Bullying And Bloody Letters

Tidak Akan Memaafkan Mu!



Tidak Akan Memaafkan Mu!

0"Ini benar Seruni, 'kan?" tanya Tyas yang merasa percaya. Dan Tyas pun mengangguk.     
0

      

Larisa dan Alex tampak ragu-ragu memasuki ruang makan itu, terutama Larisa, dia hanya menunduk dan tidak berani menatap Seruni.     

"Larisa, ayo cepat duduk jangan malu-malu, ini semuanya masakan, Eyangku lo, di jamin enak pokoknya," ucap  Audrey.     

Larisa pun hanya menganggukkan kepalanya sesaat sambil tersenyum terpaksa. Karna Larisa takut jika Seruni akan mengatainya hal-hal yang buruk seperti yang sudah-sudah.     

      

Tapi pada kenyataannya Seruni sama sekali tidak ingin berniat buruk kepadanya dan siapa pun.     

Hari ini dia mengundang orang-orang itu sebagai wujud rasa syukurnya sekaligus ingin berterima kasih dengan mereka semua.     

"Terima kasih ya, Tyas. Kamu sudah mau datang kemari, begitu pula dengan Larisa dan Alex," ucap Seruni.     

"Jujur aku tidak menyangka kamu akan mengundangku malam ini, dan aku turut bahagia kamu sudah kembali sehat, Seruni," ucap Tyas.     

"Iya, dan oleh karna itulah aku mengundang kalian semua, karna aku ingin berterima kasih kepada kalian. Dan aku ingin meminta maaf kepada kalian semua," jelas Seruni.     

Tyas pun tersenyum, "Soal itu kami sudah memaafkan mu bahkan sejak kamu belum sadar," balas Tyas.     

      

"Sekali lagi maafkan aku, Tyas. Padahal kamu sudah mengingatkanku, tapi aku selalu keras kepala dam sombong, mungkin kalau aku mendengarkanmu, aku tidak akan mengalami peristiwa yang menyeramkan," tutur Seruni.     

"Iya, tidak apa-apa, yang penting sekarang kamu sudah berubah, dan itu membuatku bahagia," sahut Tyas.     

"Alex, Larisa, aku juga meminta maaf kepada kalian, terutama kamu, Larisa,"     

"Saya?"     

"Iya kamu, Larisa, karna aku sering menghinamu, menyakiti, bahkan memfitnahmu juga pernah. Sekali lagi aku minta maaf ya," ucap Seruni.     

Dan Larisa pun seketika langsung mengangkat wajahnya sambil tersenyum.     

"Iya, Bu Seruni. Tidak apa-apa kok, saya tidak benci dengan, Bu Seruni." ucap Larisa.     

"Terima kasih sekali lagi untuk kalian, yang sudah membantu menyematkanku dan memaafkanku." Ucap Seruni.     

"Yasudah berhubung, sesi minta maafnya selesai, ayo kita makan saja, sayang nih, makanannya keburu dingin," tukas ibunya Seruni.     

"Ayo!" sahut Audrey penuh semangat.     

      

Akhirnya di mulai dari hari itu hubungan mereka mulai membaik  dan Seruni pun mulai menyusun rencana untuk memulai pertobatannya itu.     

Yang pertama dia berencana akan menjual beberapa tas branded nya, lalu hasil uangnya akan dia sumbangkan kepada orang tua Larasati.     

      

      

***     

Esok harinya.     

Seruni dan Tyas mulai mendatangi kediaman orang tua Larasati.     

      

Dan setelah beberapa kali mengetuk pintu ibunda mendiang Larasati pun keluar menghampiri mereka.     

"Selamat siang, Ibu," sapa Tyas.     

Dan wanita tua yang ringkih itu pun tampak memandangi wajah Tyas yang tak asing baginya.     

"Kamu ... Tyas ...?" tanya ibunya Larasati.     

"Iya, Bu. Benar saya adalah Tyas, sahabat dari Larasati,"     

"Jadi benar kamu, Tyas?"     

Tyas kembali mengangguk sambil tersenyum.     

"Tyas, sudah lama ya kita tidak bertemu, Ibu sangat merindukanmu, Nak ...." Wanita tua itu mengelus wajah Tyas dan memeluknya.     

"Maaf 'kan saya  Bu. Saya sudah lama tidak menengok, Ibu?"     

"Iya tidak apa-apa, Ibu tabu kamu sangatlah sibuk, kalau seandainya saja putri Ibu, masih ada, pasti dia sudah sedewasa dan sesukses kamu, Nak. Dan Ibu tidak akan sendirian begini setelah di tinggal Suami, Ibu," tutur Ibunya Larasati.     

"Sabar ya, Bu," ucap Tyas.     

"Iya, Ibu selalu bersabar sampai detik ini, dan ibu yakin suatu hari nanti, Lara akan pulang dan menemui Ibu. Entah kapan pun itu, Ibu akan menunggu kedatangan putri tunggal kesayangan Ibu itu," ucap ibundanya Larasati, dan Tyas pun segera memeluknya..     

      

Dan mendengar ucapan wanita tua itu, Seruni merasa sangatlah bersalah. Dia benar-benar sudah menghancurkan kehidupan orang.     

Tak sadar matanya mulai berkaca dan mulai meneteskan  air matanya.     

"Maafkan Saya, Bu!"     

Seruni langsung berlutut di kali wanita tua itu.     

Dan wanita tua itu tampak sangat heran dan bingung.     

"Loh, ini ada apa to? kenapa kamu berlutut begitu, Nak. Ayo bangun," ucap ibundanya Larasati.     

"Maafkan saya, Bu. Saya mohon maafkan saya! ampuni dosa-dosa saya yang sudah membunuh putri Ibu," ucap Seruni penuh sesal.     

Dan mendengar ucapan Seruni bahwa dia yang telah membunuh Larasati.     

Wanita tua itu seketika murka.     

Dia langsung melepaskan tangan Seruni dari kakinya.     

Dia menangis sejadi-jadinya, saat mengetahu kenyataan bahwa ternyata putri kesayangannya yang sudah dia tunggu selama bertahun-tahun itu sudah meninggal.     

Padahal sangat besar keinginannya untuk bertemu sang putri kembali.     

      

"Kamu jahat sekali! kenapa kamu sampai tega membunuh putriku? memangnya Putriku salah apa kepadamu?" ucap ibundanya Larasati.     

"Maafkan saya, Bu ... maafkan saya, saya memang pengecut yang kejam," ucap Seruni sambil menangis.     

"Harusnya kamu bilang sejak dulu, kamu meminta maaf, kepada kami, saat Ayahnya Larasati masih hidup. Karna beliau sangat menunggu kedatangan putrinya. Bahkan sampai akhir hidupnya beliau masih menunggu kepulangan, Lara!"     

Tyas kembali memeluk tubuh ibundanya Larasati itu sambil menangis, dia mencoba menenangkannya.     

Sementara Seruni hanya bisa pasrah menerima kemarahan ibundanya Larasati.     

Karna ini memangkah salahnya. Bahkan kalau harus di pukul atau di bunuh oleh wanita tua itu sekali pun, Seruni pun rela, asal semua itu bisa menebus segala dosa-dosanya.     

      

"Bu, saya sudah berjanji dengan Lara, bahwa saya akan berbakti kepada Ibu. Dan saya juga akan menyerahkan diri ke polisi. Saya akan di hukum seumur hidup mungkin. Tapi saya sudah siap dengan apa pun risiko yang saya dapat dari perbuatan saya. Tapi saya mohon maafkan saya, Bu," tutur Seruni.     

Dan ibunda Larasati pun tampak masih belum terima.     

"Kenapa orang kaya dan punya segalanya seperti kamu itu masih saja tega merebut kebahagiaan orang miskin seperti kami!?"     

"Maafkan saya, Bu! maaf kan saya hik," ucap Seruni.     

"Kami ini sudah miskin, buta huruf, dan satu-satunya harapan kami adalah Larasati, putri kami yang sangat cerdas dan mampu memasuki sekolahan elite, tentu kami juga ingin melihat dia sukses dan mengangkat derajat kami sebagai orang tua! tapi kenapa kamu malah membunuhnya! harapan kami menghilang, dan selamanya kami tidak akan bisa melihat impian kami itu terwujud, sampai suamiku meninggal, bahkan sampai aku nanti juga akan mati, kami tidak akan bisa melihat, Lara sukses dan menggapai impiannya, hik hik, kalian itu jahat!"     

"Sudah, Bu. Sudah, kedatangannya kemari hanya  ingin meminta maaf kepada, Ibu. Jadi tolong maafkan dia, Bu," mohon Tyas.     

"Lalu, kalau aku memaafkah iblis ini, apa putriku yang berharga itu akan pulang?!"     

Tyas pun langsung terdiam.     

"Apa, setelah dia meminta maaf, hidup kami akan kembali utuh lagi?!"     

Tyas dan Seruni masih juga terdiam.     

"Tidak, 'kan?! maka dari itu selamanya aku tidak mau memaafkannya, bahkan sampai aku mati sekali pun!"     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.