Bullying And Bloody Letters

Dua Teman Baru



Dua Teman Baru

0Dalam suasana kelas itu, Larisa masih tampak asyik  dengan buku-bukunya.     
0

Lalu beberapa teman sekelasnya pun datang menghampirinya.     

"Larisa, ayo ke kantin bareng," ucap temannya yang bernama Cindy.     

"Iya, ayo gabung sama kita, jangan sama Alex terus dong," ucap temanya yang bernama Natasya.     

"Eh, tapi ...." Larisa menengok ke arah Alex.     

Dan saat itu Alex tersenyum sambil mengangguk, yang artinya Alex mempersilahkan Larisa pergi dengan Natasya dan Cindy.     

      

Sebenarnya Larisa ragu-ragu, takut kalau Natasya dan juga Cindy itu punya niat jahat kepadanya.     

Padahal pada kenyataannya sama sekali mereka tidak ingin berniat jahat.     

"Sudah ayo, jangan ragu-ragu, memangnya kamu mau selamanya tidak punya teman lain selain Alex?" celetuk Natasya.     

"Iya nih, sebentar lagi kita ini lulus sekolah lo!" imbuh Cindy.     

Lalu Natasya pun menarik tangannya Larisa. Lalu mereka berdua mengajak Larisa pergi ke kantin.     

Dan setelah berada di dalam kantin Natasya dan juga Cindy mengajak mereka mengobrol.     

"Larisa, sebenarnya kami berdua mengajakmu kemari karna kami ingin meminta maaf kepada mu," ucap Cindy.     

"Iya benar, Larisa. Kami ingin meminta maaf kepadamu," imbuh Natasya.     

Dan Larisa pun mulai tampak bingung dengan maksud mereka berdua yang tiba-tiba meminta maaf kepadanya.     

      

"Kalian, kenapa tiba-tiba bicara seperti ini kepadaku?" tanya Larisa yang terlihat masih bingung.     

"Ya, kami benar-benar ingin meminta maaf kepadamu, Larisa." ucap Natasya.     

"Iya, jujur sejak dulu aku sudah kasihan melihatmu yang terus di tindas oleh Audrey dan yang lainnya. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, karna aku takut dengan Audrey, karna Audrey sangat berkuasa, dan kalau sampai aku menjadi temanmu, aku takut Audrey akan membenciku dan akan mempengaruhi yang lain juga, agar turut membenciku," ucap Cindy.     

      

Larisa pun tersenyum melihat mereka berdua yang dengan tulus meminta maaf kepadanya. Padahal sedikit pun Larisa tidak punya dendam kepada mereka berdua.     

"Larisa, kenapa malah senyum-senyum sendiri?" tanya Cindy, "apa itu artinya kamu mau memaafkan kami?"  Cindy tampak penasaran.     

      

Dan Larisa pun mengangguk, lalu mereka berdua langsung memeluk Larisa.     

"Terima kasih ya, Larisa," aku sangat bahagia akhirnya kamu mau memaafkan ku dan Cindy!" ucap Natasya.     

"Iya, sekarang aku merasa lega, karna Audrey si Penindas itu sudah pergi, jadi tidak akan ada lagi yang mengganggu privasi kita" tutur Cindy.     

      

Dan bicara soal Audrey, membuat Larisa jadi teringat dengan apa yang saat ini tengah menimpa ibunya Audrey.     

Dan mereka berdua juga belum tahu kalau dirinya dan Audrey sebenarnya sudah berteman baik saat ini.     

Larisa ingin berkata kepada mereka berdua tapi dia takut mereka malah akan membencinya.     

      

"Jujur sama sekali aku tidak pernah dendam kepada kalian, meski kalian juga turut membully ku. Aku tidak pernah dendam kepada siapa pun. Karna aku yakin mereka yang jahat kepadaku bisa saja hanya karna khilaf, yang artinya suatu saat mereka akan berubah baik kepadaku, seperti kalian ini," Larisa melirik ke arah Cindy dan juga Natasya.     

      

"Ya ampun Larisa, hati mu itu begitu baik. Aku heran kenapa orang hanya memandang penampilan mu dulu, padahal kamu itu anak yang cerdas dan baik pula," ungkap Natasya yang kagum.     

      

"Iya, aku juga menyesal sudah pernah membantu Audrey mengerjaimu di toilet, waktu itu aku pernah menyirammu dengan seember air. Itu semua karna paksaan Audrey, kalau tidak aku lakukan aku pasti yang akan gentian di bully," tutur Cindy dengan wajah yang penuh sesal.     

      

"Sudah-sudah tidak apa-apa, Cindy. Jangan bersedih begitu, aku sudah memaafkan mu kok," tukas Larisa sambil tersenyum.     

Dan setelah itu Larisa pun menundukkan kepalanya.     

"Tapi kok, wajahmu kelihatan sedih sih, memangnya ada apa?" tanya Cindy.     

"Iya, kamu kenapa, Larisa?" tanya Natasya.     

"Sebenarnya, aku sedih melihat kalian terus membenci, Audrey," ucap Larisa.     

"Loh, kenapa? dia itu kan jahat sama kamu!" ucap Nathasya.     

Dan Larisa pun menghela nafas dalam-dalam lalu dia pun menjelaskan apa alasan, dia tidak ingin Natasya dan juga Cindy membenci Audrey.     

      

"Sebenarnya aku dan Audrey itu sudah berbaikan," ucap Larisa     

"Apa?! berbaikan?!" ucap Natasya dan juga Cindy yang secara kompak.     

"Iya, Audrey yang sudah meminta maaf sendiri kepadaku,"     

"Apa kamu yakin, dia itu licik loh," ucap Cindy.     

Larisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Aku yakin kok, kali ini dia benar-benar tulus meminta maaf kepadaku, bahkan dia sampai berlutut di kakiku," jelas Larisa.     

"Apa?! dia sampai berlutut dikakimu?!" tanya Cindy yang tak percaya.     

Larisa kembali menganggukkan kepalanya.     

"Sumpah demi apa pun aku tidak percaya, seorang Audrey sampai berlutut di kakimu  karna dia itu seekor ular, aku yakin pasti ada maksud jahat lain dari sikapnya yang tiba-tiba berubah itu!" ucap Cindy.     

"Iya benar itu, Larisa! kamu harus berhati-hati dengannya!" imbuh Natasya.     

Larisa pun menggelengkan kepalanya, "Tenang, kali ini dia benar-benar sudah berubah kok, lagi pula kan Audrey sudah pindah sekolah, jadi tidak akan mungkin dia menggangguku," tutur Larisa.     

"Tapi tetap saja, kamu harus berhati-hati,"     

"Iya, Cindy aku tahu. Dan pesanku, kalau kalian bertemu dengan Audrey, kalian jangan dendam kepadanya ya, karna keadaannya saat ini, benar-benar sedang sulit,"     

"Sulit kenapa, Larisa? karna Ayahnya yang bangkrut ya?"     

"Bukan maslah itu, kalau soal Ayahnya yang bangkrut, tidak masalah baginya, toh hidupnya masih berkecukupan bersama, Neneknya,"     

"Lalu, apa yang membuatnya sulit?" tanya Cindy.     

"Setelah Ayahnya meninggal, Audrey sangat bersedih karna selama ini hubungannya dengan sang Ayah sangatlah dekat. Sehingga Audrey merasa kehilangan, apa lagi di tambah saat ini Ibunya sedang sakit keras,"     

"Hah! Ibunya Audrey sakit keras?!" ucap Cindy.     

"Pasti semenjak dia di temukan di lapangan tenis ya?" tanya Natasya.     

"Iya, benar. Sejak saat itu beliau tidak sadar sampai saat ini,"     

"Wah, tidak salah lagi, mungkin dia kena karma! karna Ibunya Audrey kan orang yang juga sombong dan kejam!" kata Natasha.     

"Nathasya, jangan seperti itu dong," kata Larisa.     

Dan Nathasya pun langsung terdiam. Begitu pula dengan Cindy.     

Larisa mencoba menenangkan dan membujuk teman-temannya agar tidak benci kepada Audrey. .     

Mereka memang bukan Larisa yang punya hati seperti malaikat dan tidak memiliki dendam.     

Mereka masih sangat membenci Larisa, hanya saja kadar kebenciannya tidak seperti sebelumnya.     

Dan itu semua berkat Larisa yang sudah menasehati mereka semua.     

      

Dan tak terasa bel sekolah pun mulai terdengar, dan mereka bertiga pun masuk ke dalam kelas.     

"Oh my God, hari ini ulangan Fisika!" Natasya tampak gundah sekaligus malas.     

"Lain kali kita belajar bersama ya, Larisa. Aku dan Nathasya juga ingin  pintar Fisika seperti mu," ujar Cindy.     

"Iya, boleh kok, nanti kita belajar bersama-sama ya," kata Larisa.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.