Bullying And Bloody Letters

Wajah Yang Berubah Menyeramkan



Wajah Yang Berubah Menyeramkan

0Dan tak lama makanan pun sampai dan mereka makan bersama.     
0

Tanpa rasa malu, Kayatri langsung bertanya ke hal inti kepada Wijaya.     

"Wijaya, apa kamu mau menikah denganku?" tanya Kayatri.     

      

      

Seketika Wijaya yang sedang minum pun langsung tersedak, karna mendengar pernyataan Kayatri yang sangat to the poin itu.     

      

"Uhuk uhuk!"     

Dan Kayatri pun langsung menepuk-nepuk pundak Wijaya.     

"Wijaya kamu tidak apa-apa, 'kan?" tanya Kayatri, yang masih menepuk-nepuk pundak Wijaya.     

Dan Wijaya menggelengkan kepalanya.     

Lalu menghentikan tangan Kayatri yang masih berada di pundaknya itu.     

"Sudah cukup aku tidak apa-apa," ucap Wijaya.     

Kayatri langsung menaruh kembali tangannya di atas meja dan dia kembali memegang garpunya.     

Dan Wijaya pun menatap kaku ke arah Kayatri.     

Tapi Kayatri menyambut tatapan kaku Wijaya dengan senyuman yang manis.     

"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Kayatri.     

Wijaya menggelengkan kepalanya, dia tampak kesal dan heran dengan ucapan Kayatri yang tiba-tiba mengajaknya menikah.     

      

"Wijaya, kamu belum menjawab pertanyaanku," Kayatri memegang tangan Wijaya, "apa kamu mau menikah  denganku?" tanya Kayatri sekali lagi.     

"Kamu bertanya seperti itu kepadaku atas dasar apa?" tanya Wijaya.     

"Ya atas dasar cintalah, apa lagi?"     

"Benarkah? tapi aku tidak seyakin itu, mana ada perempuan yang mencintai pria yang sakit-sakitan seperti aku ini,"     

'Yah, memang itu yang ku mau. Biar kamu cepat mati dan aku bisa menguasai hartamu,' batin Kayatri.     

"Aku mencintai dan menerima mu apa adanya, Wijaya! dari dulu hingga sekarang perasaan ku kepadamu itu tidak berubah sedikit pun!" tegas Kayatri meyakinkan Wijaya. Padahal pada kenyataannya itu semua bertolak belakang dengan perasaannya yang sebenarnya.     

Karna sesungguhnya tak sedikit pun dia merasakan cinta kepada Wijaya saat ini. Perasaan itu hanya dulu saat dia masih remaja.     

      

"Jaya, percayalah. Aku berjanji akan membuatmu bahagia, dan kamu tidak akan merasa sendiri lagi, karna ada aku yang selalu ada di sampingmu."     

Wijaya kembali menggelengkan kepalanya, "Tidak semudah itu, Kayatri. Karna aku sudah memutuskan untuk tidak menikah dengan siapa pun. Jadi sebaiknya lupakan saja niatanmu itu. Karna sama sekali aku tidak tertarik menjadi suamimu," ucap Wijaya dengan santai dan pelan.     

      

Lalu perlahan Wijaya pun mengangkat tubuhnya dan pergi meninggalkan Kayatri.     

"Wijaya, kamu mau memana, Wijaya?" tanya Kayatri.     

Tapi Wijaya tidak menjawabnya, dia malah pergi begitu saja, dan menuju kasir untuk membayar makanannya. Dan selanjutnya dia berjalan keluar.     

"Kamu mau kemana!?" teriak Kayatri.     

Dan Wijaya masih juga tak menghiraukannya.     

"Akh sial! dasar pria penyakitan yang tidak tahu diri!"     

Brak!     

Kayatri pun menggebrak meja restoran itu. Hingga tak sadar pengunjung lain melihat kearahnya.     

Dan seketika Kayatri juga turut pergi meninggalkan restoran itu.     

      

"Lihat saja, aku ini tipe orang yang tidak gampang menyerah, jadi aku tidak mungkin akan gagal mendapatkan mu!" gumamnya sambil berjalan cepat menuju ke arah mobilnya.     

      

***     

      

Esok harinya, Kayatri mendatangi kediaman Wijaya, lengkap dengan buah tangan yang akan dia berikan kepada Wijaya.     

Dengan begitu, Kayatri berharap bisa mendapatkan hati Wijaya.     

      

Setelah beberapa kali mengetuk dan memencet tombol bel pintu, akhirnya seorang wanita paruh bayah membukakan pintunya. Dan wanita itu adalah asisten rumah tangga Wijaya.     

"Selamat pagi, ada perlu apa ya?" tanya ART itu.     

"Saya, ingin bertemu dengan, Pak Wijaya, apa beliau sedang ada di rumah?" tanya Kayatri.     

"Oh maaf, Bu, Tuan Wijaya masih tidur, saya tidak berani membangunkannya," ucap Art itu.     

"Sebentar saja, tolong bangunkan majikanmu, bilang ada teman dekatnya yang datang!" paksa Kayatri.     

"Maaf, tapi saya tidak berani membangunkannya. Tuan baru saja tertidur, sejak semalam saya lihat beliau sulit tidur, jadi ketika beliau saat ini tengah tertidur saya tidak berani membangunkannya, saya takut mengganggu," tutur ART itu.     

"Aih, yasudah kalau begitu, tolong berikan kue ini kepadanya," Kayatri langsung menyodorkan buah tangannya kepada ART itu.     

Dan ART itu pun menerima pemberian itu, dan dia membawanya masuk lalu menutup pintu kembali. Sementara Kayatri pergi meninggalkan rumah Wijaya.     

      

Dan tak berselang lama Wijaya pun turun dari lantai atas dan menghampiri Asisten Rumah Tangga itu.     

"Itu apa, Bi?" tanya Wijaya.     

"Ah, ini Tuan. Tadi ada seorang wanita datang, dia mengaku sebagai teman Tuan, lalu dia memberikan ini untuk Tuan," tutur ART itu menjelaskan.     

 Dan Wijaya pun membuka isi paper bag itu, dan ternyata isinya sebuah kue.     

"Kalau boleh tau siapa nama wanita yang mengaku sebagai temanku itu?" tanya Wijaya.     

"Ah, maaf Tuan, saya lupa bertanya, dia langsung pergi soalnya." Tutur ART itu.     

"Oh, begitu ya, yasudah kalau begitu."     

Dan Wijaya pun mulai menduga jika orang yang  di maksud oleh ART-nya itu adalah Kayatri.     

      

Dan seketika Wijaya memberikan kue itu kepada ART dan juga Security di rumahnya.     

"Yasudah, kue ini untuk Bibi dan Juki makan saja, saya tidak suka makan yang manis-manis begini soalnya." Ucap Wijaya.     

"Wah, yang benar Tuan, ini kan makanan mahal?" ucap sang ART dengan bahagia.     

Dan Wijaya pun mengangguk sambil tersenyum.     

      

      

***     

      

      

Malam pun tiba.     

Gagal menemui Wijaya pada pagi harinya, Kayatri pun datang untuk menemui Wijaya pada malam hari.     

      

Dia mulai memasuki gerbang rumah Wijaya yang bak sebuah istana itu.     

 "Maaf, ibu ada perlu apa ya?" tanya sang Security.     

"Saya akan bertemu dengan, Bapak Wijaya," ucapnya.     

"Tapi, Bapak Wij—"     

"Aih, sudah izinkan saya masuk saja!" paksa Kayatri, dan Kayatri pun langsung menyelonong masuk gerbang dan menuju pintu.     

Security rumah itu membiarkannya karna dia mengingat wajah Kayatri, bahwa Kayatri adalah wanita yang pergi bersama Wijaya kemarin pagi. Sehingga dia tidak berpikir jika Kayatri akan berbuat yang aneh-aneh saat menemui Wijaya apalagi Kayatri hanya seorang perempuan.     

      

Dan sebelum mengetuk pintu rumah Wijaya, Kayatri menyempatkan untuk berkaca dulu, untuk memperbaiki penampilannya.     

      

Namun saat dia berkaca, tiba-tiba wajahnya terlihat sangat jelek dan hitam. Padahal lampu di rumah Wijaya itu sangatlah terang, tapi entah mengapa dalam kaca itu dia terlihat sangat gelap.     

Dia merasa tak percaya atas gambar dalam kaca itu, dia pun melihat kembali gambarnya dalam kaca kecil itu dengan seksama, karna dia pikir mungkin saja tadi dia hanya salah lihat.     

Namun semakin lama dia memandangi cermin itu, wajahnya malah semakin memburuk, lingkar matanya menghitam dan di sekitar area pipi dan kening banyak goresan luka dan darah.     

Peralahan wajahnya berubah menjadi wajah Larasati.     

Tapi dia tidak tahu jika itu wajah Larasati, karna dia saking seram dan penuh luka sehingga dia tidak bisa mengenalinya.     

Yang dia tahu itu adalah gambar seorang hantu perempuan yang sedang menakutinya     

      

Preng!     

Kaca itu pun secara reflect ia jatuhkan karna saking takutnya.     

      

      

      

To be continued.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.