Bullying And Bloody Letters

Sebuah Persahabatan



Sebuah Persahabatan

Walaupun Seruni sudah berlutut dan memohon untuk meminta maaf, tapi ibunda Larasati tidak mau memaafkannya.     

Bahkan beliau sampai mengusir Seruni dan juga Tyas.     

      

"Bu, tolong maafkan saya, Bu, saya berjanji akan menebus segala kesalahan saya kepada Ibu," mohon Seruni.     

"Sudah saya bilang bahwa saya tidak akan pernah, memaafkan kamu bahkan sampa mati pun. Dan sekarang sebaiknya kamu pergi dari rumah saya!"   bentak ibunya Larasati.     

"Tapi, saya mohon, Bu. Maafkan saya,"     

"Pergi kamu! saya bilang pergi ya pergi!"     

Lalu Tyas kembal menghampiri ibunda Larasati.     

"Saya mohon, Bu. Maafkan Seruni, dia berjanji akan menebus segala dosa-dosanya," ucap Tyas yang membujuk ibunya Larasati.     

"Diam! kamu juga pergi, Tyas! Ibu sangat kecewa kepadamu, kamu tidak berbicara kepada Ibu sejak dulu, kenapa kamu malah baru mengantarkan perempuan jahat kepadaku sekarang?!"     

"Maaf kan saya, Bu,"     

"Ah, sudah cepat pergi dari tempat ini!"     

      

Lalu mereka berdua pun bergegas pergi dari tempat itu.     

Saat ini hati ibundanya Larasati sedang terguncang.     

Wanita tua itu sangatlah tidak percaya harus menerima kenyataan pahit di usia senjanya.     

Bahkan kalau boleh memilih lebih baik dia tak mendengar kabar buruk itu dan tetap menganggap Larasati masih hidup dan menunggu kepulangannya sampai mati.     

      

      

***     

      

Sementara itu di sekolah, Larisa tampak sedang asyik dengan kedua sahabatnya yaitu, Cindy dan juga Nathasya.     

"Eh, tau enggak, pacar baruku mengajak aku nonton nanti malam," ucap Nathasya.     

"Ciye, yang punya pacar baru, asyik ya lagi berbunga-bunga," ucap Cindy yang meledek.     

"Iya dong! memangnya kamu jomblo terus ups hehe," ledek balik Nathasya kepada Cindy.     

"Ih, jahat nih, Nathasya!" keluh Cindy.     

"Ih, jangan marah dong, Cindy Cantik, kan aku cuman bercanda," rayu Nathasya kepada Cindy.     

"Habisan ngomongnya gitu, sudah tahu aku lagi jomblo malah di katai, orang jomblo itu sensitif tahu!"  ucap Cindy sambil mulutnya menyun.     

"Iya, maaf deh, Cindy Sayang, uh kalau lagi mengambek lucu banget wajahnya," Nathasya mencubit kedua pipi Cindy dengan gemas.     

"Aww! Tasya! sakit nih!"     

"Haha! ih kalau marah makin lucu deh!" Nathasya pun berlari menghindar dari Cindy dan Cindy pun mengejar Nathasya yang sedang berlari.     

"Awas ya, Tasya!" teriak Cindy sambil mengepalkan tangannya.     

"Ih, takut serem banget!"" ujar Nathasya dengan nada meledek sambil berlari     

"TASYA!" teriak Cindy dengan kencang, sampai seisi  kantin melihat mereka berdua.     

      

Larisa hanya melihat tingkah kedua temannya itu sambil tersenyum, dia membayangkan suatu hari nanti dia juga bisa seperti mereka, bisa saling bercanda sesuaka hati tanpa rasa canggung sedikit pun.     

Karna selama ini dia belum pernah merasakan punya sahabat dekat selain Alex.     

Dan hubungan persahabatannya dengan Alex tentu tak sama dengan  hubungan persahabatan antara, Cindy dan Nathasya.     

Karna mereka sama-sama perempuan, berbeda dengan dia dan Alex yang berbeda jenis, sudah pasti sedekat apa pun mereka masih ada sekat pembatas, diantara mereka berdua.     

      

"Heh! melamun apa sih?" tanya Alex sambil menepuk punggung Larisa.     

"Eh, Alex! kamu ngagetin aja nih, kok sudah ada di belakang saja, kamu kapan sampainya?"     

"Sejak tadi, tapi aku tidak mau mengganggu kalian  bertiga, jadi aku menunggu sampai mereka pergi," ucap Alex.     

"Ow, begitu ya." Jawab singkat Larisa.     

"Oww doang,"     

"La terus apa lagi, Alex?"     

"Ya, kamu kan belum menjawab pertanyaan ku kamu sedang melamunkan apa?"     

"Aku, melamun?" Larisa menggaruk-garuk keningnya, "melamun apa ya? bingung," jawab Larisa.     

"Oh, sekarang begitu ya?"     

" Tapi—"     

"Ok, baiklah kalau begitu, aku marah nih,"     

"Ih, jangan dong," kata Larisa.     

"Yah, habisnya kamu begitu sih,"     

"Terus  biar gak marah aku mesti bagaimana ini?" tanya Larisa.     

"Cium dulu," ucap Alex sambil tersenyum dan memejamkan matanya.     

"Ih, Alex. Ini kan di kantin, nanti kalau ada yang lihat gimana malu, 'kan?"     

Dan Alex pun langsung melihat keadaan sekitar, "Hah, mereka sedang sibuk sendiri-sendiri kok, kiss pipi doang gak bakal ketahuan,"     

"Ih, Alex!" Larisa tampak keberatan.     

"Ayo dong, Larisa. Kalau enggak aku marah nih,"     

Dan Larisa pun menengok ke kanan dan kirinya, lalu dia langsung mengecup pipi Alex.     

"Udah!" ketus Larisa.     

"Ciyeee!" teriak Cindy dan Nathasya yang tiba-tiba muncul di belakangnya.     

"Hah!? ka-kalian kenapa bisa ada disini?" tanya Larisa yang kaget.     

"Haha! ternyata Larisa!" ucap Nathasya.     

"Ya ampun manis banget, sih kalian," tukas Cindy.     

"Ah, kalian ini ganggu saja!" ujar Alex.     

      

Lalu mereka berempat pun kembali duduk dalam satu meja kantin itu dan memesan beberapa camilan yang tersedia di kantin itu.     

Mereka berempat mengobrol dan bercanda hingga tak terasa bel masuk pun tiba.     

      

      

***     

Sementara itu di sekolah baru Audrey, Audrey juga sedang berada di dalam kelas, dia tengah asyik mengerjakan tugas kelompok bersama teman-teman.     

"Wah, tidak di sangka ya, ternyata bahasa inggris Audrey sangatlah bagus." kata Nola.     

"Iya, 'kan dia pindahan dari Superior High School, dan aku dengar di sana banyak siswa bulenya lo," ujar Airin.     

"Pantesan Audrey jago bahasa inggrisnya." Celetuk Vania.     

"Coba aku bisa sekolah disana, pasti bakalan keren banget kan ya?" imbuh Nola.     

"Ah, kalian ini ngomong apa sih, di sini itu sekolahnya juga gak kalah keren tau, siswinya juga baik-baik lagi,"  ucap Audrey.     

"Ah, Audrey ni bisa aja, sekolah ini gak ada apa-apa dengan superior High School tau!"     

      

      

***     

      

Dan sepulangnya dari sekolah, Larisa datang ke sekolah baru Audrey, karna mereka berjanji akan pergi bersama ke toko buku.     

Larisa terpaksa datang sendirian karna saat ini Alex kembali pulang telat karna sedang ada latihan basket.     

"Ini ya, sekolahnya Audrey," tukas Larisa sambil menunggu Audrey keluar dari sekolahan.     

Dan tak lama riuh suara siswa dan siswi yang keluar kelas pun mulai terdengar.     

"Ah, itu pasti Audrey juga ke luar," ucap Larisa.     

Dan benar saja, Audrey keluar dari dalam kelas itu bersama tiga teman barunya.     

Audrey tampak asyik berjalan sambil mengobrol dengan mereka, sama sekali tak terlihat seperti Audrey yang dahulu, bahkan ketiga temannya juga berpenampilan biasa saja.     

Larisa turut bahagia melihat Audrey yang sudah mulai bisa beradaptasi itu.     

      

"Audrey benar-benar bukan lagi, Audrey yang dulu," ucap Larisa sambil menunggu kedatangan Audrey di depan pintu gerbang.     

"Audrey!" teriak Larisa.     

Dan Audrey pun menengok kearah Larisa, "Eh, Larisa!" sahut Audrey.     

"Dia temanmu dari sekolah elite itu ya?" tanya Nola.     

"Iya namanya Larisa, kalian mau berkenalan?" tanya Audrey.     

"Boleh," jawab Nola.     

"Ya sudah ayo kita hampiri dia, biar aku kanalkan kepada kalian," tukas Audrey.     

      

Dan setelah sampai di depan gerbang Audrey pun langsung menyapa Larisa dan memperkenalkan teman-temannya.     

"Hay, Larisa, kenalkan ini teman-teman ku," ucap Audrey.     

"Hai, aku Nola," Nola mengulurkan tangannya kepada Larisa.     

"Larisa,"  Larisa menjabat tangan Nola.     

Lalu di ikuti dengan Airin dan terakhir oleh Vania     

      

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.