Bullying And Bloody Letters

Lorong Gelap



Lorong Gelap

0Dengan kecepatan penuh Romi mengendarai motornya.     
0

Dan di belakangnya seperti ada yang menumpang di motornya.     

Kemudian Romi menengok ke belakang, karna dia yakin benar-benar ada seseorang yang memeluknya bahkan ada hembusan nafas yang terasa begitu nyata.     

Tapi saat dia menengoknya di belakangnya tidak ada siapa pun.     

Akhirnya dia pun memantapkan hati bahwa semua itu hannyalah perasaannya saja.     

      

"Ah, dasar aku ini terlalu paranoid," gumamnya.     

Dan tak lama Romi pun sampai di tempat tujuan, dan Salsa sudah menunggunya di depan gedung bioskop.     

"Eh akhirnya sampai juga, kamu lama banget sih?" keluh Salsa.     

"Maaf, Salsa, tadi aku ada sedikit masalah," jelas Romi.     

"Yasudah ayo masuk sekarang, sudah mau di mulai nih,"     

"Ok, Salsa Cantik,"     

"Ah, Romi bisa aja,"     

      

Dan di dalam gedung Bioskop itu terlihat sekali jika Romi sedang tidak fokus, dia masih teringat terus dengan surat tadi.     

Padalah dia sudah berusaha untuk melupakannya, tapi entah mengapa surat itu terus mengganggu pikirannya.     

"Romi, hantunya seram banget ya?" tukas Salsa yang mengajak Romi bicara, tapi Romi masih diam saja dan Melamun.     

"Romi, dari tadi aku bicara, tapi kamu tidak meresponya!" keluh Salsa yang mulai kesal.     

"Eh, maaf ya, Salsa, aku tadi la—"     

"Ah, nyebelin!" ketus Salsa.     

Salsa pun langsung kembali terfokus dengan layar bioskop, dan memanyunkan mulutnya.     

Sampai film selesai pun dia masih tampak melamun.     

Dan Salsa yang melihat Romi masih juga melamun itu memilih pulang tanpa menyapanya dulu.     

      

"Salsa tungguin!" panggil Romi.     

Dan Salsa menengok sesaat.     

"Kenapa?!" ketusnya.     

"Kamu marah ya?"     

Salsa terdiam, dan bibirnya masih cemberut.     

"Salsa," Romi menaruh tangan Salsa, "jangan marah, dong,"     

"Kamu itu nyebelin, Rom, kamu dari tadi nyuekin aku!"     

"Aku tuh lagi banyak pikiran, Salsa,"     

"Oww, begitu, pasti mikirin cewek ya?!"     

"Bu-bukan!"     

"Ah, males banget jalan sama pembohong!"     

Salsa pun meninggalkan Romi begitu saja.     

"Tunggu, Salsa!"     

Salsa hanya menoleh sesaat lalu membuang muka. Dan dia pun kembali berjalan cepat meninggalkan Romi.     

Akhirnya Romi pun membiarkan Salsa pergi tanpa mengejarkan.     

      

"Huh! sial! benar-benar hari yang sial!" pekik Romi.     

Dan Romi pun kembali pulang sendirian, dan dalam keadaan marah dia mengendarai motornya dengan kencang.     

Hingga di pertengahan jalan dia hampir kecelakaan karna tabrakan sesama motor.     

Sampai Romi pun hampir berkelahi dengan pemotor yang hampir saja tabrakan dengannya itu.     

Tapi karna Romi sadar  jika memang hari ini pikirannya sedang kacau, maka dia pun akhirnya dia memilih untuk tidak memperpanjang masalah ini.     

Sambil berjalan mengendarai pelan-pelan, Romi pun kembali mulai merasa aneh, tiba-tiba jalan yang ia lewati menjadi gelap gulita, seperti sebuah lorong yang tak berujung.     

"Loh, kenapa aku jadi berada di sini? ini jalan apa? aku baru pertama melewatinya!"     

Suasanya sangatlah senyap tanpa suara, hanya ada dirinya sendiri.     

Padahal jelas-jelas dia tadi berada di jalan raya yang sangat ramai lalu-lalang motor dan kendaraan roda empat.     

Tapi entah mengapa dia bisa berpindah dan terasa berada di tempat asing, yang dia sendiri belum pernah melewatinya.     

      

Lalu di belakang terdengar suara-suara tertawaan yang begitu memekik telinganya.     

"Hihihi hihi hhihi hihihi!"     

Romi menengok ke belakang, dan banyak sekali makhluk-makhluk seram yang tengah terbang melayang mengejarnya.     

Dan seketika hal itu membuat Romi langsung ketakutan dan mengencangkan laju kendaraannya sampai dengan kecepatan  maksimal.     

Benar-benar terasa sangat menakutkan bagi Romi, makhluk-makhluk astral itu terus mengejarnya hingga seolah tak membiarkannya menjauh, mereka terus mendekat dengan wajah-wajah seramnya.     

"Hihi hihi hihih!"     

"Awas! minggir! jangan mendekatiku!" teriak Romi, tapi masih saja para hantu-hantu itu terus mengejarnya.     

Dan kembali Romi melihat dan berfokus ke depan, lalu tampak seorang wanita cantik dengan wajah pucat tengah tersenyum kepadanya.     

Wanita itu adalah Cinta. Tapi tentu saja dia tidak mengenal siapa Cinta.     

      

Romi berteriak kencang kepada gadis itu, "Awas! minggir!" teriak Romi.     

Dan Cinta pun malah tersenyum di hadapannya, tanpa menghindar dari laju motor Romi. Dan Cinta pun tertabrak oleh motor Romi.     

      

Brak!     

Terdapat cahaya terang mirip sorot lampu mobil.     

Dan Romi seketika seperti melewati pembatas lorong gelap itu, suara hiruk-pikuk klakson dan lalu-lalang kendaraan kembali terdengar lagi.     

      

Tubuh Romi terpental, dan terjatuh di jalanan aspal.     

Kemudian mobil truk besar yang telah ia tabrak kembali melindas bagian kakinya.     

Motornya sudah tergeletak di pinggir jalan dalam keadaan hancur, dan tubuh Romi pun tergeletak di tengah jalanan dengan bersimbah darah, dan kaki sudah terpisah dari tubuhnya dan hancur.     

Romi masih tersadar, meski pandangannya sedikit kabur. Dan rasa sakit di sekujur tubuh  terutama di bagian kaki kirinya sangatlah menyiksa dan tidak bisa lagi di ungkapkan dengan kata-kata.     

      

      

***     

      

Esok harinya suasana sekolahan terlihat sangatlah ramai membicarakan Romi.     

Terutama kedua temannya yaitu Aldi dan juga Deni.     

Sepulang sekolah Deni dan juga Aldi langsung menengok Romi sahabat mereka yang sedang kritis.     

Orang tua Romi sengaja meminta Aldi dan Deni untuk datang, karna Romi menanyakan mereka terus, seperti ada yang ingin di sampaikan oleh Romi kepada dua sahabatnya itu.     

Dan sesampainya di rumah sakit, mereka langsung di buat syok karna melihat keadaan Romi yang cukup memprihatinkan.     

Romi tengah sekarat dengan keadaan tubuh yang sudah tidak utuh lagi. Kedua sahabatnya itu merasa tidak tega saat melihat sahabatnya itu.     

      

Lalu dengan suara berat tertahan dan sedikit gemetar Romi memanggil sahabatnya.     

"Den...ni, Al...di," huuuft... "tolong ke...mari,"     

Dan mereka berdua pun mulai mendekat ke arah Romi.     

"Iya, Rom, ada apa?" tanya Deni.     

"Iya, Rom, katakan saja," imbuh Aldi.     

Dan tangannya sedikit bergetar, lalu Romi memegang tangan Deni, tapi pandangannya terarah kepada Aldi.     

      

"Deni, Al, Mentari, Mentari yang sudah meny-bab-kan ... aku begini, jauhi, dia ...."     

Dan Romi pun langsung meninggal.     

"Rom, Rom, maksudnya ada apa dengan, Gadis Dekil, itu?" tanya Deni.     

Lalu melihat tidak ada lagi respon Aldi pun langsung memanggil petugas rumah sakit, dan ternyata Romi sudah meninggal.     

      

Seperti sebuah pukulan bagi mereka berdua, karna sahabat karibnya sudah meninggal.     

Mereka benar-benar tidak menyangkanya.     

Dan pesan terakhir yang menyabut tentang Mentari membuat mereka merasa sangat penasaran, dan bahkan malah mereka sudah menduga-duga jika Mentarilah yang menyebabkan sahabatnya meninggal.     

Meskipun mereka sendiri tidak begitu yakin jika pelakunya adalah Mentari, karna terasa tidak mungkin sekali gadis penakut sepertinya mampu membunuh Romi, yang cukup kuat dan menakutkan.     

Deni dan juga Aldi hanya bisa pasrah dengan nasib yang menimpa sahabatnya itu.     

Sambil menikirkan apa yang sudah di katakan oleh Romi sebagai pesan teakhinya itu.     

      

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.