Bullying And Bloody Letters

Menjatuhkan Diri Sendiri



Menjatuhkan Diri Sendiri

0Setelah mengetahui jika Ibunya berada di kantor polisi, Audrey pun langsung berganti pakaian dan mengajak neneknya untuk menemui sang ibu.     
0

      

"Apa kamu sudah siap, Sayang?" tanya sang nenek.     

"Iya, Audrey sudah siap, Eyang,"     

"Yasudah ayo, pak sopir sudah menunggu," ucap sang nenek.     

      

Sepanjang perjalanan menuju kantor polisi, tatapan Audrey tampak kosong dengan wajah sendunya.     

"Sudah, Sayang. Mami kamu pasti baik-baik saja, lagi pula sekarang kan ada Eyang, Eyang janji akan  merawat Audrey, dan akan selalu mengantarkan Audrey bertemu dengan Mami."     

Audrey tak menjawab dan dia malah tampak meneteskan air matanya semakin deras.     

"Kamu harus kuat, Sayang, kamu pasti bisa. Yang terpenting sekarang Mami kamu baik-baik saja, dan setidaknya dia masih hidup meski di dalam penjara." Tutur sang nenek.     

"Iya, Eyang. Audrey juga lagi berusaha untuk kuat, karna Audrey sudah berjanji akan baik-baik saja walau Mami di penjara,"     

Sang nenek pun tersenyum bangga sambil memeluk Audrey.     

      

***     

Setelah beberapa jam berlalu, mereka berdua pun sampai di kantor polisi.     

Dan mereka mendapati Seruni sudah mengenakan baju tahanan.     

"Mami!" teriak Audrey sambil berlari menghampiri ibunya.     

"Audrey,"     

"Kenapa Mami, gak pamitan sama Audrey? Audrey jadi khawatir Mi!"     

"Kemarin kamu masih tertidur pulas, dan Mami tidak mau menggagu mu. Karna Mami tahu kamu itu sedang kecapean,"     

"Mami, Audrey janji akan selalu jenguk Mami di sini," Audrey pun mendusal di leher ibunya.     

Dan Seruni tersenyum, "Terima kasih, Sayang. Mami bangga kepadamu." Kata Seruni.     

Dan perlahan Seruni juga menggenggam tangan sang ibu. Masih berpelukan dengan Audrey  mata Seruni tertuju kepada sang ibu.     

Dan perlahan Seruni melepas pelukannya dari Audrey.     

Dan dia mendekat ke arah sang ibu.     

"Bu, aku titip Audrey ya," tukas Seruni.     

Dan sang ibu pun mengangguk sambil tersenyum.     

Lalu Seruni pun pergi meninggalkan mereka berdua dan masuk kedalam sel.     

      

Dan ini lah kehidupan baru Seruni akan di mulai. Di dalam sebuah jeruji besi yang sesak dan harus berbagi tempat tidur dengan para Napi yang lainnya. Belum lagi dia juga harus menyesuaikan diri dengan segala keterbatasan ditempat itu.     

Seruni yang biasa hidup mewah dan makan dengan makanan enak dan berkelas, kini harus makan dengan makannan seadanya yang disediakan oleh para penjaga lapas.     

Yah, terasa sulit memang. Tapi ini sudah menjadi pilihannya, serta sudah menjadi tanggung jawab yang harus dia jalani.     

      

      

      

***     

      

Setelah sang ibu resmi di tahan, kini hari-hari Audrey pun menjadi terasa sepi, seperti terasa ada yang kurang saja.     

Biasanya dia makan bersama ibu dan neneknya, tapi sekarang hanya tinggal berdua dengan sang nenek.     

Tidak ada lagi jalan-jalan ke mall bersama, tidak ada lagi yang mengomeli dan saling bersitegang karna perbedaan pendapat.     

"Sudah, Audrey. Mami kamu pasti baik-baik saja, besok kita ke sana lagi ya, dan sekarang kamu makan dulu," tukas sang nenek.     

Sambil menyendokkan nasi dan menaruhnya di atas piring.     

"Kamu mau pakai lauk apa, Sayang?"     

"Audrey tidak lapar, Eyang,"     

"Eh, ya gak boleh begitu dong, pokoknya harus tetap makan, sini biar Eyang suapi,"     

Dan nenek Audrey pun langsung mendekat ke Audrey dan mulai menyodorkan sendok yang berisi nasi dan lauk ke mulut Audrey.     

"Ayo, Ak' dulu," ucap sang nenek memberi aba-aba suapan seperti anak kecil.     

"Ih, Eyang, Audrey bisa makan sendiri, jangan di suapi," keluh Audrey.     

"Ayo, jangan bawel, ambil satu suapan dulu," Paksa sang nenek.     

Dan akhirnya Audrey pun mau menuruti ucapan sang nenek.     

Dan perlahan, walau hanya sedikit, Audrey mulai mau tersenyum.     

"Nah, gitu dong. Kalau senyum,' kan manis, kayak Eyang waktu muda," kelakar sang nenek.     

Dan Audrey kembali tersenyum lagi, "Ah, Eyang! bisa aja,"     

      

Meski rasa sedih masih terasa menggelayut di hati mereka berdua, tapi terasa ringan karna mereka saling menguatkan.     

      

      

Setelah Seruni menyerahkan diri ke kantor polisi. Kasus tentang menghilangnya Larasati beberapa tahun yang lalu itu pun kembali terangkat ke permukaan.     

Dan hal itu membuat teman-teman Seruni menjadi kaget dan heboh. Terutama Kayatri, tentu hal itu adalah sebuah kabar gembira baginya.     

      

"Wah, tidak di sangka ya, ternyata sahabat kita itu seorang psycopat ya!" tukas Kayatri yang sedang membicarakan Seruni kepada dengan taman-teman arisannya.     

"Aku, tidak menyangka, aku yakin pasti Jeng Seruni sedang di fitnah," ucap salah satu teman arisannya.     

"Eh, Jeng Ayu, perlu Jeng dan yang lainnya ketahui jika sebenarnya, memang sedari dulu, Seruni itu seorang pembully, dan orang yang paling dia tindas itu adalah Larasati. Wanita yang sudah dia bunuh itu,"     

"Apa?!"     

"Iya, benar! sejak dulu, Seruni itu sudah terkenal kejam. Dia selalu berusaha menjatuhkan teman-temannya yang menurutnya telah menjadi saingannya, begitu pula dengan aku. Dia selalu menuduh ku jatuh miskin, padahal selama ini kondisi keuanganku baik-baik saja tuh, bahkan malah semakin lebih baik. Karna calon suami baruku itu kaya raya," tutur Kayatri yang berusaha menjelek-jelekkan Seruni serta mengada-ngada soal keadaannya.     

"Wah yang benar?! jadi Jeng Kayatri ingin menikah lagi ya, wah selamat ya!"     

"Iya, selamat ya, Jeng Kayatri, semoga langgeng."     

"Iya, Jeng-jeng sekalian terima kasih, dan kembali ke topik Seruni lagi ya," tukas Kayatri yang kembali memancing teman-temannya untuk membicarakan Seruni.     

Dan tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk menjelek-jelekkan Seruni.     

Karna ini adalah kesempatan terbesarnya untuk menjatuhkan Seruni.     

'Aku  akan pastikan setelah masuk penjara ini hidupmu akan hancur sehancur-hancurnya,' batin Kayatri.     

      

"Tapi saya agak kasihan melihat, Jeng Seruni. Karna bagaimana pun dia itu orangnya sangat baik, terutama kepada saya, " ucap salah satu anggota geng arisannya lagi.     

"Aduh, Jeng Fatma! kenapa sih masih merasa kasihan dengan pembunuh macam itu. Dia itu sudah membunuh dan membakar mantan teman SMU-nya dulu lo! bahkan dia sampai menyimpan perbuatannya selama puluhan tahun. Apa itu tidak keterlaluan? menurut saya dia itu bukanlah manusia, tapi Iblis!" ketus Kayatri.     

"Ya iya, dia memang pembunuh, dan kesalahannya itu benar-benar tidak bisa di maafkan lagi, tapi meski begitu, dia, 'kan sudah meminta maaf kepada keluarga yang di bunuh dan menyerahkan diri ke penjara, saya rasa itu adalah hal yang benar. Dan kita patut madamkannya."     

"Iya benar kata Jeng Fatma. Jeng Seruni memang pembunuh tapi dia sudah menyesalinya, itu artinya kita juga harus memaafkannya, apa lagi kita ini kan tidak ada sangkut pautnya dengan si korban. Jadi untuk apa kita ikut membencinya?"     

"Iya, betul itu!"     

      

Seketika wajah Kayatri pun menjadi memerah karna geram. Karna dia gagal mempengaruhi teman-temannya untuk membenci Seruni.     

'Dasar, Seruni! sudah di dalam bui juga masih saja sulit untuk aku kalahkan.' Batin Kayatri.     

      

      

***     

      

      

Esok harinya Kayatri pun mendatangi lapas tempat di mana Seruni di tahan.     

Dan tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk menghina dan menertawai nasib Seruni saat ini.     

"Huh, sudah gak sabar aku ingin melihat wajah Seruni yang kacau itu haha,"     

Dan dengan melenggang penuh percaya diri Kayatri masuk dan menunggu Seruni menemuinya di ruang jenguk.     

"Duh, lama sekali sih dia munculnya. Aku sudah tidak sabar," gerutu Kayatri.     

      

Dan tak lama kemudian Seruni pun muncul dan menemui Kayatri.     

Dengan wajah datar, Seruni duduk dan bertanya kepada Kayatri.     

"Ada perlu apa kau datang kemari?" tanya Seruni.     

Dan senyuman jahat pun merekah di bibir Kayatri.     

"Ah, akhirnya muncul juga. Aku sudah menunggumu sejak tadi tahu," sahut Kayatri.     

Dan Seruni pun masih duduk rapi dengan senyum tipis yang menghina.     

"Bagaimana kabarmu di sini?" tanya Kayatri dengan nada yang menghina.     

"Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja!" ketus Seruni.     

"Wah, sudah di dalam buih, tapi gayanya masih selangit." Ucap Kayatri.     

Dan Seruni pun melirik ke arah Kayatri dengan pelan dan kembali tersenyum tipis, tapi kali ini bibirnya hanya tertarik sudut sebelah saja.     

"Tahu tidak, grup arisan kita, menjadi heboh karna kabarmu ini loh, apa kamu tidak merasa takut jika kami akan meninggalkan mu, atau bahkan akan membencimu, mungkin,"     

Seruni menggelengkan kepalanya, "Sama sekali tidak, karna aku sudah tidak butuh kalian, apalagi dirimu."     

Dan Kayatri langsung melotot ke arah Seruni.     

"Kenapa? kamu tidak suka aku bilang begitu?" tanya Seruni dengan nada setengah menghina.     

Lalu Kayatri terdiam dan seolah sudah kalah telak.     

      

"Sejujurnya, aku sangat kasihan melihatmu, Kayatri. Kamu itu terlalu memaksakan diri untuk menyaingiku. Padahal jelas-jelas tetap saja kamu tidak bisa berada selevel ku,"     

"Hey! Maksudmu itu apa, Seruni?"     

"Ehmm! aku sudah berada di penjara begini, tapi masih saja kamu berusaha menjatuhkanku. Lalu kenapa kamu tidak mencoba ikut masuk ke penjara bersama ku saja, biar kamu bisa selevel denganku," Seruni tersenyum sinis dengan sorot mata yang tajam.     

"Heh, aku ini bukan pembunuh seperti mu, mana mungkin aku akan masuk ke penjara seperti mu."     

"Oh, begitu ya, lalu untuk apa kanu menemuiku, kalau tidak ingin sama sepertiku? Kamu, 'kan fans beratku!"     

"Cih, tidak sudi. Jangan berpikir begitu kamu. Aku ke mari untuk menghinamu, bukan untuk mengikutimu!" Kayatri berganti yang tersenyum sinis menatap Seruni.     

Tapi Seruni sama sekali tak merasa terhina oleh sikap Kayatri ini.     

Justru dia malah tertawa, karna sikap Kayatri ini terlalu ke kanak-kanakkan.     

      

"Kayatri, hentikan semuanya, jujur aku benar-benar kasihan kepadamu."     

"Hah?! apanya yang harus di hentikan?! dan untuk apa kamu kasihan denganku? karna seharusnya kamu kasihan dengan dirimu sendiri," ucap Kayatri.     

"Aku kasihan dengan hidup palsumu itu. Yang sok kaya, sok bahagia, dan sok punya segalanya. Tapi pada kenyataannya itu semua malah menyulitkan hidupmu sendiri,"     

Sontak mulut Kayatri seakan membisu. Apa yang di ucapkan oleh Seruni itu sangatlah menohok baginya.     

Dia kehabisan kata untuk melawannya. Karna pada kenyataannya Seruni memanglah lebih unggul di bandingnya. Bahkan sampai sudah di penjara begini dia masih saja kalah dengannya.     

      

Tanpa sepatah kata apa pun Kayatri langsung membuang muka dan berlalu pergi meninggalkan Seruni.     

Dia pergi layaknya menjadi seorang pecundang. Padahal niatnya kemari adalah untuk menjatuhkan Seruni. Tapi pada kenyataannya dia lah yang malah terjatuh di hadapan Seruni.     

      

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.