Bullying And Bloody Letters

Sudah Memaafkan Mu



Sudah Memaafkan Mu

0Suasana pesta itu begitu meriah, tampak para tamu tidak hanya sekedar teman-teman Audrey saja, tapi ada juga dari teman-teman arisan Seruni sang ibu, dan Seruni sendiri juga turut hadir dalam pesta itu, dia mendapatkan izin dari pihak lapas, untuk merayakan hari spesial sang putri. Karna selama ini Seruni selalu berlaku balik di dalam penjara.     
0

      

      

Sementara Larisa masih mengobrol bersama, Nola, Airin dan Vania.     

Sedangkan Alex, berkumpul dengan anak-anak lelaki yang lainnya.     

"Wah, Larisa, aku bangga banget, bisa kenal dengan mu, Larisa, kamu hebat banget," puji Nola.     

"Iya, bagaimana rasanya menjadi siswi dengan predikat nilai tertinggi satu Indonesia?" tanya Airin.     

"Ah, gimana ya?" Larisa tampak bingung menjawabnya.     

"Ih, pasti bangga banget dong, coba aku yang jadi Larisa." Imbuh Vania.     

      

      

Sementara itu, Nana dan Sisi tampak memperhatikan Larisa yang sedang asyik mengobrol dengan teman-teman baru Audrey itu.     

Mereka tidak menyangka jika Larisa sudah banyak berubah. Dulu Larisa yang seorang introvert dan pemurung, kini berubah menjadi sangat ceria, dan tidak lagi canggung saat berbicara dengan yang lainnya.     

Larisa si tukang menunduk itu kini sudah mengangkat wajahnya penuh percaya diri dan menebar senyum.     

      

Sisi dan Nana, baru menyadari jika dulu mereka hampir menghancurkan hidup seseorang.     

Namun belum berhasil menghancurkannya tapi mereka malah sudah mendapatkan karma duluan.     

Justru hidup mereka yang hancur, karna Sisi dan Nana tidak bisa turut merayakan hari kelulusannya seperti Audrey.     

Karna mereka sudah terlalu jauh tertinggal pelajaran. Sehingga tidak bisa ikut ujian.     

Mereka sangat menyesal tidak bisa mengikuti ujian dan tidak bisa merayakan hari kelulusan mereka seperti yang lainnya. Tapi setidaknya saat ini mereka masih bersyukur karna bisa hidup kembali normal dan bisa bernafas lega di luar rumah sakit jiwa.     

      

"Nana, apa kita hampiri Larisa saja?" tanya Sisi.     

"Tapi, dia sedang bersama teman-teman, Audrey," jawab Nana.     

"Kalau memang kalian ingin berbicara dengan Larisa, biar aku ajak teman-temanku pergi." Ucap Audrey.     

"Benarkah?" ucap Nana antusias.     

"Iya, ayo ke sana," ajak Audrey.     

      

Dan setelah mereka mendekat dengan Larisa, Audrey pun mengajak teman-teman sekolahnya.     

"Airin, Vania, Nola, ayo kita ke sebelah sana," Audrey menunjuk ke sebuah prasmanan, "kita makan yuk, aku punya menu sepesial khusus untuk kalian bertiga,"     

"Wah, asyik!" teriak ketiga teman Audrey dengan serempak.     

"Yey, Audrey emang baik banget ya,"     

"Iya, dia memang terbaik,"     

"Ah, kalian bisa aja,"     

      

      

Dan tinggallah Nana, Sisi dan Larisa. Mereka tampak begitu canggung.     

Larisa juga tak berani berbicara apa pun, bukannya takut, tapi dia hanya tak mau salah bicara dan menimbulkan keributan dalam ruangan itu.     

Akhirnya Sisi memberanikan diri untuk menyapanya duluan.     

"Larisa,"     

"Iya,"     

"Apa kabar?"     

"Baik,"     

Percakapan mereka terlihat kaku dan mirip seperti orang sedang wawancara kerja.     

"Larisa, kami minta maaf hik," ucap Nana yang sudah tidak tahan lagi dengan basa-basi.     

Dan Sisi pun juga tidak tahan dengan basa-basinya lagi dan ingin segera menghentikan basa-basin itu, Sisi langsung memeluk Larisa.     

"Larisa, aku sangat menyesal. Dan sudah cukup pelajaran dan hukuman yang kami dapat, kami ingin meminta maaf dengan tulus kepadamu, dan aku juga berharap kita bisa menjadi teman baik, seperti hubunganmu dengan Audrey saat ini." Ucap Sisi yang langsung meluapkan isi hatinya.     

      

Dan mendengar pernyataan mereka berdua membuat Larisa tersenyum bahagia. Akhirnya usai sudah kebencian Nana dan Sisi kepadanya.     

"Apa kamu masih membenci kami?" tanya Sisi.     

"Tidak." Jawab Larisa dengan tegas.     

"Benarkah?" tanya Sisi penuh antusias,     

"Aku sama sekali tidak pernah membenci kalian," jawab Larisa sambil tersenyum.     

"Apa itu artinya, kamu memaafkan kami?" tanya Nana memastikannya.     

Dan Larisa mengangguk, sambil tersenyum lagi.     

"Iya, Sisi. Iya, Nana." Jawab Larisa.     

"Yes!"     

Sisi dan Nana langsung girang dan kembali memeluk Larisa.     

Mereka bertiga berpelukan di rumah Audrey dan di saksikan oleh tamu yang lain, tak terkecuali dengan Audrey. Audrey runtut bahagia melihat kedua temannya sudah berbaikan dengan Larisa.     

      

Dari kejauhan Alex menyaksikan momen Larisa, Nana dan Sisi yang saling berpelukan.     

Alex pun juga turut berbahagia melihatnya dua orang lagi kini menjadi sahabat Larisa.     

Suasana pesta tak hanya meriah, tapi juga penuh dengan kebahagiaan.     

Larisa dan yang lainnya terlarut dalam pesta, dan mereka saling bercanda dan mengabadikan momen berharga ini lewat bidikan ponsel maupun kamera profesional.     

      

***     

      

Sepulang dari rumah Audrey, Larisa pun pulang di antarkan oleh Alex.     

"Makasi ya, Alex, udah di anterin,'"     

"Iya, Larisa, sama-sama,"     

Larisa pun turun sambil mencopot helmnya.     

Dan setelah itu dia pun mulai berjalan meninggalkan Alex.     

Tapi Alex malah menarik tangannya.     

"Tunggu Larisa!" teriak Alex.     

"Iya, ada apa, Alex?"     

"Sini!" Alex menarik tubuh Larisa sampai mendekat ke arahnya dan posisi mereka saling berhadap-hadapan.     

Dan kali ini Alex pun melanjutkan niat waktu itu yang tertunda.     

Malam yang sepi dan begitu dingin itu, menjadi saksi Larisa dan Alex tengah berciuman di bawah sinar bulan dengan hiasan bintang.     

Tak peduli jika ada seseorang yang melihat mereka, ini mungkin akan menjadi kenangan terindah bagi mereka. Karna setelah ini mereka akan berpisah.     

      

Dalam hati Larisa terus meronta meski dia sudah berusaha untuk menahannya, bahwa dia tidak ingin berpisah dengan Alex. Selamanya dia ingin hidup bersama dengan Alex.     

Jauh sekali di dalam hati kecil Larisa berharap, ada sebuah keajaiban yang akan mempertemukan dan menyatukan mereka berdua di masa depan. Entah kapan pun itu, Larisa siap menunggunya.     

      

Dan perlahan Alex melepaskan manggutannya, dan mata yang sejak tadi terpejam kini mulai terbuka sempurna.     

"Larisa, aku pulang dulu ya," lirihnya.     

Dan Larisa mengangguk  "Iya, hati-hati di jalan ya," pesanya.     

"Iya, have nice dream," Alex mengelus rambut Larisa sesaat.     

Dan Alex pun berlalu pergi.     

      

***     

      

Sementara itu, malam ini Seruni sudah kembali ke penjara dan tertidur lelap di dalam selnya.     

Dia melewati hari yang sangat bahagia hari ini, dan dalam lelap itu, Seruni mulai bermimpi.     

Kembali Seruni berada di dalam gudang  gelap itu. Tentu hal itu membuat Seruni kembali merasa takut, setelah beberapa bulan ini tenang  meski berada di dalam penjara. Tapi malam ini dia kembali berada dalam sebuah gudang yang sangat gelap gulita dan sangat menyeramkan baginya.     

      

Sudah cukup dirinya di bully dan di siksa oleh hantu-hantu penghuni gudang tua itu dulu. Dan entah bagaimana jadinya dia bisa kembali berada di tempat ini.     

"Lara!" panggil Seruni sambil melihat kearah atas, "aku yakin kamu yang membawaku kemari? mau kamu apa?!"     

      

Klunting... suara benda jatuh, tapi Seruni tak menghiraukannya.     

"Aku sudah melakukan apa yang kau mau! aku sudah memberikan kehidupan yang layak untuk Ibumu dan juga sudah menyerahkan diri ke dalam penjara! lalu apa lagi yang kau mau dari ku?! apa itu belum cukup?!" tukas Seruni yang terlihat sangat putus asa.     

      

Lalu muncullah sebuah cahaya putih yang sangat menyilaukan. Seruni sampai menutup wajahnya.     

Dan muncullah Larasati di hadapannya.     

Mata Seruni langsung terbelalak lebar.     

"Apa lagi yang kamu mau?!" tanya Seruni.     

      

Larasati belum menjawabnya dan dia merubah wujudnya dari menyeramkan menjadi normal. Persis Larasati yang dulu yang dia kenal ketika SMU.     

Seruni agak sedikit bingung, tapi dia merasa tidak setakut biasanya.     

Karana wajah Larasati yang tidak lagi terlihat  menyeramkan.     

Dengan seksama Seruni melihat wajah Larasati dan dia kembali menitikkan Air matanya.     

"Apa lagi yang kamu mau dariku? apa semua ini belum cukup untuk menghapus segala kesalahanku kepadamu ...?" lirih Seruni.     

Hal yang tak terduga terjadi, Larasati yang biasanya terlihat dingin dan penuh amarah itu pun tampak tersenyum di hadapannya.     

Senyuman yang sama dengan Larasati yang dulu, senyuman tulus yang selalu dia lihat saat Larasati tersenyum kepada Wijaya.     

"Ini baru Larasati," ucap Seruni.     

Larasati menganggukkan kepalanya.     

"Apa ini artinya kamu sudah memaafkan ku?"     

"Iya, aku sudah memaafkanmu," jawab Larasati dengan lembut.     

Seruni merasa terkejut sekaligus bahagia, karna mendengar Larasati sudah memaafkannya. Dan juga senyuman yang terukir di wajah Larasati itu menambah ketenangan dalam hatinya.     

      

"Lara, terima kasih," Seruni memeluk tubuh Larasati.     

Dan Larasati pun juga menyambut pelukan Seruni dengan hangat.     

"Aku senang kamu sudah berubah, dan sekarang aku bisa tenang karna Ibuku sudah hidup bahagia dengan anak angkat yang kamu kirimkan. Sekarang kamu bukan lagi Seruni yang angkuh dan jahat, tapi kamu adalah Seruni yang baik hati, maka aku bisa pergi dengan tenang  doakan aku ya," ucapnya.     

Lalu Larasati pun pergi, dan dia lenyap dalam pelukan Seruni.     

Menyadari hal itu, Seruni pun kembali kaget.     

"Lara!" Seruni melihat-lihat sekitar gudang itu, "Lara! kamu di mana?!" sampai dia melihat di bagian langi-langit gudang, tapi Seruni tidak menemukan Larasati.     

Dan setelah itu dia pun  terbangun dari tidurnya.     

Dan dia mendapati masih berada di dalam tempat tidur selnya.     

"Huuft, tadi itu maksudnya apa? apa dia benar-benar sudah memaafkanku dan tidak akan lagi mengganggu kehidupanku?"     

Seruni pun tersenyum, hatinya merasa lega, setidaknya bebannya sedikit terangkat.     

Sekarang yang menjadi bebannya hanya karna dia tidak bisa selalu bersama dengan Audrey putrinya.     

Tapi setidaknya dia merasa tenang, karna dia tidak lagi merasa di kejar-kejar rasa bersalah. Karna dia sudah mengakuinya.     

      

      

      

***     

Sementara itu di rumah Bu Salamah, tampak Bu Salamah juga sedang tertidur pulas dan di sampingnya ada Sari yang juga tertidur pulas.     

Dan kini saatnya, Bu Salamah yang gantian bermimpi.     

Dia tidak tahu berada di mana, tapi suasanya serba putih, dan ada seorang gadis yang melambai-lambaikan tangannya dari kejauhan.     

      

Meski wajah gadis itu terlihat samar karna tertutup kabut putih, tapi Bu Salamah kenal betul jika gadis itu adalah putrinya yaitu Larasati     

"Lara!" teriak Bu Salamah dengan raut bahagia.     

Dengan berjalan yang agak tertatih, wanita tua itu menghampiri putrinya.     

      

"Lara! itu benar Lara, putriku, 'kan?"     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.