Bullying And Bloody Letters

Di Traktir



Di Traktir

0Malam yang pekat dan penuh kilauan bintang, Wijaya mengintip dari balik jendela rumahnya.     
0

Dia melihat ke atas, tapi tidak ada bulan malam ini yang hanya kerlip bintang     

Dia menanti kedatangan Larasati, seperti malam itu.     

"Lara, aku rindu," gumam Wijaya.     

Lalu Wijaya pun berjalan keluar dari dalam rumahnya.     

Dan di luar dia bertemu dengan sang Security.     

      

"Loh, Pak Wijaya! Bapak hendak kemana?" tanya Scurity itu.     

"Saya, sedang mencari angin, Juki," jawab Wijaya.     

"Kalau begitu biar saya antarkan saja ya?"     

"Jangan, kamu jaga rumah saja, saya tidak apa-apa sendirian, karna hanya sekitar sini saja kok,"     

"Tapi, Pak!"     

"Sudah, ikuti saja perkataanku, aku tidak akan lama kok," jawab Wijaya.     

Akhirnya Juki pun menuruti perkataan majikannya, walau sebenarnya dia sangat takut jika terjadi apa-apa kepadanya.     

Tapi karna ini memang keinginan Wijaya sendiri akhirnya dia pun terpaksa menurutinya. Dan tetap berjaga di posnya sambil menunggu Wijaya pulang dari jalan-jalan malamnya.     

      

      

***     

Dan setelah beberapa menit berlalu, Wijaya pun sampai di taman dan duduk di bangku yang sama saat dia bertemu dengan Larasati malam itu.     

"Lara, kamu kenapa tidak datang?" ucap Wijaya dengan pelan.     

Dan tiba-tiba saja dia merasakan ada hembusan angin yang lembut dan menyejukkan, perlahan menerpa tubuhnya.     

Dan seketika itu tubuh Wijaya pun langsung merinding.     

"Lara? apa kamu datang?" ucap Wijaya sambil mencari-cari keberadaan Larasati.     

Dan tepat di belakangnya, Larasati sudah duduk manis dan berpenampilan sangat cantik.     

Lalu perlahan Larasati menepuk pundak Wijaya.     

Lalu Wijaya pun menoleh ke arahannya.     

"Larasati," ucap Wijaya.     

Dan Larasati pun tersenyum, lalu Wijaya langsung memeluk Larasati.     

"Larasati, aku rindu," ucap Wijaya     

"Sama, aku pun begitu. Dan percayalah ketika kau merindukan ku itu artinya aku juga sedang merindukanmu." Tukas Larasati.     

"Aku benar-benar, tidak bisa hidup tanpa mu. Aku ingin sepanjang hidupku, kau tetap menemaniku meski kita berbeda dunia," pinta Wijaya.     

Dan Larasati pun mengangguk, sambil mengelus punggung Wijaya.     

      

***     

      

Esok harinya.     

      

Kayatri pun mendatangi rumah Wijaya. Tentu bukan hanya dengan tangan kosong, karna Kayatri membawakan oleh-oleh untuk Wijaya.     

Dan tepat saat itu juga Wijaya baru saja pulang dari taman.     

      

"Wijaya! kamu dari mana?" tanya Kayatri.     

Wijaya pun hanya menatapnya dengan tegas, tanpa sepatah kata pun yang terlontar dari bibirnya.     

"Wijaya, kamu pasti belum sarapan, 'kan ya?" tanya Kayatri.     

"Aku tidak lapar!" ketus Wijaya.     

Dan Wijaya pun langsung masuk kedalam rumahnya tanpa mempersilahkan Kayatri masuk.     

'Ih, sialan aku di abaikan dengan si Penyakitan  itu!' batin Kayatri.     

      

Lalu Kayatri tanpa rasa malu tetap menerobos masuk ke dalam rumah Wijaya.     

Dan tepat saat itu juga Wijaya mengusirnya.     

"Pergi kamu!" teriak Wijaya.     

"Jaya! kamu itu kasar sekali sih denganku! memangnya aku salah apa denganmu?!" teriak Kayatri.     

"Aku bilang pergi ya pergi!" bentak Wijaya.     

Tapi Kayatri tak mau menyerah, dan dia tetap berusaha mendekati Wijaya.     

"Wijaya, kenapa sih kamu harus sedingin ini?" Kayatri memegang tangan Wijaya.     

"Aku ini benar-benar tulus ingin menjadi istrimu, tolong beri aku kesempatan, Wijaya!" pinta Kayatri.     

Lalu Wijaya kembali melepaskan tangan Kayatri dengan kasar.     

"Tolong, Kayatri! pergi dari rumah ku, aku ingin beristirahat dan tidak ingin di ganggu, jadi tolong pergi saja!"     

"Wijaya! aku hanya ingin mengobrol bersamamu, memangnya apa yang salah?!"     

Dan saking kesalnya Wijaya pun sampai membentak Kayatri dengan suara yang lebih kencang lagi dari sebelumnya.     

"Ayo cepat pergi! kalau aku bilang pergi ya pergi!"     

Seketika Kayatri langsung terdiam, dan dia pun merasa sedikit kaku.     

Dan dengan berat hati, Kayatri pun pergi meninggalkan Wijaya.     

      

Setelah itu Wijaya langsung memegang bagian dadanya.     

Karna amarahnya tadi, membuat dadanya terasa sedikit nyeri. Di tambah lagi, tadi malam dia berada di taman bersama Larasati, tentu hal itu membuat kondisi tubuhnya menjadi tidak fit.     

Akhirnya Wijaya memutuskan untuk berbaring saja di dalam kamar, dan hari ini ia akan gunakan waktunya beristirahat sepanjang hari di dalam kamar.     

      

      

***     

Sementara itu Kayatri pun pulang dalam keadaan kesal.     

Sambil menenteng makanan yang tidak jadi dia berikan kepada Wijaya tadi.     

"Ah, sial! kenapa dia itu masih sama saja! masih angkuh dan dingin, padahal dia itu sudah tidak setampan dan segagah dulu. Lalu apa lagi yang akan dia banggakan selain hartanya!?'     

Kayatri terus menggerutu dan marah-marah di jalanan. Dia masih kesal jika mengingat perlakuan Wijaya kepadanya tadi.     

      

"Tapi tenang saja, Wijaya! karna aku tetap akan mengejarmu sampai dapat, dengan cara apa pun, karna aku ini bukan tipe orang yang mudah menyerah!"     

Dan saat berjalan menyusuri trotoar, tiba-tiba dia berpapasan dengan mobil Seruni.     

      

Tin tin!     

Ckiit ....     

"Kayatri!" panggil Seruni.     

"Hah, Seruni?"     

Dan Seruni pun langsung turun dari mobilnya.     

"Kamu kok jalan kaki sih, memangnya habis dari mana?" tanya Seruni.     

Seketika Kayatri pun menjadi kaget, karna beberapa hari lalu dia melihat Seruni masih terbaring lemah di rumah sakit  tapi sekarang tiba-tiba dia sudah tampak sehat dan seolah tak terjadi apa pun kepadanya.     

"Se-Seruni ... kok kamu ada di sini sih? kamu bukannya sedang sakit ya?" tanya Kayatri.     

"Iya, aku baru sembuh dari sakitku," jawab Seruni.     

"Tapi kok, bisa secepat ini?" tanya Kayatri yang heran.     

Dan Seruni pun juga bingung harus menjawabnya bagaimana, karna sakitnya memanglah tidak wajar, dan akhirnya dia mengalihkan pembicaraan.     

"Kayatri, ayo pulang denganku, dan pulangnya kita mampir di Cafe depan sana!" tukas Seruni sambil menunjuk letak cafe itu.     

      

'Aduh, sial uangku kan hampir habis, aku saja sampai jalan kaki biar irit ongkos, tapi dia malah mengajakku  ke cafe mahal itu,' batin Kayatri.     

"Bagaimana? mau tidak?" tanya Seruni.     

Dan Kayatri pun langsung memutar otaknya untuk mencari alasan dengan Seruni.     

"Ah, tapi aku ini sedang—"     

"Sedang apa?!"     

"Sedang diet, iya aku sedang diet!" ucap Kayatri.     

"Hah, diet?!" Seruni pun merasa tidak percaya.     

"Iya aku sedang diet, makanya aku berjalan kaki begini, karna ini semua adalah cara mempersukses program dietku," ucap Kayatri.     

"Sejak kapan kamu mulai diet, tubuhmu kan sudah langsing?"     

"Ah, pokoknya aku ingin diet saja, untuk menjadi tubuh ideal ku," tukas Kayatri yang berbohong.     

      

      

'Rupanya dia masih juga berbohong, padahal aku sudah tahu semuanya kalau dia itu jatuh miskin setelah bercerai dari suaminya,' batin Seruni.     

Lalu Seruni pun langsung menarik tangan Kayatri, lalu mengajaknya masuk ke dalam mobilnya.     

"Sudah, ayo aku antar pulang. Dan hari ini sebaiknya kamu tidak perlu diet lagi, karna aku akan mentraktirmu." Tutur Seruni.     

"Ma-maksudnya? kamu akan mentraktirku ya?" tanya Kayatri..     

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.