Bullying And Bloody Letters

Siswi Yang Hilang Saat MOS



Siswi Yang Hilang Saat MOS

0Seluruh siswa dan siswi berbondong-bondong, menuju lorong sepi itu, untuk melihat kegaduhan apa yang sudah terjadi di tempat itu.     
0

Tentu saja mereka sangat penasaran.     

Dan setelah mereka melihat secara langsung mereka semua pun di buat kaget dan syok oleh Mentari yang mencekik leher Deni dan Aldi.     

Sungguh terlihat aneh dan tidak wajar, tubuh mereka berdua yang kekar mampu terangkat oleh tubuh kecil dan kurus Mentari.     

"Loh, itu kan, Mentari!" tukas Laras yang kaget.     

"Mentari! lepaskan Mentari! ayo sadar!" teriak Laras yang mencoba menyadarkan Mentari.     

Namun Mentari tidak menghiraukannya.     

Dan tepat saat itu juga, Bu Lira si kepala sekolah pun datang turut melihat kegaduhan itu.     

"Astaga! Mentari! kamu ngapain!" teriak kepala sekolah itu.     

Dan tanpa ragu-ragu wanita paruh bayah itu pun langsung mendekat ke arah Mentari dan mencoba untuk menghentikan perbuatan Mentari itu.     

"Tari! cukup Tari! ayo lepaskan mereka! kalau sampai mereka mati kamu bisa di penjara, Tari!" tutur Lira.     

      

Dan seketika Mentari melepaskan cekikannya dan membuat mereka berdua, yaitu Deni dan Aldi langsung terjatuh ke tanah.     

      

Gkebuk!     

"Akh! uhuk uhuk uhuk!" Aldi mulai terbatuk-batuk dan mulai bisa bicara.     

Begitu pula dengan Deni, sia juga tampak terkulai lemah sambil batuk-batuk dan tubuhnya masih tergeletak di tanah dan tampak pasrah.     

Sementara itu Mentari langsung pingsan, telat di depan mereka berdua.     

      

Laras pun langsung berlari dan menghampiri Mentari     

"Tari, bangun, Tari!" panggil Laras membangunkan Mentari.     

Dan di bantu oleh sang kepala sekolah serta guru-guru yang lainnya, mereka bertiga pun di bawa ke klinik sekolahan.     

      

"Tari! bangun, Tari!" tak menyerah Laras, masih mencoba membangunkan Mentari.     

Lalu perlahan-lahan Mentari pun mau membuka matanya.     

"Loh, ada apa ini?" Mentari mau terbangun dan membuka matanya, "aku ada di mana?" Dia masih tampak kebingungan.     

"Tari, tadi kamu pingsan," jelas Laras.     

"Hah, pingsan?"     

"Iya, tadi kamu mencekik Romi dan Antin  dan mereka nyaris mati karna hal itu,"     

"Apa?!" Mentari benar-benar kaget dan merasa tidak percaya, "mana bisa aku mencekik mereka berdua?!"     

"Iya, Tari, itu memang terdengar tidak mungkin, tapi memang itu kenyataannya,"     

"Ini benar-benar tidak bisa di percaya!"     

"Ah, kamu tadi kelihatan sangat hebat sekaligus menakutkan, Tari,"     

"Maksudnya?"     

"Bahkan kamu bisa mencekik, dua preman itu hingga tubuhnya terangkat secara bersamaan," jelas Laras.     

Tentu saja itu terdengar mustahil bagi Mentari, karna dia tidak mungkin bisa mengangkat tubuh mereka, apalagi sampai mencekiknya.     

      

"Apa benar yang kamu ucapkan itu, Ras?'     

" Iya, Tari, aku gak bohong. Kamu juga bisa bertanya-tanya kepada yang lainnya," jelas Laras lagi.     

Mentari pun langsung terdiam sesaat, dia tidak menyangka bisa mengalami kejadian yang aneh seperti itu, ini terasa sangat mustahil.     

Kembali dia teringat dengan kejadian saat tiba-tiba sang bibi menjadi ketakutan kepadanya kemarin.     

Sama sekali dia tidak mengingat apa pun yang terjadi itu.     

Dan hal itu tentu saja mengganggu pikirannya. Mentari terus berpikir keras untuk mengingat-ingat perbuatannya itu.     

      

"Sebenarnya apa sih yang sudah terjadi kepakku sih?" Mentari kembali mengingat buku diary miliknya.     

"Apa ini ada hubungannya dengan buku diary itu?!"     

Seketika dia menggeleng-gelengkan kepalanya.     

"Enggak, enggak! enggak mungkin hanya karna sebuah diary," ucap Mentari yang meyakinkan dierinya sendiri.     

"Mangnya, diary apa sih?" tanya Laras.     

"Ah  enggak kok," jawab Mentari dengan cepat.     

Lalu Laras menyodorkan sebotol air mineral untuknya.     

"Ini, kamu minum dulu gih, biar pikirannya menjadi tenang," tukas Laras.     

"Makasi ya, Laras,"     

"Iya,"     

Dan sambil meneguk air mineral. Itu, kembali Mentari melihat Cinta ada di ruang ini, dan saat ini dia sedang tersenyum kepadanya.     

"Cinta!" panggil Mentari.     

"Cinta?" Laras pun tampak bingung, karna di ruang klinik yang ini, tidak ada seorang pun kecuali dia dan Mentari.     

"Kamu ngomong, sama siapa sih?" tanya Laras.     

"Ah, sama dia," Mentari menunjuk ke arah Cinta.     

Tapi Laras masih kebingungan karna dia tidak melihat siapa pun.     

"Please deh, Tari, di sini itu hanya kita berdua, terus kamu itu ngomong sama siapa sih?" tanya Laras yang kebingungan.     

"Dia! itu ada Cinta" ucap Mentari.     

Dan tentu saja hal itu membuat Laras malah semakin bingung lagi, karna dia tidak bisa melihat apa pun di sudut tembok, tempat yang di tunjuk oleh Mentari.     

"Di sana gak ada apa pun, Tari!"     

"Ada, itu dia, Cinta! dia juga temanku di sekolah ini,' Mentari masih mengeyel bahwa di sini ada orang lain selain dia dan Laras, yaitu Cinta.     

      

Tentu saja, Laras bukan lagi menjadi bingung, tapi juga menjadi sangat ketakutan, apa lagi serelah kejadian yang tidak wajar tadi.     

Kekuatan super yang tiba-tiba ada di tubuh Mentari itu terlihat sangat tidak wajar, bahkan saat di tanya sama sekali dia tidak tahu.     

Dan sekarang dia bertingkah seakan-akan di dalam ruangan ini ada orang lain selain mereka berdua.     

Dan seketika dia mau merasa merinding.     

      

"Mentari, bisa tidak kamu hentikan tingkah aneh ini," lirih Laras kepada Mentari.     

"Aneh?" Mentari yang berbalik merasa bingung.     

Dia itu benar-benar merasa bahwa di dalam ruangan ini bukan hanya ada dirinya saja, tapi juga ada Cinta.     

Dan dia kembali teringat lagi dengan kejadian-kejadian lainnya.     

Dan barulah sekarang dia benar-benar yakin bahwa Cinta itu bukanlah manusia.     

Dan kejadian aneh yang dia alami seperti hari ini, bisa jadi benar-benar karna diary pemberian dari Cinta.     

      

"Cinta, jadi kamu itu—"     

Cinta pun malah menghilang begitu saja dari hadapan Mentari.     

"Cinta! Cinta! tunggu jangan menghilang dulu! aku belum selesai bicara!" teriak Mentari.     

"Tari , udah, jangan panggil-panggil lagi  di sini cuman kita berdua, gak ada siapa pun, dan ...."     

"Dia bukan manusia,"     

"Hah!? apa?!"     

"Iya, Laras, ternyata Cinta itu bukan manusia, dia hantu,"     

Dek... jantung Laras langsung berdegup kencang, dia merasa sangat ketakutan, apa lagi dasarnya, Laras adalah orang yang sangat penakut apa lagi kalau sudah menyangkut soal hantu.     

"Kamu, yang bener dong kalau ngomong, aku kan jadi takut tahu," keluh Laras.     

"Ah, maaf ya, Laras, sama sekali aku gak ada niat buat nakutin kamu, kok,"     

"Iy-iya, aku tahu, yasudah, kalau kamu merasa sudah baikkan sebaiknya kita pergi saja dari tempat ini," ajak Laras.     

"Ah, yasudah kalau begitu," Mentari pun mengiyakan ajakan Laras.     

Dan mereka berdua kembali ke dalam kelas mereka.     

      

Dan ketika memasuki ruangan kelas, seluruh mata langsung tertuju ke arah Mentari, karna kejadian di lorong sepi tadi.     

Mata mereka melihat aneh ke arah Mentari, ada yang sebagian membicarakannya secara diam-diam bahkan secara terang-terangan.     

"Jangan-jangan dia itu gila ya, kok bisa nyerang kedua pereman itu,"     

"Ya mungkin sih, tapi kok dia bisa kuat begitu ya?"     

"Entalah, mungkin dia menganut aliran sesat dari nenek moyangnya,"     

"Haha! ada-ada saja kamu itu,"     

"Ya habisnya aneh kan?"     

"Iya, sih, tapi wajarkan kalau aneh, ligat saja penampilannya juga aneh, pasti orangnya juga aneh, sama kayak orangnya haha!"     

"Haha, parah!"     

      

Laras menatap ke arah Mentari dengan ratapan yang nanar, sejujurnya dia kasihan dengan mentari yang menjadi pusat perhatian.     

"Huuuft ... sabar ya," tukas Laras sambil menepuk pundak Mentari.     

Mentari pun menengok ke arah Laras sbil tersenyum tipis.     

"Iya, lagian aku sudah terbiasa kok, begini," jawab Mentari.     

      

      

***     

      

Esok harinya.     

Mentari pun kembali masuk sekolah seperti biasa, tapi hari ini dia sedikit lebih beruntung, karna tidak ada yang mengganggunya.     

Aldi dan Deni sedang tidak masuk sekolah.     

Uang jajannya hari ini pun akan aman tenteram dan dia bisa makan di kantin tanpa harus kelaparan.     

"Tari!" teriak Laras yang memanggilnya.     

"Eh, Laras! Kamu udah berangkat juga ya!"     

"Iya, dong!" Laras tampak mengeluarkan buku PR-nya sambil berjalan.     

"Tari, PR-mu udah selesai belum?"     

"Udah, kenapa?"     

"Aku belum, tinggal nomor 9, alu gak bisa."     

"Terus?"     

"Ajari ya," Laras tampak memelas.     

"Ok,"     

"Wah, makasi, Tari,"     

"Iya," Mentari tersenyum.     

      

Lalu tiba-tiba saja saat berjalan menuju kelas, Mentari bertabrakan dengan penjaga sekolahan.     

Penjaga sekolah itu bernama pak Toto, dan beliau sedang sibuk membawa tumpukan berkas dari dalam gudang.     

      

"Ah, maaf ya, Pak!" tikas Mentari.     

"Ah, iya, Dik, gak apa-apa saya yang salah," sahut Pak Toto.     

"Yasudah sini, Pak. Biar saya bantu,"     

"Wah, jangan, Dik, saya bisa kok,"     

Mentari menggelengkan kepalannya, dan tetap membantunya.     

"Terima kasih, ya, Dik."     

"Iya, Pak, sama-sama,"     

"Tari, gimana dengan PR ku?" tanya Laras yang sedikit khawatir.     

"Kamu salin punyaku saja, nanti istirahat aku ajari," jawab Mentari.     

"Yasudah mana tas kamu, biar aku bawakan,"     

"Ok, ini," Mentari menyodorkan tasnya,"     

Dan setelah itu kembali dia pergi membantu Pak Toto.     

      

"Mau di pindahkan kemana, Pak?" tanya Mentari.     

"Di sana, Dik," Pak Toto menunuk sebuah ruangan,"     

"Oh, jadi mau di hancurkan ya, Pak?"     

"Iya, karna memang ini sudah tidak terpakai lagi." Jelas Pak Toto.     

Dan sambil menaruh berkas-berkas itu, Mentari iseng-iseng melihat-lihat foto kopi data alumni sekolah ini.     

"Owe iya, Adik, siswa baru ya?"     

"Iya, Pak?" Sambil membaca-baca berkas pendaftaran.     

"Namanya siapa?"     

"Nama saya, Mentari, panggil saja, Tari,"     

"Oww, iya, Tari, perkenalkan nama saya Pak Toto, penjaga sekolah sinu, dan semoga saja kamu betah ya, tinggal di sini," ucap Pak Toto.     

"Iya, Pak. Semoga saja," jawab Mentari.     

Lalu tak sengaja melihat sebuah berkas dengan foto seorang siswi ya sangat mirip dengan Cinta.     

Dan setelah dia membaca biodatanya, ternyata benar, nama siswi dalam berkas itu adalah, Cinta Ayudia nama yang sama tertulis dalam diary-nya, dan dia adalah siswi angkatan 3 tahun yang lalu.     

      

"Pak, apa Bapak kenal dengan gadis yang ada dalam berkas ini?" tanya Mentari.     

"Oh, iya, dia siswi yang di kabarkan hilang saat MOS," jelas Pak Toto.     

"Hah?! hilang?!"     

"Iya, jadi sekitar tiga tahun lalu, ada seorang siswi yang menghilang saat acara MOS."     

Seketika Mentari menjadi kaget mendengar jawaban dari Pak Toto itu.     

Karna dia benar-benar tak menyangka jika Cinta itu siswi yang hilang.     

Dan bahkan bukan hanya hilang, tapi Bisa jadi dia sudah meninggal.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.