Bullying And Bloody Letters

Keberanian Larisa



Keberanian Larisa

0Akhirnya karna mengingat ucapannya kepada Larasati dulu, Bu Salamah pun sedikit luluh, dia merasa kasihan kepada Seruni.     
0

Padahal Seruni sudah benar-benar bertobat, dan meminta maaf kepadanya, tapi sayangnya dia malah tidak mau memaafkannya.     

Dan perlahan Bu Salamah pun membantu Seruni berdiri.     

"Sudah, jangan memohon lagi aku sudah memaafkanmu," ucap Bu Salamah.     

Dan Seruni pun tampak sangat bahagia mendengar ucapan Bu Salamah.     

"Wah, benarakah?! Ibu sudah memaafkan saya?!" tanya Seruni dengan mata berbinar.     

Dan Bu Salamah pun mengangguk, "Iya saya sudah memaafkan kamu, jadi sebaiknya kamu pulang dan berganti pakaianlah, dan maaf sudah membuat mu basah begini," tukas Bu Salamah.     

"Tidak masalah, Bu! bahkan kalau Bu Salamah ingin memukulku pun aku ikhlas," tutur Seruni.     

Bu Salamah pun menggelengkan kepalanya, "Tidak! aku bukan orang sekejam itu,"  jawab Bu Salamah.     

Dan Seruni pun terharu mendengarnya, dia merasa malu dengan dirinya sendiri yang sudah tega membunuh Larasati dulu. Bahkan atas perbuatan kejamnya ini, Bu Salamah masih bisa memaafkannya, bahkan untuk memukulnya pun dia juga tak mau.     

"Bu! terima kasih ya!" ucap Seruni sambil memeluk Bu Salamah.     

Bu Salamah pun menghela nafasnya dalam-dalam.     

Dia mencoba benar-benar melepaskan rasa bencinya kepada Seruni.     

Dan setelah itu Seruni pun berpamitan pulang kepada Bu Salamah.     

"Bu, Kalau begitu saya izin pulang dulu ya, dan saya mohon, Bu Salamah, terima uang ini," tukas Seruni sambil menyelipkan amplop ke dalam saku Bu Salamah.     

"Bawa saja uang ini, aku tidak membutuhkannya, aku masih bisa mencukupi kebutuhanku sendiri dengan berjualan di pasar," ucap Bu Salamah.     

"Tapi, saya ikhlas memberikannya kepada Ibu, saya tidak mau Bu Salamah menolaknya, karna saya sudah menjual beberapa tas saya demi Ibu. Jadi saya mohon terima ya," pinta Seruni     

Dan Bu Salamah pun memegang amplop itu. Lalu perlahan dia melihat isi di dalam amplop itu, terdapat uang yang jumlahnya tak terhitung banyaknya, Bu Salamah sangat gemetar saat melihatnya, karna sebelumnya dia tidak pernah melihat uang sebanyak itu.     

"Aku, ti-tidak mau uang ini, uang ini terlalu banyak, aku takut." Ucap Bu Salamah.     

"Uang ini, tidak terlalu banyak Bu, Ibu Biasa menyimpannya," ucap Seruni.     

"Tidak! aku tidak mau, karna kalau orang tua sepertiku ini menyimpan uang sebanyak itu, pasti para perampok akan datang ke rumahku," tutur Bu Salamah.     

"Owh, jadi ibu takut ya?" tanya Seruni. Dan Bu Salamah pun mengangguk.     

"Oh, kalau begitu biar nanti saya buatkan buku tabungan dan kartu debit untuk, Bu Salamah," ucap Seruni,     

"Tidak usah, kamu tidak perlu repot-repot begitu, karna saya hidup begini saja sudah cukup," ucap Bu Salamah.     

"Sudah Bu Salamah, tenang saja, nanti biar saya urus. Dan sekarang, terima uang ini," Seruni menarik  beberapa lembar uang dari dalam amplop itu, lalu memberikan kepada Bu Salamah sebagai pegangan. Dan sisanya kembali dia bawa pulang untuk di masukan kedalam kartu Atm barunya Bu Salamah nanti.     

      

"Tapi, ini—"     

"Sudah tidak apa-apa, Bu Salamah pegang saja," tukas Seruni.     

      

Dan setelah itu Seruni pun pergi meninggalkan Bu Salamah, setidaknya saat ini dia merasa sangat senang karna Bu Salamah sudah mau memaafkannya, satu beban tercabut dalam hatinya.     

Sekarang dia harus memikirkan asisten rumah tangga untuk Bu Salamah, karna dia tidak tega melihat beliau sendirian.     

      

"Mungkin setelah ini, aku bisa merasa tenang di dalam penjara nanti," tutur Seruni.     

      

***     

      

Di sekolahan Audrey. Tampak Audrey dan Airin sedang duduk berdua dan saling mengobrol.     

"Audrey, teman kamu Larisa itu, kapan akan datang kemari lagi?" tanya Airin.     

"Emm, gak tahu juga sih, dia itu sangat sibuk," jawab Audrey.     

"Sibuk, sibuk apa? dia kan hanya pelajar seperti kita," tutur Airin.     

"Iya sih, tapi sepulang sekolah biasanya dia membantu Ibunya berjualan, kemarin saja dia mau pergi karna sekalian mencari buku," jelas Audrey, dan Airin pun tampak kaget mendengar jika Larisa sedang sibuk membantu ibunya berdagang.     

Padahal Larisa adalah anak Superior High School, yang terkenal tempatnya anak-anak konglomerat berkumpul, masa iya bisa sibuk membantu Ibunya berjualan.     

Dia sama sekali tidak tahu jika Larisa hanya anak orang biasa dan dia berada di sekolah itu berbekal prestasi dan beasiswa.     

      

"Larisa, membantu Ibunya berjualan, maksudnya?" tanya Airin.     

"Iya, Ibunya punya warung sate yang berada di dekat pasar," ucap Audrey.     

"Hah?! warung sate?!"     

"Iya, memangnya kenapa kalau Larisa punya warung sate dan membantu Ibunya berjualan?"     

"Ya, enggak! cuman, dia kan sekolah di sekolahan elite, masa ia dia berjualan sate?"     

"Ow, soal itu, jadi gini ceritanya, Larisa bisa sekolah di Superior High School, karna dia mendapatkan beasiswa," Jelas Audrey.     

Airin pun masih tak percaya denagn ucapan Audrey. Tapi Audrey pelan-pelan menjelaskan soal Larisa kepadanya, dan Airin pun mulai mengerti.     

Tapi Audrey belum berani untuk mengatakan semuanya soal dirinya dan Larisa dulu yang bermusuhan.     

Karna Audrey takut, Airin akan membencinya setelah mengetahui jika dulunya dirinya adalah seorang tukang Bully.     

      

Dan setelah mendengar cerita dari Audrey tentang Larisa, Airin pun merasa sangat kagum dengan Larisa, karan Larisa yang seorang anak dari keluarga biasa saja bisa berada di Superior High School.     

"Wah, Larisa itu sangat keren ya?" tukas Airin. Dan Audrey pun menganggukkan kepalanya.     

Dan tak lama Nola dan juga Vania datang menghampiri mereka.     

"Hai, kalian sedang apa?" tanya Vania.     

"Biasa cewek sedang rumpi, upss haha!" ucap Airin sambil tertawa.     

"Aduh, rumpi apaan tuh?" tanya Nola, "kok gak ajak-ajak aku sih," ucap Nola.     

"Haha, kalian ini apa-apaan sih!" sahut Audrey.     

      

      

***     

Di Superior High School.     

Alex dan Larisa pun tampak sedang asyik berada di meja kantin sambil mengotak-atik laptopnya.     

"Aku ke toilet sebentar ya?" tukas Alex.     

"Oh, iya silakan," jawab Larisa.     

"Kamu jangan kemana-mana dulu ya sebelum aku pulang," ucap Alex.     

"Iya," jawab Alex.     

      

      

Lalu tepat saat itu juga ada seorang anak dari kelas lain datang menghampiri Larisa.     

Dia tertarik dengan Larisa dan mereka ingin menjadikan Larisa sebagai guru privatnya, karna mereka tahu jika Larisa terkenal pintar.     

"Ehem! permisi, maaf ya aku mengganggu sebentar," tukas siswa itu.     

"Iya, ada perlu apa ya?" tanya Larisa.     

"Kamu kan Larisa si Pemenang Olimpiade yang tak terkalahkan itu, 'kan?" ucap anak lelaki itu.     

Dan Larisa pun mengangguk lalu dia menunduk.     

"Wah, kamu ini pemalu sekali ya orangnya. Dan aku lihat penampilan mu sekarang sangatlah cantik, berbeda dengan yang dulu, apa kamu sudah punya pacar?" tanya anak laki-laki itu lagi. Karna dia memang sebelumnya tidak memperhatikan Larisa, sehingga dia tidak tahu jika Larisa sudah memiliki pacar yaitu Alex.     

Anak lelaki itu bernama Radit, dan dia mendekati Larisa setelah dia mengalami masalah tentang nilainya yang saat ini benar-benar berada di bawah standar.     

Wali kelasnya menyarankan Radit untuk mencari guru privat, tapi dia tidak mau, karna menurutnya itu semua sangatlah membosankan.     

Dan melihat Larisa yang saat ini penampilannya sudah berubah cantik, membuatnya ingin menjadikannya sebagai guru privatnya.     

Karna selain kecerdasan Larisa yang sudah tidak di ragukan lagi, wajah Larisa yang sangat cantik dan usianya yang  seumuran dengannya, membuatnya yakin akan sangat bersemangat jika belajar dengan Larisa.     

      

"Aku mau kamu menjadi guru privatku, apa kamu mau?" tanya Radit.     

Dan mendengar hal itu Larisa menjadi kaget.     

"Apa?! Guru Privat?!"     

"Iya, kamu menjadi Guru Privatku ya," pinta Radit sambil tersenyum.     

"Ta-tapi—"     

"Tenang aku akan membayarmu mahal, lagi pula aku akan tahu kalau kamu itu sebenarnya orang miskin, 'kan? karna aku dengar dari orang-orang," tukas Radit dengan nada yang seolah melecehkan.     

Dan Larisa pun hanya terdiam menunduk sambil cemberut. Karna mendengar ucapan Radit itu membuatnya sangat kesal. Terlihat betul jika Radit itu orang yang sangat sombong.     

"Loh, kok diam saja? ayo bilang iya! nanti aku bakal ngasih uang lebih kalau kamu melakukan hal yang lain denganku," tutur Radit lagi sambil melirik kearah Larisa dengan pandangan yang nakal.     

Dia melihat tubuh Larisa dari atas  ke bawah.     

Tentu hal itu membuat Larisa menjadi geram.     

Akhirnya Larisa pun  secara reflect menggebrak mejanya.     

      

Brak!     

"Kamu itu jangan kurang ajar ya sama saya!" bentak Larisa, namun wajah Larisa masih menunduk, matanya tak berani menatap Radit.     

Dan Radit pun merasa kaget saat Larisa membentaknya, padahal  setahunya Larisa itu adalah gadis pemalu dan penakut, agak sedikit mengagetkan saat Larisa berani membentaknya seperti ini.     

"Wah, kamu berani membentakku ya?!" ucap Radit.     

Dan Larisa kembali membentak Radit lagi, dia juga menggebrak mejanya lagi.     

Brak!     

"Cepat pergi dari sini sekarang juga!" bentaknya.     

Seketika seisi kantin pun melihat kearah Larisa dan Radit.     

"Hey, Cewek Miskin! berani ya kamu!"     

"Memangnya kenapa aku tidak berani denganmu?! karna meskipun miskin aku ini tidak kemurahan itu!" ucap Larisa dengan nada tinggi.     

"Sial!" Radit mengangkat tangannya dan hendak menampar Larisa.     

Tapi Larisa lebih dulu menyiramnya dengan es teh manis.     

Seluruh isi kantin menertawakan Radit. Dan Radit pun merasa malu atas perlakuan Larisa itu.     

Dan tepat saat itu juga Alex pulang dari toilet dan dia sengaja melihatnya saja, tanpa mendekat ke Larisa atau membantunya. Alex sengaja melakukannya karna dia pikir ini adalah saatnya bagi Larisa untuk belajar mandiri tanpanya.     

Alex merasa bahagia sekaligus bangga karna Larisa sudah berani melawan Radit.     

Ini adalah suatu perubahan besar bagi Larisa.     

"Aku senang kamu menjadi seberani ini, Larisa," ucap Alex sambil tersenyum bangga.     

      

Dan tak lama karna saking malunya, Radit pun pergi dari kantin itu meninggalkan Larisa, dengan rambut basah dan sedikit lengket karan terkena es teh manis minuman Larisa.     

      

"Ah, sial! dasar Cewek Jalang! lihat Saja aku akan membalasmu!" ucap Radit.     

      

Dan setelah keadaan sedikit tenang Alex pun baru berjalan menghampiri Larisa.     

"Hey!" sapa Alex.     

"Uh, Alex, kamu lama banget sih di toiletnya!" keluh Larisa.     

"Ah, maaf," jawab Alex, "memangnya ada apa? apa terjadi sesuatu?" tanya Alex.     

Dan Larisa terdiam sejenak.     

'Mungkin akan lebih baik jika aku tidak mengatakannya, karna aku takut Alex akan marah dan khawatir kepadaku,' batin Larisa.     

"Ah, enggak kok, gak ada apa-apa," ucap Larisa.     

"Oh, begitu ya, yasudah deh kalau begitu," sahut Alex.     

'Larisa, Larisa,' batin Alex sambil menahan senyum.     

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.