantan teman sekolahnya, yang bernama Kayatri.     

Dia dulu adalah salah satu penggemar berat Wijaya ketika masih muda dan masih duduk di bangku SMU.     

      

Wijaya sendiri hampir tak mengingatnya saat berpapasan. Tapi wanita itu masih ingat betul dengan wajah Wijaya.     

      

Seketika wanita itu pun langsung berhenti dan menyapa hangat Wijaya.     

"Hay, kamu Wijaya, 'kan?" sapa Wanita itu.     

Dan Wijaya pun turut berhenti sejenak.     

"Eh iya benar saya, Wijaya. Sebelumnya mohon maaf kalau boleh tahu Anda ini siapa ya?" tanya Wijaya.     

"Astaga, kamu lupa ya. Saya bahkan masih mengingat kamu hingga saat ini. Dan kejadian 30 tahun yang lalu itu masih terniang-niang di benak saya lo," tutur wanita ini.     

Seketika Wijaya pun langsung mengingat-ingat siapa wanita yang tengah menyapanya ini.     

Lalu setelah beberapa detik berlalu  Wijaya baru mengingatnya.     

Wanita itu bernama Kayatri, dan saat itu pernah menyatakan perasaan cinta kepadanya di depan lapangan basket. Namun kala itu Wijaya yang sangat dingin itu pun, dengan tegas menolaknya langsung pernyataan cinta Kayatri.     

      

"Kamu, Kayatri?" tanya Wijaya.     

Dan wanita itu tersenyum sambil mengangguk.     

"Iya, benar saya adalah Kayatri, gadis remaja yang sudah kamu permalukan dulu," ucap  Kayatri.     

"Ah, maaf soal itu. Tapi sampai detik ini saat aku mengingat kejadian itu, sama sekali aku merasa tidak ada niat untuk mempermalukanmu,"  tutur Wijaya.     

Dan seketika raut wajah wanita itu menjadi tampak kesal dengan pernyataan Wijaya itu.     

"Wijaya, Wijaya! kamu itu masih sama seperti dulu ya, sombong dan dingin, padahal kalau di lihat-lihat kamu yang sekarang itu sudah ...?" Kayatri melihat arah Wijaya dari atas ke bawah dengan wajah yang sinis dan seolah melecehkan.     

Wijaya, menyadari akan hal itu, jika wanita yang ada di hadapannya ini hendak melecehkannya. Dan Wijaya pun segera bergegas untuk pergi.     

"Ayo, Juki. Kita pulang sekarang, " ucap Wijaya yang mengajak security rumahnya.     

"Baik, Pak," jawab sang Security.     

      

Dan perempuan yang bernama Kayatri itu pun merasa tersinggung.     

Dan dia pun menghentikan langkah Wijaya dengan memanggil namanya dengan kencang.     

"Wijaya!" panggilnya.     

Dan Wijaya pun menengok ke arah perempuan itu.     

"Ada apa?" tanya Wijaya.     

Dan perempuan itu mendekat ke arah Wijaya.     

"Kamu itu tidak ada niatan untuk meminta maaf kepadaku ya? atau setidaknya berbicara yang baik dengan ku!"     

"Maaf, Kayatri. Atas perbuatanku dulu, jika menurutmu itu sangat memalukan walau sejujurnya aku merasa tidak ada niat mempermalukanmu," tutur Wijaya dengan sabar.     

"Hanya itu?" ucap Kayatri.     

"Lalu aku harus bagaimana lagi?"     

"Ya setidaknya ajak aku mampir ke rumah mu atau traktir aku makan mungkin,"     

Dan mendengar ucapan perempuan yang bernama Kayatri itu merayunya.     

Wijaya pun merasa tidak enak dan akhirnya Wijaya mengiyakan ajakannya.     

"Juki, kalau begitu kamu pulang saja, biarkan saya pergi sebentar dengan temanku ini," ucap Wijaya kepada Juki sang Security.     

"Ah baik kalau begitu, Pak Wijaya. Dan kalau Bapak butuh bantuan saya telepon saja,"  ucap Security itu.     

"Iya, baiklah,"     

Kayatri tampak bahagia mendengar ucapan Wijaya, senyuman dan mata berbinar mulai menghiasi wajahnya.     

      

      

      

Akhirnya Wijaya dan Kayatri pun pergi ke sebuah restoran yang tak jauh dari tempat itu.     

Saat berjalan menuju restoran Kayatri trus berjalan memandangi tubuh Wijaya yang mulai tampak kurus dan kurang sehat itu.     

Sebenarnya melihat Wijaya yang sangat lemah dan tidak segagah dulu itu membuat Kayatri malas berjalan dengannya.     

Tapi ada niat lain yang membuat Kayatri ingin kembali mendekati Wijaya, seorang pria yang pernah ia kagumi dan cintai saat remaja dulu, yaitu hartanya.     

      

Dia tahu jika Wijaya sampai saat ini masih menduda, dan di tambah lagi dia sudah sakit-sakitan.     

Tentu jika ada wanita yang bisa menjadi istri dari Wijaya, pasti hidupnya akan makmur. Karna akan mendapatkan warisan dari kekayaan Wijaya yang tak terkira jumlahnya itu.     

Di tambah lagi sekarang keadaan keuangan Kayatri sedang tidak baik.     

Dia baru saja bercerai dengan suaminya karna suaminya selingkuh. Dan dari sang suami Kayatri tidak mendapatkan banyak warisan.     

Hanya cukup untuk kehidupannya sendiri  dan tidak bisa untuk berfoya-foya seperti dulu. Di tambah lagi, keluarganya juga mengalami kebangkrutan. Sementara dia masih sangat butuh banyak uang untuk kehidupan glamornya. Seperti membeli tas branded jam tangan dan yang lainnya.     

Dan dengan mendekati Wijaya lagi, dia berpotensi untuk menjadi seorang istri konglomerat lagi.     

      

"Ayo silakan duduk, Kayatri. Kamu mau pesan apa?" tanya Wijaya.     

      

"Ah, aku terserah kamu saja, Jaya," ucap Kayatri.     

      

      

Dan tak lama makanan pun sama dan mereka makan bersama.     

Tanpa rasa malu, Kayatri langsung bertanya ke hal inti kepada Wijaya.     

"Wijaya, apa ku mau menikah denganku?" tanya Kayatri.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.