Bullying And Bloody Letters

Siuman



Siuman

0Dalam kegelapan sebuah ruangan gudang tua, yang teramat pengap dan terasa sesak.     
0

Seruni kembali terbangun lagi dan keadaan masih sama seperti awal saat sebelum dia pingsan.     

"Kenapa sih? aku harus terbangun lagi?! kenapa kalian tidak membunuhku saja!" teriak Seruni yang sangat kesal.     

Lalu dia kembali merangkak, untuk mencari jalan keluar dari ruangan itu.     

Tapi meski dia berusaha sekuat tenaga, tetap saja, dia tidak juga menemukan di mana jalan keluarnya.     

      

Dia sudah putus asa, seandainya dia boleh memilih, maka dia akan memilih mengakui semua dan memilih tinggal di penjara, karna walaupun hidup dalam jeruji besi tapi setidaknya dia masih dianggap manusiawi.     

Dan meski tidak bisa bertemu dengan Audrey dan ibunya setiap hari, tapi setidaknya dia masih bisa bertemu mereka sesekali.     

Kini tinggallah sesal, kalau saja waktu itu dia mau menuruti permintaan Larasati dan mengakui perbuatannya serta meminta maaf kepada keluarga Larasati, pasti dirinya tidak semenderita ini.     

"Lara ... Lara ...." Seruni memanggil-manggil nama Larasati dengan  suara yang sedikit melemah.     

Dia masih merangkak menyusuri lantai yang di penuhi debu dan paku-paku berkarat itu.     

"Lara ... aku mohon Lara, lepaskan aku, aku mohon biarkan aku pulang. Aku berjanji akan merawat dan menjaga kedua orang tuamu, layaknya orang tuku sendiri. Aku berjanji, akan mengabdikan diriku untuk menebus segala dosa-dosaku, aku berjanji Larasati." Tukas  Seruni yang memelas.     

Kemudian ruangan itu tiba-tiba berubah menjadi terang benderang. Dan seluruh isi dalam gudang itu terlihat sangat jelas, dan hal itu membuat Seruni merasa lega, cahaya itu seperti memberi harapan kepadanya yang selama ini dalam kegelapan.     

Dan perlahan dia pun menjadi bersemangat, seolah mendapatkan sebuah energi yang memberi kekuatan baru baginya.     

      

      

Meski masih dengan berjalan dengan cara merayap, tapi Seruni sangat bahagia.     

Dia sangat yakin jika kali ini dia pasti akan selamat, dan bisa kembali bersama keluarganya.     

      

Semakin lama dia berjalan merayap, tiba-tiba lantai yang dia pijak berubah menjadi lantai lapangan tenis.     

Dan saat dia melihat keadaan sekitarnya, ternyata dia memang benar-benar sedang berada di lapangan tenis Superior High School.     

      

"Hah, aku selamat," ucapnya penuh bangga.     

Dan perlahan dia mendengar sebuah langkah kaki yang berjalan kearahnya.     

      

Tuk tuk tuk ....     

"Hah, suara langkah kaki!" ucapnya penuh antusias.     

Dan semakin lama langkah kaki itu semakin mendekat dan dia melihat orang itu ternyata  adalah Pak Parman si penjaga sekolah.     

Seruni pun merasa sangat bahagia saat melihat wajah Parman. Padahal selama ini dia sangat membenci Parman dan sangat sombong terhadapnya.     

Namun setelah lama terkurung dalam gudang itu, dia pun mulai rindu dengan orang-orang sekitarnya, bahkan kepada orang yang  tidak ia sukai sekaligus.     

"Pak Parman!" teriak Seruni memanggilnya.     

Tapi Pak Parman sama sekali tak mendengarnya.     

"Pak Parman tak mendengarku? padahal jaraknya sangat dekat begini, ini aneh sekali," gumam Seruni.     

      

Dan Parman pun berjalan mendekat ke arahnya, dan Seruni terus-terusan memanggilnya.     

Bahkan dia yang masih merayap di lantai itu mencoba memegang kaki Parman yang sedang lewat di sampingnya.     

      

Tapi anehnya tangannya tak bisa menyentuh kaki Parman, dan dia merasa hanya seperti hembusan angin.     

Seruni pun kembali merasa kecewa, rupanya dia belum keluar dari dunia lain sepenuhnya.     

Karna buktinya dia masih tidak bisa berinteraksi dengan orang lain.     

      

Dan tak berselang lama terdengar riuh suara siswa bercanda dan berlarian dengan langkah kaki yang bergemuruh.     

Mereka adalah murid-murid yang mulai berdatangan ke sekolah.     

Seruni merasa bahagia karna dia tidak merasa sendiri lagi.     

Tapi dia juga merasa sedih karna dia tidak bisa meminta pertolongan kepada mereka semua.     

      

"Tolong aku, tolong ...!" teriak Seruni dengan sisa tenaganya.     

Dan semakin lama tubuhnya yang tersorot oleh matahari itu pun perlahan menjadi kepanasan.     

Dan cahaya mentari berubah menjadi sangat menyilaukan hingga Seruni menutup kedua matanya dengan kedua tangan.     

Lalu tubuhnya seperti ada yang menghisap dari tempat itu dan Seruni pun berteriak sekencang-kencangnya.     

Lalu dia pun terseret dalam sebuah pusaran yang seolah menariknya masuk kedalam dimensi lain.     

      

      

"Tolong!"     

      

***     

      

      

Sementara itu di rumah sakit.     

"Mami, bangun dong Mami. Ayo kita pulang, Audrey sudah bosan di rumah sakit,"     

Dan perlahan tangan Seruni sedikit bergerak-gerak.     

Dan bola matanya juga memutar-mutar seperti orang yang tengah bermimpi buruk.     

Dan dari sudut matanya keluar tetesan air mata, yang mendadak Seruni menangis.     

      

"Mami, Mami gak papa, 'kan?" tanya Audrey.     

Lalu tubuh Seruni mulai kejang-kejang dan hal itu membuat Audrey menjadi panik.     

"Mami! Mami kenapa?! Dokter!" teriak Audrey.     

Lalu dengan segera dia memencet tombol darurat dalam rumah sakit itu.     

Dan tak lama Dokter dan perawat pun datang menghampiri Seruni.     

"Ada apa ini?" tanya sang dokter.     

"Tolong Mami saya, Dok. Tiba-tiba tubuhnya kejang-kejang begini!" teriak Audrey.     

"Ah, baiklah kamu di luar dulu ya, biar kami yang menangani Ibumu,".     

Dan para petugas medis itu pun mulai memeriksa tubuh Seruni yang masih kejang-kejang itu.     

Dan mereka mendapati jantung berdegup sangat kencamg di luar batas normal.     

Para petugas medis pun mulai merasa bingung sekaligus panik dengan kondisi Seruni.     

"Bagaimana ini, Dok, pasien mengalami keanehan begini?" tanya Perawat.     

"Entalah, saya sangat bingung dengan pasien ini, sebenarnya dia ini sakit apa?" kata sang Dokter.     

"Terus apa yang harus kita lakukan?"     

"Coba pakai alat spot jantung,"     

      

Dan setelah beberapa jam berlalu kondisi tubuh Seruni kembali normal.     

Dan Audrey berserta sang nenek sudah di izinkan masuk kembali untuk menjaga sang pasien.     

      

"Mami, Mami kenapa? ada apa di sana? apa Mami sedang di siksa ya?"     

"Sabar, Sayang, pasti Mami mu akan kembali sehat." ucap sang nenek.     

"Sehat bagaimana, Eyang! aku yakin hantu wanita itu sengaja ingin menyiksa Mami,"     

"Sabar, Sayang! sabar,"     

Dan nenek Audrey pun memeluk tubuh Audrey.     

"Eyang, Audrey tidak mau kehilangan Mami, Eyang!"     

"Ayo kita doakan terus Mami kamu, Sayang, supaya dia lekas siuman,"     

"Audrey sudah berdoa, Eyang! tapi hasilnya sama saja! Mami tidak juga bangun!"     

"ya, kamu harus sabar, Sayang. Jangan putus asa,"     

"Audrey bosan berdoa, Eyang! Mami tidak bangun juga,"     

"Kamu, tidak boleh bicara seperti itu, jangan bosan untuk mendoakan Mami kamu, Sayang,"     

Dan saat mereka sedang menangis dengan berpelukan dan saling menguatkan.     

Seruni kembali bereaksi, dia kembali menggerak-gerakkan perlahan tangannya.     

Dan perlahan dia mulai membuka matanya.     

Dan Seruni melihat Audrey dan juga ibunya sedang berpelukan.     

"A ... Audrey ...." ucap Seruni Lirih dan dia kembali pingsan lagi.     

Audrey pun segera melepaskan pelukannya.     

"Tunggu, Eyang, sepertinya tadi aku mendengar suara Mami yang memanggil," ucap Audrey.     

"Kamu yakin?" tanya Neneknya.     

"Iya aku yakin, Eyang" jawab Audrey.     

      

      

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.