Bullying And Bloody Letters

Di Rumah Sakit Jiwa Part2



Di Rumah Sakit Jiwa Part2

0Setelah mengalami insiden tubuhnya terbakar waktu itu, Holly pun mengalami depresi berat, dan dia gagal menjalani operasi plastik. Hanya sebagian saja tubuhnya yang dapat di perbaiki dari luka bekas kecelakaan itu.     
0

      

Dan hal itu membuatnya merasa tak terima akan keadaannya kini, lalu dia pun mulai sering mengamuk berteriak histeris dan beberapa kali mencoba bunuh diri.     

Lalu keluarga dari Holly pun memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit itu.     

Dan melihat wajah ibunya Holly, membuat Audrey pun menjadi teringat dengan berita seorang anak dari Superior High School yang tiba-tiba terbakar tepat di depan warung sate ibunya Larisa.     

Dan ibu dari Holly juga sempat terekam vidio saat di wawancara oleh salah satu stasiun televisi yang penasaran akan penyebab Holly yang tiba-tiba terbakar di tempat itu.     

Namun sayangnya sampai saat ini penyebab insiden itu belum juga di ketahui, karna keluarga Holly yang kaya raya itu mencoba menutup kasus itu dan membutanya hilang dari peredaran berita.     

 Karna mereka tidak mau orang-orang sampai tahu jika Holly hendak membakar warung sate itu, sebelum pada akhirnya tubuhnya terbakar.     

      

"Jadi ini adalah Holly yang sempat ingin membakar warung sate milik  Larisa?" gumam pelan dari mulut Audrey.     

Audrey belum sempat mengenal dan bertemu langsung dengan Holly sebelumnya, karna Holly adalah murid baru di Superior High School. Sementara saat Holly baru masuk sekolah itu, Audrey sudah mulai mengurus surat-surat pindahnya ke sekolah barunya kini.     

"Larisa, bilang Holly itu membencinya, makanya dia ingin membakar warung satenya dan aku yakin kejadian kebakaran itu tidak serta merta karna kecelakaan saja, pasti Larasati yang turut  ikut campur mengerjainya." Ucap Audrey.     

      

Dan tak lama pesanan pizza pun datang, dan Audrey segera membawa masuk pizza itu kedalam.     

Rasanya sudah tak sabar Audrey ingin bertemu kedua temannya dan melihat ekspresi saat Sisi dan Nana memakan pizza itu.     

"Aku kangen banget sama kalian, semoga ke datangangan ku hari ini tidak membuat keributan lagi ya,"     

ucapnya sambil melangkah masuk kedalam.     

Dan sesampainya di dalam rumah sakit jiwa itu.     

Audrey mulai menemui kedua sahabatnya itu. Dan keadaannya saat ini sudah lumayan membaik.     

Berbeda jauh dengan yang dulu mereka tampak sangatlah agresif, dan pemarah, saat ini mereka tampak tenang, bahkan sempat menebar senyuman saat melihat Audrey datang menemui mereka.     

"Sisi! Nana! aku kangen!" teriak Audrey, sambil berjalan untuk memeluk mereka.     

Dan mereka berdua pun juga turut memeluk Audrey.     

"Audrey, akhirnya kamu ke sini juga. Aku kangen," ucap Nana sambil memeluk Audrey.     

"Nana, aku juga kangen, dan aku senang sekarang keadaanmu sudah membaik sekarang," tukas Audrey.     

"Itu apa?" tanya Sisi yang melihat ke arah pizza yang dia bawa tadi.     

"Oh, ini pizza kesukaan kalian, dan aku memesankannya khusus dengan toping keju yang banyak sesuai selera kalian!" ucap Audrey penuh antusias.     

"Wah, benarkah?!"     

Sisi dan Nana pun tampak bahagia, dan mereka berdua dengan lahap menyantap pizza itu.     

      

"Aku lihat kalian sudah baik-baik saja  kira-kira kapan kalian akan pulang?" tanya Audrey.     

"Kata Dokter besok kami berdua sudah di perbolehkan pulang. Tapi dengan catatan tetap harus mengonsumsi obat secara rutin," jawab Nana.     

"Wah syukurlah, aku senang mendengarnya," ucap Audrey.     

"Wah, apa itu artinya kita akan kembali ke sekolah itu lagi?" tanya Sisi.     

Lalu Nana dan Audrey pun langsung terdiam.     

"Kenapa kalian diam?" tanya Sisi yang merasa bingung.     

Dan Nana langsung berkata, "Aku tidak akan kembali di sekolah itu."     

"Aku, sudah pindah sekolah, Sisi," jawab Audrey.     

Sisi pun terdiam sejenak dia sedang mencerna ucapan Audrey dan Nana. Mereka berdua sudah tidak mau lagi bersekolah di tempat itu.     

Rasanya tidak mungkin dia akan kembali sekolah di tempat itu lagi.     

Apa lagi penuh kenangan kelam di dalamnya.     

Mungkin dia tidak akan sanggup untuk berada di tempat itu apalagi sendirian saja.     

"Baik, aku juga tidak mau sekolah di tempat yang menyeramkan itu." Ucap Sisi.     

"Kamu sekolah di mana, Audrey? aku mau ikut denganmu," ucap Nana.     

"Iya, aku juga ingin ikut denganmu,"  imbuh Sisi.     

"Aku sekolah di tempat yang tak terlalu jauh dari Superior High School. Dan sekolah itu tidak seelite Superior High School. Tapi di sekolah itu aku banyak mendapatkan pelajaran dan memiliki banyak teman-teman yang tulus." Tutur Audrey.     

"Teman-teman? apa itu artinya kamu sudah melupakan kami?" tanya Sisi dengan wajah yang terlihat khawatir.     

Dan Audrey pun tersenyum sambil merangkul Sisi dan Nana.     

"Aku sama sekali tidak melupakan kalian, kalian adalah sahabat-sahabatku, buktinya aku datang kemari hanya untuk menemui kalian," ucap Audrey.     

Lalu Nana dan Sisi pun juga  berbalik memeluk Audrey.     

Mereka bertiga saling berpelukan.     

Dan setelah itu, Audrey pun berpamitan untuk pulang.     

      

"Yasudah, berhubung hari sudah sore, jadi aku mau pulang dulu ya, aku harap kita berkumpul kembali di lain waktu, setelah kalian keluar dari tempat ini," ucap Audrey.     

      

Saat Audrey berjalan keluar dari ruangan tempat dia bertemu dengan Sisi dan Nana,     

Audrey tak sengaja melihat Holly sedang mengamuk.     

      

"Holly, jangan lari Baby! please come here, is ok di sini kamu akan baik-baik saja, Sayang ...!" ucap sang Ibu yang memelas.     

Tapi Holly masih terus mengamuk dan berteriak tidak jelas.     

"Larisa i hate you! saya mau bunuh kamu! gara-gara kamu wajahku hancur haha haha haha!" teriak Holly yang masih di pegangi oleh para perawat rumah sakit jiwa itu.     

"Haha haha, Larisa Jelek! kamu harus mati! haha haha! uhuk uhuk uhuk!"     

Karan terlalu heboh tertawa Holly sampai terbatuk-batuk dan sang ibu langsung menghampirinya.     

"Baby! are you ok?" tanya sang ibu sambil menepuk-nepuk pundak Holly.     

"Baby, ayo bertahan di sini sebentar saja sayang, jangan lari, biar kamu sehat kembali dan nanti kita akan mencari Dokter bedah plastik yang lebih bagus ya, Sayang!" mohon sang ibu.     

Tapi Holly masih mengamuk sambil berteriak-teriak sejadi-jadinya. Bahkan Holly sampai menggigit lengan salah satu perawat di rumah sakit itu.     

Saking kewalahannya akhirnya mereka menyuntikan obat penenang kepada Holly.     

      

Dan selang beberapa saat Holly pun mulai tebang dan tertidur.     

      

Audrey bukannya langsung pulang ke rumahnya, tapi dia malah fokus melihat Holly yang tengah mengamuk itu, dan tak sadar hari pun sudah semakin gelap saja.     

Perlahan Audrey keluar dari dalam gerbang rumah sakit itu.     

"Aduh kok sudah gelap begini sih," gumamnya.     

Lalu ada seorang pengendara motor tiba-tiba berhenti tepat di hadapannya.     

Audrey tampak heran dan penasaran kepada si pengendara motor itu.     

Lalu si pengendara motor itu pun  mulai membuka helmnya.     

      

"Hey kamu, Audrey ya?"  tanya pengendara motor itu.     

"Brian? kamu Brian si anak baru itu, 'kan?" tanya balik Audrey memastikan.     

Karna Audrey tidak terlalu mengenal Brian, saat itu tepat ketika Audrey mengalami kecelakaan di kantin yang di sebabkan oleh Larasati, Brian baru saja sekitar satu bulanan masuk ke Superior High School. Jadi Audrey hanya mengenal sepintas saja, begitu pula dengan Brian.     

Meski pun Brian tahu jika Audrey adalah murid terpopuler, cantik dan berkuasa.     

Tapi saat itu perhatian Brian malah tertuju kepada Larisa yang biasa saja.     

Brian sendiri juga merasa bingung akan hal itu. Tapi dia tidak bisa menghindari obsesinya yang terus ingin mendapatkan Larisa, sampai pada akhirnya dia pun berhenti karna kesialan demi kesialan serta hal buruk terus terjadi kepadanya.     

      

"Kamu sedang apa di sini?" tanya Brian.     

"Ah, aku sedang ...," Audrey tampak bingung untuk menjawab pertanyaan Brian itu.     

"Kenapa kok malah diam saja?" Tanya Brian lagi.     

"Maaf, aku harus pulang sekarang!" ketus Audrey.     

Brian pun menarik tangan Audrey, "Tunggu!" ucap Brian.     

"Ada apa lagi?" tanya Audrey.     

"Aku, mau bicara banyak denganmu," jawab Brian.     

"Aku?" Audrey tampak heran dan menatap Brian penuh tanya.     

"Iya, ayo naik!" ajak Brian.     

Karna hari sudah mulai gelap dan di tempat itu tidak banyak kendaraan yang lewat, akhirnya Audrey pun mau mengikutinya.     

"Baik aku mau ikut dengan mu, tapi kamu jangan macam-macam ya!" ketus Audrey.     

Brian menengok sebentar kearah Audrey, lalu dia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.     

"Tenang, aku sudah tidak seberengsek dulu," ucap Brian.     

      

      

***     

Beberapa saat kemudian, Brian menghentikan motornya ke sebuah cafe.     

"Loh, kenapa malah berhenti di sini sih?  aku kan mau pulang!" omel Audrey.     

"Kan tadi aku sudah bilang jika aku ingin bercerita banyak kepadamu," sahut Brian.     

      

Lagi-lagi Audrey pun kembali menuruti ucapan Brian. Dan mereka berdua mulai memasuki Cafe itu.     

"Mau pesan apa?" tanya Brian.     

"Ah, terserah saja?" ketus Audrey.     

Lalu Brian pun memesankan makanan yang sama dengannya untuk Audrey.     

Dan sambil menunggu pesanannya datang, Brian memulai obrolannya dengan Audrey.     

      

"Audrey, aku dengar kamu juga pindah dari Superior High School ya?" tanya Brian.     

Dan dengan ketus Audrey menjawabnya  "Iya!"     

"Kalau boleh tahu soal apa? apa karna kepala sekolah baru penganut aliran sesat itu ya?" tanya Brian sambil menebak-nebak.     

"Hah! maksud kamu, Bu Tyas?!" tanya Audrey memastikannya.     

Dan Brian pun mengangguk.     

"Kenapa kamu menyebutnya begitu? memang ada apa dengan Bu Tyas? apa kamu ada masalah dengannya sehingga membuatmu membencinya?" tanya Audrey.     

Lalu Brian menarik panjang nafasnya, "Huuftt ... yah, aku memang membencinya. Karna dia Ayahku jadi meninggal." Ucap Brian.     

"Kenapa, kamu menuduh Bu Tyas? bukankah Ayahmu meninggal karna tertabrak kereta?"     

"Iya benar, Ayahku meninggal karna tertabrak kereta, dan semua itu karna ulah Wanita Iblis itu!" Brian tampak penuh dendam saat bercerita tentang Tyas.     

"Tunggu! kenapa begitu? ini terlihat tidak masuk akal! bagaimana kamu bisa menuduh Bu Tyas pelakunya, sementara saat kecelakaan itu Bu Tyas sedang berada di sekolah?!"     

Dan perlahan Brian pun menceritakan semuanya, tentang kecurigaannya kepada Tyas. Bahwa Tyas memiliki ilmu sesat sehingga bisa mengguna-guna Ayahnya sampai menjadi tuli dan depresi.     

"Kamu itu benar-benar aneh, Brian! tuduhanmu itu sama sekali tidak ada bukti, ucapan mu terdengar tidak masuk akal!" sangkal Audrey.     

"Iya, aku tahu soal itu, tuduhanku memang tidak masuk akal. Tapi ini benar terjadi. Ayahku menjadi aneh dan tiba-tiba tuli setelah keluar dari ruangan Bu Tyas. Bahkan Ayahku menjadi sering ketakutan dan berkata yang tidak-tidak, sampai pada akhirnya dia berlari tanpa arah dan menuju rel kereta sampai pada akhirnya dia tertabrak dan tewas seketika!"     

"Tapi—"     

      

      

      

To be continued     

      

      

      

      

      

      

      

      

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.