Bullying And Bloody Letters

Tamat Seasons 1



Tamat Seasons 1

0Baru akan memasuki mobil taksi saja, hati Alex rasanya sudah mulai sesak, karna harus berpisah dengan Larisa. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi wajah Larisa nanti.     
0

      

      

***     

Tak terasa beberapa menit pun berlalu, dan mereka sampai di bandara.     

Tampak Larisa, Cindy, Nathasya, dan Audrey, sudah menunggu kedatangan Alex dan juga Rani sang ibu.     

      

Tentu saja raut wajah sedih terpancar di wajah mereka semua, karna harus berpisah dengan Alex.     

Mereka semua menatap Alex dengan mata berkaca-kaca, tapi tidak dengan Larisa.     

Larisa masih sanggup tersenyum melihat Alex.     

Alex pun langsung memeluk Larisa.     

"Kamu janji ya, akan menjadi wanita hebat, walaupun sekarang kamu sudah menjadi wanita yang hebat. Tapi aku masih ingin kamu terlihat lebih hebat lagi,"     

Lalu Larisa melepas pelukan Alex, dengan memegang kedua pundak Alex dengan kedua tangannya.     

Masih tersenyum, tanpa sedikit pun air mata yang menetes di pipinya.     

"Iya, Alex. Aku janji. Kamu jaga kesehatan di sana ya," pesan Larisa.     

"Iya, Larisa," jawab Alex. Sambil mencubit hidung Larisa.     

Dan tak lama, Alex dan Rani pun mulai memasuki kabin pesawat.     

Dan pesawat mulai lepas landas, dan hari ini lah hari berakhirnya kisah cinta Alex dan Larisa.     

Sebenarnya bisa saja, mereka melanjutkan hubungan mereka meski pun harus jarak jauh.     

Tapi Alex, tidak mau memberi kepastian yang tidak tentu kepada Larisa.     

Dia ingin Larisa terbebas darinya meski dia tahu bahwa ini terasa berat bagi Larisa dan juga bagi dirinya.     

Memberi kepastian yang tak pasti, justru akan membuat Larisa terbebani, dan ajan kecewa di kemudian hari jika dia tidak bisa kembali lagi kepada nya.     

Ini adalah keputusan terbaik bagi Larisa dan dirinya. Meski dia dan Larisa akan menahan rasa sakit sesaat.     

Tapi mau bagaimana lagi, sekali lagi, dia tidak boleh egois dengan keputusannya.     

Dia juga harus memikirkan orang-orang di sekitarnya yang saat ini juga bergantung kepadanya, dan sangat membutuhkan dirinya.     

Larisa, biarlah menjadi kenangan terindah dalam hidupnya. Begitu pula sebaliknya.     

Dia yakin ada jalan untuk kebahagiaan masing-masing, sebisa mungkin dia akan tetap menghubungi Larisa, meski sudah tidak seperti dulu lagi.     

Karna sekarang hubungan mereka hannyalah persahabatan.     

      

      

Terlihat pesawat itu sudah mulai lepas landas dan menjauh.     

Dan senyum Larisa kian memudar. Sekarang air matanya mulai menetes.     

Sejak tadi rupanya dia menahannya. Dia tidak seperti teman-temanya yang terang-terangan meneteskan air matanya.     

Justru dia menutup air mata itu dengan sebuah senyuman.     

Semua ia lakukan demi Alex. Hanya ingin melihat Alex tenang saat meninggalkannya, karna tahu bahwa dirinya baik-baik saja.     

      

Sekarang dia menangis sesenggukan, meluapkan perasaan yang sejak tadi dia tahan, senyum palsu dan kekuatan palsu.     

Dalam pelukan Audrey dan kedua sahabatnya yaitu, Cindy dan Nathasya, Larisa menumpahkan segalanya.     

"Tidak apa-apa, Larisa, menangis saja, aku tahu ini berat untukmu," tukas Audrey.     

"Iya, gak apa-apa, menangis saja, Cindy tahu kalau Larisa sedih banget,"     

"Dan tenang saja, Larisa, kami masih ada di sampingmu, kami sayang kepadamu Larisa. Kamu yang semangat ya," tukas Nathasya yang turut memberikan semangat.     

Dalam ruang bandara itu Nathasya, Cindy dan Audrey, memeluk Larisa dengan hangat.     

Larisa sangat bersyukur sekali meski bersedih, tapi saat ini dia tidak lagi sendiri, meski Alex sudah pergi, tapi setidaknya ada sahabat-sahabatnya yang selalu menguatkannya.     

      

"Terima kasih ya, kalian sudah ada di saat aku sedang bersedih. Aku tidak menyangka bahwa aku sekarang memiliki sahabat seperti kalian, seorang Larisa yang penakut dan pecundang, kini bisa bergaul dan berbicara dengan benar, tanpa harus menundukkan kepalaku,"     

"Larisa, kami menyayangimu, Larisa," Kembali Nathasya mengeratkan pelukannya.     

      

***     

      

Setelah beberapa bulan berlalu, Larisa pun mulai melakukan aktivitas barunya sebagai seorang Mahasiswa.     

Dari beberapa Universitas yang menawarkan beasiswa untuknya.     

Baik di dalam maupun di luar negeri.     

Akhirnya Larisa memutuskan masuk di sebuah fakultas kedokteran yang satu kampus dengan Audrey.     

Hanya bedanya Larisa masuk lewat jalur beasiswa.     

      

Menjadi seorang Mahasiswa fakultas kedokteran, membuat Larisa kini semakin sibuk,     

Dia tidak lagi bisa membantu sang ibu berjualan sate lagi.     

Tapi meskipun begitu, sang ibu sama sekali tidak merasa keberatan. Justru dia sangat merasa bangga karna putrinya satu-satunya kini akan segara menjadi seorang dokter.     

Dan dengan terpaksa, dia membayar karyawan untuk membantunya berjualan.     

      

Sebenarnya Wijaya sudah melarang Ratih untuk berjualan sate, namun Ratih tidak mau melakukannya. Dia tidak bisa meninggalkan usaha yang selama ini menghidupi dirinya keluarganya. Dan usaha yang dia rintis dari nol dengan Adi almarhum suaminya.     

      

Dan kini Ratih, sudah resmi menikah dengan Wijaya, mantan suaminya dulum     

Mereka tinggal bersama di rumah Wijaya dan hidup bahagia.     

Wijaya, menepati janjinya, dan kini dia benar-benar menjadi suami yang baik, selalu ada untuk Ratih dan tidak lagi mengabaikannya seperti dahulu.     

Semua sudah terbayarkan, kesedihan dan penderitaan Ratih saat hidup bersama Wijaya dulu kini tergantikan dengan sebuah kebahagiaan.     

      

Wijaya yang dulu sakit-sakitan dan sering masuk rumah sakit, kini perlahan menjadi membaik. Kondisinya lebih sehat dari sebelumnya, dan bahkan dia sudah melakukan pekerjaan kantornya sendiri. Tanpa menyuruh orang-orang kepercayaannya.     

Kesehatan Wijaya kian membaik berkat Ratih yang selalu ada di dekatnya, mendukungnya dan selalu menjaga pola makan suaminya dengan baik.     

Perlahan tapi pasti, akhirnya Wijaya menjadi sehat seperti sedia kala.     

      

***     

Beberapa tahun berlalu.     

      

Larisa akhirnya lulus dari fakultas kedokteran, dan dia pun akhirnya di terima di salah satu, rumah sakit ternama di Jakarta.     

Begitu pula dengan Audrey, sungguh tak menyangka seorang Audrey kini bisa menjadi seorang Dokter, padahal dulu Audrey sangat ingin menjadi seorang model kelas dunia. Tapi seiring berjalannya waktu, cita-cita Audrey berubah haluan.     

Dia kembali teringat pada cita-cita masa kecilnya yaitu menjadi seorang Dokter. Dan melupakan cita-cita saat dia masih remaja yaitu menjadi seorang model.     

Sementara Cindy kini dia menjadi seorang pengacara, Nathasya menjadi seorang desainer.     

Sedangkan Sisi dan Nana, masih berada di luar negeri dan melanjutkan studinya yang belum usai. Karna mereka tertinggal satu tahun dengan yang lainya, akibat gangguan jiwa yang mereka idap dahulu.     

      

      

Sedangkan Seruni yang saat itu berada di penjara, kini dia sudah terbebas, karna Bu Salamah dengan di bantu oleh pengacaranya, telah mencabut tuntutannya. Sehingga membuat Seruni dapat kembali menghirup udara bebas.     

      

Dan tak berselang lama  setelah itu, Bu Salamah pun akhirnya wafat, karna penyakit komplikasi dan usianya yang sudah cukup tua.     

      

***     

      

Sudah lama Sekali, Alex dan Larisa tidak pernah bertemu. Bahkan saat Larisa mulai. Memasuki Fakultas kedokteran, di mulai saat itu, mereka tidak lagi saling menghubungi, karna Alex sendiri juga sangat sibuk.     

Bahkan saat ini Larisa malah sudah tidak lagi memiliki media sosial, karna saking sibuknya.     

      

Padahal tepat hari ini, Alex baru saja sampai ke Indonesia, untuk melakukan perjalanan bisnisnya, dengan rekan bisnis di Indonesia.     

Sungguh sangat di sayangkan, sekarang dia tidak memilik nomor telepon atau pun aku media sosial milik Larisa.     

Padahal, ini adalah kesempatannya untuk bertemu dengan Larisa.     

Alex tidak tahu kabar Larisa saat ini, dia sudah menikah atau belum. Dan itu sangat membuatnya merasa penasaran.     

Alex ingin sekali menemui Larisa, tapi dia tidak ada waktu untuk itu, karna jadwal meetingnya saat ini sedang padat.     

Dia berencana akan mencari Larisa, setelah urusan bisnisnya selesai dulu.     

      

***     

Dan satu minggu berlalu, urusan bisnisnya sudah selesai, dia akan segera bertolak ke Kanada, tapi sebelum itu, Alex ingin mencari Larisa dulu.     

Dan hari ini dia mendatangi rumah Larisa.     

Namun saat dia mendatanginya rumah Larisa sudah kosong.     

Tentu saja hal itu membuatnya menjadi kecewa.     

Akhirnya Alex bertolak ke warung satenya Larisa.     

Tapi sialnya hari ini warung itu juga sedang tutup.     

Lalu dia bertolak ke rumah Audrey, tapi rumah Audrey juga sedang kosong.     

Sungguh sebuah kesialan bagi Alex.     

Dia harus di mengalami kesulitan mencari Larisa.     

      

Dia pun memutuskan untuk mendatangi rumah Cindy, dengan di antar oleh sekretaris pribadinya dan seorang sopir.     

Namun belum sampai di rumah Cindy, Alex pun malah pingsan dalam perjalanan. Di duga Alex mengalami kelelahan.     

Akhirnya Alex pun di Larisa ke rumah sakit terdekat.     

      

      

***     

Beberapa saat pun berlalu, Alex terbangun dalam sebuah rumah sakit, dan dengan selang infusan yang masih menempel di tangannya.     

"Loh, kok aku ada di sini sih?" ucap Alex yang merasa bingung.     

Lalu seorang dokter cantik di temani oleh seorang perawat menghampirinya.     

"Selamat siang, Bapak Alex, apa yang sekarang Bapak keluhkan?"     

Dan seketika Alex pun langsung terperangai, saat melihat ternyata dokter cantik itu adalah Larisa.     

"Larisa?!"     

Alex pun langsung berdiri dan memekuk Larisa, tak peduli dengan selang infusan yang masih menempel di tangannya.     

"Larisa, aku sudah mencarimu kemana-mana, ternyata kamu di sini," lirih Alex.     

Seluruh orang yang ada dalam ruangan itu  termasuk sekretaris dan suster serta sopir Alex, mereka semua pun  langsung bertepuk tangan. Sungguh rasa bahagia yang tak terkira bagi Larisa dan Alex.     

Akhirnya mereka di pertemukan kembali di sini.     

Dan hubungan mereka yang sempat renggang karna jarak pun kini mulai terjalin.     

Alex dan Larisa tidak lagi berpikir dengan perpisahan jarak, bagi mereka yang terpenting adalah rasa cinta.     

Mereka sama-sama sibuk, tapi mereka sama-sama Cinta,  yang mereka butuhkan saat ini adalah kepercayaan dan saling mengerti.     

Mereka membangun komitmen itu.     

Dan setelah dirasa sudah kuat, akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.     

      

 Yah, akhirnya mereka menjadi sepasang suami istri.     

Mimpi untuk bersama pun akhirnya terwujud.     

Larisa dan Alex hidup bahagia, meski harus sering berpisah karna Alex berada di Kanada sementara Larisa sibuk dengan profesinya yang seorang dokter di Indonesia.     

Meski begitu, mereka tetap bahagia, dan di karunia seorang anak perempuan yang di beri nama Alea.     

      

      

      

Tamat season 1     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.