Bullying And Bloody Letters

Perkelahian



Perkelahian

0Alvin melirik sesaat ke arah Mentari dan juga Laras yang sedang berbisik-bisik membicarakannya.     
0

Tapi Alvin tak menghiraukannya dan dia lewat begitu saja di hadapan mereka.     

      

Dia tahu jika Laras sedang membicarakannya dengan Mentari, tapi dia tidak peduli, karna hal itu sudah biasa baginya.     

Mereka yang membicarakannya biasanya adalah gadis-gadis yang  menyukainya, dan dia pun berpikir begitu juga kepada Laras dan juga Mentari.     

      

Dia menduga kalau tidak Mentari sudah pasti Laras yang sedang menaksirnya.     

Dan  prasangka itu bukan semata-mata karna dia merasa sok ganteng, tapi karna  pengalaman yang sudah-sudah.     

      

"Yah, dia pergi kan, kamu sih kurang cepet," bisik Laras.     

"Ih, apaan sih Laras, kan aku udah bilang kalau aku gak suka sama Alvin," tegas Mentari.     

"Iya, lupa kamu cuman kagum, tapi kagum itu adalah definisi sebelum cinta," ledek Laras.     

"Ih, Laras apa-apaan sih, kesel ah! Cubit nih!" Mentari mencubit pipi Laras.     

"AKH! SAKIT!" teriak Laras.     

"Haha! makanya jangan ngeledekin,"     

"Ih, Tari jahat banget ke aku, mirip Tante Karina!"     

"Ih, kenapa jadi bawa-bawa, Tante aku sih!" Mentari semakin tertantang untuk mencubit gemas pipi Laras.     

"Ih, Tante galak begitu di belain!" ledek Laras lagi.     

"Wah, bener-bener nih, awas nih bakal kena cubit lagi tu pipi yang sebelahnya!" ancam Mentari, tapi dengan nada yang meledek.     

"AKH TAKUT EUY!" teriak Laras sambil berlari.     

Dan Mentari mengejarnya di belakang sambil tertawa-tawa dan bersiap untuk mencubitnya.     

      

Dan tiba-tiba tak sengaja Laras menabrak Fanya.     

Yang sedang berdiri tepat di hadapannya dengan tatapan tajam sambil melihat kedua tangannya.     

Dan tak hanya itu, dia juga di temani oleh dua orang sahabatnya yaitu, Keysa dan Ane.     

      

Seketika Laras langsung terdiam begitu pula dengan Mentari.     

"Kenapa diam? bukanya tadi lagi pada bercanda?" tanya Fanya dengan nada ketus.     

Mentari dan juga Laras terdiam, Mentari menunduk di depan Fanya.     

"Wah, kamu hebat ya sekarang sudah punya teman." Tukas Fanya menoleh ke arah mentari, dan setelah itu dia menoleh ke arah Laras.     

"Dan kamu," Fanya menatap lekat ke arah Laras, "melihat kamu kejar-kejaran tadi lucu banget tau, mirip orang normal yang di kejar-kejar orang gila, haha!" hina Fanya sambil melirik ke arah Mentari.     

      

Mentari tentu saja tahu dari apa yang di maksud oleh, Fanya itu adalah dirinya.     

Tapi apa boleh buat dia tidak mau mencari masalah dan hanya bisa diam seakan-akan itu bukan dirinya.     

Lain halnya dengan Laras, dia tampak kesal terhadap dengan perlakuan Fanya Yang menghina sahabatnya orang gila.     

Tentu saja karna hal karna penampilan Mentari yang awut-awutan dan tampak tak terawat. Tapi meski begitu adanya, Laras tidak terima begitu saja, karna itu terlalu kejam.     

      

"Eh, Kak Fanya! jangan seenaknya dong ngomongin teman saya orang gila!" sergah Laras.     

Dan Fanya seketika mengernyitkan alisnya sesaat.     

"Wah, kamu berani melawan saya?" tanya Fanya dengan nada santai sambil selengean.     

"Kamu pikir kamu itu siapa? Kok bisa berani-beraninya bilang begitu?" Fanya mengangkat sedikit tangannya dan bertolak pinggang.     

"Kamu, tau kan siapa saya?" ucap Fanya dengan wajah menantang.     

Laras tak tak bergeming tapi sorot matanya tajam dan terlihat seakan menerkam.     

"Kamu jangan buang-buang tenaga dan mencari masalah denganku, hanya demi gadis dekil ini" tanya Fanya.     

"Iya, enggak banget deh, kayak gak ada teman lain!" imbuh Keysa.     

"Please, deh Laras  kami itu cantik, kaya, karena, mending kamu gabung sama kita, geng kaka kelas yang jelas alan mengangkat reputasimu, bukan sama si Buluk itu! yang ada kamu malah akan terlihat menjadi buruk!" tambah Ane.     

Fanya tersenyum bangga mendengar ucapan yang terlontar dari bibir kedua sahabatnya itu.     

"Dan kamu, Dekil, jangan dan cantik kamu ya! jangan mentang-mentang tadi Alvin tolongin kamu, jangan pikir kamu bisa dapetin dia ya!" tegas Fanya.     

"Enggak, kak" jawab Mentari sambil menunduk ketakutan.     

"Katanya, Mentari jelek, dekil, terus kenapa Kak Fanya bilang begitu kepada, Tari?" tanya Laras dengan tegas, "Kak Fanya, takut ya, kalau Tari akan menjadi saingan terberat Kaka!" ledek Laras.     

      

Tentu saja, emosi Fanya semakin melonjak tinggi, dan dia langsung berjalan menghampiri Laras sambil memegang tangan Laras dentan kuat.     

"Berani sekali kamu menyandingkan aku dengan dia, memangnya aku satu level dengan dia hah?!"     

Perlahan Fanya melepaskan tangannya sari tangan Laras, dan bergantian memegang kerah bajunya, Laras.     

"Sudah, Kak! sudah! jangan bertengkar disini!" teriak Mentari melerai Fanya dan juga Laras.     

"Eh, Dekil! kamu jangan ikut-ikutan dong!" bentak Keysa.     

"Iya, sini kamu jangan sok ikut-ikutan!" Ane menari tangan Mentari dan mengajaknya menyingkir dari Fanya dan Laras.     

"Tolong, Kak! jangan ganggu kami, kami minta maaf, kalau kami tadi salah!" mohon Mentari kepada Fanya.     

Dan Fanya hanya menanggapinya dengan sedikit senyuman masam, lalu dia kembali menatap ke arah Laras.     

"Kak! aku mohon, Kak! jangan sakiti Laras!" pinta Mentari yang masih dalam pegangan Keysa dan Ane.     

      

"Sudah, Tari! jangan memohon dengan, Nenek Sihir ini! biar aku lawan!" bentak Laras lalu dia meraih balik tangan Fanya yang masih ada di kerah bajunya itu.     

Dan dia menampiknya dengan kasar, lalu mendorong tubuh Fanya hingga hampir terjatuh.     

"Kamu itu benar-benar berani ya!" teriak Fanya kepada Laras.     

Laras pun semakin tertantang mendengar ucapan Fanya.     

"Kamu pikir kamu siapa sampai aku harus takut hah!?" Laras gantian menarik kerah baju Fanya, "sini kita berkelahi sekarang juga!" tantang Laras.     

      

"Dasar Cewek Sialan!" umpat Fanya dan dia menarik rambut Laras.     

"Akh!" Laras merasa kesakitan, "dasar sialan!" umpat balik Laras, dan dia pun tak mau kalah lalu dia menarik rambut Fanya.     

Mentari tampak khawatir karna sahabatnya yang berkelahi dengan Fanya.     

"Udah, stop! kalian jangan berkelahi!" teriak Mentari yang mencoba melerai.     

Ingin rasanya dia berlari dan menghampiri Fanya serta Laras, dan melerainya agar mereka tidak membuat keributan di sini, tapi sangyangnya, Ane dan Keysa memeganginya terlalu kiat, sehingga dia tidak bisa berbuat apa pun.     

      

"Tolong, lepaskan tanganku, apa kalian tidak ligat sahabat kalian sedang berkelahi?!" tanya Mentari.     

"Well, kita suka kok lihat mereka berkelahi, dan aku pikir itu adalah tontonan yang menarik," jawab Ane.     

"Iya, lagi pula kurang seru kalau sampai mereka di pisahkan,"     

"Kalian ini sudah gila ya?! ini perkelahian, kita haryd melerainya, bukanya malah mendukung!" tukas Mentari.     

"Eh, sumpah! kamu itu berisik banget deh!" Keysa pun menjambak rambut Mentari dengan kuat.     

"Kita rontokkan aja rambutnya bila perlu!" imbuh Ane.     

Dan Ane pun juga turut menjambaknya.     

Tentu saja Mentari merasa kesakitan karna di serang dua orang sekaligus dengan cara menjambaknya.     

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.