Bullying And Bloody Letters

Waktu Yang Semakin Sedikit



Waktu Yang Semakin Sedikit

06 bulan telah berlalu, tak terasa hari ujian kelulusan semakin dekat. Yang artinya hari perpisahan Alex dan juga Larisa  semakin dekat pula.     
0

Terasa sangat menyesakkan memang. Dan sampai detik ini juga Alex belum berani Jujur.     

      

Akan tetapi Alex bahagia karna kini banyak perubahan dalam diri Larisa saat ini.     

Dia tidak penakut lagi seperti dulu. Dan sekarang dia juga sudah punya banyak teman.     

Dan mungkin juga setelah keluar dari Superior High School ini pasti dia tidak lagi dalam bahaya. Dan Alex bisa tenang.     

      

Berada di sekolah elite memang sangat menyulitkan bagi Larisa yang introvert. Apa lagi kekurangannya dalam keuangan sering kali menjadi bahan ledekkan.     

Tapi dengan bertahan sampai sejauh ini dan melewati segala rintangan, termasuk sebuah prestasi dan yang menandakan bahwa Larisa adalah wanita yang kuat.     

Alex sangat bangga soal itu.     

      

"Woy, Alex ngelamunin terus nih," ledek Larisa yang tiba-tiba muncul dari belakang.     

"Risa, bikin kaget aja, tiba-tiba muncul kayak hantu saja."     

"Apa, kayak hantu?"     

"Iya, hantu di hatiku hehe,"     

"Ah, Alex! bisa aja. Eh ngomong-ngomong, kamu gak belajar, ujian tinggal beberapa hari lagi lo,"     

"Iya, aku udah belajar kok."     

"Wah, serius? kapan? kamu     

... bohong ya?"     

"Ih, gak percaya banget!"     

"Ya, habis. Perasaan dari tadi kamu itu malah melamun, Lex. Enggak belajar."     

"Yasudah kalau begitu kita belajar bareng ya. Bu Guru Larisa, bila berkenan tolong ajari saya ya,"     

"Hahaa! Alex bisa aja!"     

Larisa menoyor kepala Alex.     

"Tidak! aku di toyor?!" Alex berbalik mencubit kedua pipi Larisa, "udah berani lawan ya sekarang?!" gemas Alex.     

"Akhhh! Alex! sakit tahu!"     

      

      

Yah, perubahan Larisa memang nyata, Larisa bukan lagi orang yang pendiam seperti dulu. Larisa yang sekarang jauh lebih ceria. Meski sulit untuk mengakuinya, selain Alex yang selalu ada di sisinya untuk selalu membantu Larisa bangkit dari segala keterpurukkan.  Tapi kehadiran Larasati yang selalu datang menolong di saat Larisa dalam bahaya, membuat Larisa bisa bertahan sampai kini.     

Karna memang Alex tidak bisa selalu ada setiap saat untuk membantu Larisa.     

      

"Larisa, kalau misal gak ada aku, kamu harus janji ya, menjadi wanita paling kuat diantara siapa pun. Wanita yang paling hebat dan tidak muda di jatuhkan. Wanita yang selalu bisa menjaga diri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain."     

"Iya, Alex, aku selalu belajar untuk semua itu. Tapi meski begitu aku harap kamu mau berjanji untuk tetap bersamaku,"     

Alex terdiam mematung, sebuah perkataan yang seperti sebuah anak panah yang menusuk.     

Tak sabar ingin mengatakannya kepada Larisa, agar pikirannya menjadi tenang.     

Ini seperti sebuah beban bagi Alex, karna dia telah memberi harapan palsu kepada Larisa.     

Dia yang menjanjikan akan selalu ada untuk Larisa. Pada kenyataannya, waktu kebersamaannya dengan Larisa hampir habis.     

Alex hanya ingin menunggu saat yang tepat, saat Larisa sudah lulus dan bahagia dengan nilai tertingginya. Dan saat dia sudah terbebas dari Superior High School.     

      

"Larisa, kamu harus lebih giat lagi belajar, karna aku ingin kamu tidak sia-sia berada di sini. Aku ingin ketika lulus nanti kamu adalah satu-satunya siswi yang menyandang predikat nilai tertinggi," tukas Alex.     

"Kamu juga dong, jangan aku saja. Aku juga pengen kamu menjadi pacar sekaligus rivalku, aku pengen kamu juga dapat nilai tertinggi saat ujian nanti, bila perlu kamu harus di atas nilai ku,"     

"Wah, kamu itu selalu pandai memutar balikkan kata ya, kan yang menasehati duluan aku, kenapa sekarang jadi kamu yang berbalik menasihatiku?"     

"Kenapa? tidak suka ya?" Larisa tampak menantang.     

"Wah, sekarang benar-benar pemberani pacarku ini, tapi kalau bisa beraninya jangan sama aku saja dong,"     

"Alex, selalu bicara begitu,"     

"Bercanda," Alex memeluk Larisa.     

      

Dan dalam pelukan Alex Larisa berbisik, "Iya, Alex. Aku janji, akan menjadi orang yang seperti kamu mau,"     

"Bukan karna aku, Larisa. Tapi kamu harus melakukannya untuk dirimu sendiri," ucap Alex.     

      

Dan tepat saat itu juga Cindy dan Natashya datang menghampiri mereka.     

"Wah! kelewatan nih, masak peluk-pelukkan di kantin!" teriak Cindy.     

"Iya, ini mentang-mentang kantin lagi sepi ya!" imbuh Nathasya.     

      

Larisa dan Alex seketika melepas pelukkan mereka.     

"Ah, kalian ini ganggu aja!" ketus Alex.     

"Upps, sorry Alex, tapi kita beneran lagi butuh Larisa, saat ini, jadi kita mau minta izin pinjam Larisa, boleh ya ....?" pinta Nathasa.     

"Iya nih, boleh ya, Alex, pinjam Larisa sebentar, please ...." Mohon Cindy.     

"Emmm, ok boleh. Tapi kalian harus janji ya,"     

"Janji apa?"     

"Iya, janji apa?"     

Natashya dan Cindy tampak saling bergantian saat bertanya kepada Alex.     

"Pokoknya kalian harus jaga, Larisa ya!" tegas Alex.     

      

Lalu dua gadis itu secara kompak langsung membentuk formasi hormat kepada  Alex.     

"Siap, Pak Alex!" tukas mereka berdua dengan kompak.     

"Good!" Alex mengacungkan jempolnya penuh yakin. Dan dia pun langsung pergi meninggalkan mereka bertiga.     

      

Selanjutnya, Nathasya dan Cindy pun langsung mengeluarkan buku dan laptop dari tas mereka, rupanya mereka minta di ajari oleh Larisa.     

      

"Larisa, yang paling baik hati dan yang tidak sombong. Tolong bantuin ngerjain tugas kami ya. Kami gam nyontek kok. Cuman pengen di ajari sama kamu aja, boleh, 'kan?" pinta Nathasya.     

"Iya, Larisa, ajari ya," pinta Cindy.     

      

      

      

Dari kejauhan Alex melihat kehebohan mereka berdua sambil berkata, "Ah, sudah kuduga," Alex menggelengkan kepalanya.     

Sambil berjalan pelan, sesekali dia melirik kearah Larisa.     

Dia yakin kalau bersama Cindy dan Nathasya Larisa akan baik-baik saja.     

Karna sejak dulu, Cindy dan Nathasya itu memang tidak pernah berbuat aneh-aneh. Hanya saja mereka selalu menuruti apa yang di perintahkan oleh Audrey karna mereka takut kepadanya.     

      

"Syukurlah, Larisa berteman dengan orang-orang yang baik. Semoga saja persahabatan mereka bisa tetap awet walaupun sudah lulus nanti," tukas Alex.     

      

Saat Alex hendak memasuki kelas tiba-tiba Viola menghampiri Alex.     

Viola adalah fans berat Alex, salah satu anggota club cheerleaders di Superior High School.     

(Baca chapter 46, Larisa yang marah,)     

      

"Hay, Alex," sapa Viola.     

"Eh, hay," sahut  Alex dingin.     

"Wah, sudah lama ya gak ketemu, semenjak pertandingan saat itu, dan sekarang kita malah sama-sama sibuk persiapan ujian ya,"     

"Iya."     

"Alex, kamu akan melanjutkan kuliah di mana?"     

"Entalah,"     

"Jawab dong, Alex. Biar aku bisa ikut satu kampus dengan mu," Viola tampak manja.     

Sementara Alex hanya menggelengkan kepalanya, karna tak habis pikir jika Viola berbicara sepercaya diri itu.     

Lalu Alex pun berjalan agak cepat lagi sementara Viola masih mengikuti Alex dari belakang.     

"Alex jalannya cepet banget, sih tungguin dong!"     

Alex tak menghiraukannya, dia malah lebih mempercepat lalu dia masuk kedalam toilet pria dan menutup pintunya dengan kasar.     

Akhirnya Viola pun berhenti mengejarnya.     

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.