Bullying And Bloody Letters

Teman Lama



Teman Lama

0Mulai dari situ dia menjadi sedikit betah berada di sekolah itu, namun ketika ujian kenaikan kelas sudah usai, Alvin pun akhirnya pindah sesuai dengan yang dijanjikan oleh kedua orang tuanya.     
0

Dan hal itu membuatnya merasa bahagia, tapi juga merasa bersedih, karna dia harus rela berpisah dengan Mentari.     

Sejak saat itu Mentari dan Alvin tidak lagi pernah bertemu.     

"Kamu benaran, Alvin?" tanya Mentari yang masih ragu-ragu, karna penampilan Alvin benar-benar banyak perubahan.     

Alvin mengangguk pelan tapi dengan penuh yakin.     

"Iya, aku Alvin, anak lelaki yang gendut dan jelek itu!" tegas Alvin.     

"Kenapa kamu kaget ya?" tanya Alvin lagi.     

"Iya." Jawab singkat Mentari, karna dia benar-benar merasa tidak percaya.     

"Aku dulu, sangat kagum dengan mu, kamu cantik, pintar, baik hati dan punya banyak teman, lalu kenapa kmau berubah menjadi seperti ini?" Perlahan Alvin pun menggenggam tangan Mentari.     

"Apa yang sudah terjadi dengan mu, Tari?"     

"Aku ... aku mengalami kecelakaan" huftt... Mentari menghela nafas panjang, "dan kedua orang tuaku meninggal," jawab Mentari, dan tak sadar matanya mulai berkaca.     

Setiap membahas hal yang tentang kedua orang tuanya, Mentari pasti akan merasa bersedih, karna kenangan pahit itu kembali teringat.     

"Tari," Alvin mendekat kearah Mentari, yang saat ini air matanya aku segera menetes.     

"Aku turut prihatin atas peristiwa yang menimpamu," perlahan Alvin menyeka air mata Mentari, "maaf ya, aku tidak tahu soal kejadian itu," Alvin tampak sangat menyesal sudah menyinggung Mentari.     

"Iya ... tidak apa-apa kok, Alvin, dan aku senang hari ini aku bisa bertemu kembali dengan teman-lamaku," tutur Mentari.     

"Aku juga senang bisa bertemu dengan mu lagi, Mentari," jawab Alvin.     

"Yasudah, sekarang kita cari bengkel terdekat yuk, biar aku bantu dorong," ucap Mentari.     

"Wah, bener nih, bantu dorong?"     

Mentari mengangguk, "Iya, Alvin," Jawab Mentari.     

"Asyik!" Alvin pun tampak girang, berbeda jauh saat awal-awal tadi, yang terlihat kakundan cuek.     

Akhirnya mereka berdua pun mendoring motor Alvin sampai di sebuah bengkel yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat tadi.     

"Huuft... akhirnya samoainkuga nih," tukas Mentari.     

"Iya, thanks ya, Tari,"     

"Iya, sama-sama," jawab Mentari.     

"Kamu haus?" tanya Alvin.     

"Lumayan," jawab Mentari.     

"Yausah, lamu kita u di sini ya?"     

"Emang mau ke mana?"     

"Usah, pokoknya tunggu aja,"     

Mentari mengangguk, "Iya, deh,"     

Sambil melihat motor Alvin yang sedang di otak-atik bengkel, Mentari mengipas-ngipaskan tanganya sendiri.     

Cuaca memang terasa sangat panas hari ini, serasa mau mendidih.     

"Aduh, panas banget ya," tukas Mentari sambil menelan ludahnya karna merasa haus.     

Dan tiba-tiba saja di hadapannya ada sebuah tangan yang mengulurkan sebotol minuman dingin rasa jeruk favoritnya.     

Mentari pun langsung terkejut, dan saat melihat siapa si pengirimnya, rupanya adalah Alvin.     

"Ini buat kamu," tukas Alvin.     

"Wah, terima kasih, Alvin. Kamu tahu aja kalau aku sedang haun dan tahu juga kalua ini adalah minuman favoritku," tukas Alvin.     

"Kan tadi sudah tanya, dulu," Jawab Alvin.     

"Oh, iya ya," Mentari baru mengingatnya, "lalu kenapa bisa kebetuoan ya, kamu belikan minuman favoritku,"     

"Emm, kalau soal itu aku ...."     

"Iya, aku apa, Vin?"     

"Aku, ingat, kalau kamu sejak dulu sering membeli minuman ini, hampir setiap hari, walaupun kamu sering diomeli oleh Ibumu" tutur Alvin.     

Dan lagi-lagi hal itu membuat Mentari menjadi terharu.     

Rupanya, Alvin masih mengingat apa kebiasaannya waktu masih duduk di bangku sekolah dasar.     

Padahal itu sudah cukup lama sekali.     

"Yasudah kalau begitu di minum dong," ajak Alvin.     

"Iya, makasi!"     

"Iya, Tari."     

Mentari memang sudah berubah salam segi penampilan. Tapi hati Mentari masih tetap sama, yaitu seorang gadis lugu dan baik hati.     

Dan sampai detik ini, Alvin pun masih merasa nyaman saat delak dengan Mentari, sama seperti dulu.     

"Alvin,"     

"Iya,"     

"Aku boleh, tanya sesuatu?"     

"Iya, boleh kok, tanya kan saja,"     

"Kenapa kamu yang sekarang dan dulu sangat berbeda?"     

"Ya, karna aku sudah dewasa hehe," Alvin pun sudah mulai menujukan ekspresi konyolnya ke pada Mentari.     

"Bukan, tapi maksudku, kenapa kamu jadi lebih langsing begini?"     

"Eh, tunggu! langsing?"     

"Eh, maksudku six pack,"     

"Haha, gitu dong yang jelas, jangan disamakan dengan model wanita dong, masa langsing," kelakar Alvin.     

"Ih, Alvin aku tanya beneran lo,"     

"Iya, aku juga bicara beneran lo,"     

"Terus kenapa kamu menjadi jutek begini? padahal Alvin yang ku kenal itu, sangat ramah dan baik hati,"     

"Memangnya saat ini aku tidak, ramah dan baik hati ya?"     

"Tidak kalau soal ramah, tapi kao soal baik hati, kamu masih sangat baik hati kok,"Jawab Mentari.     

"Benarkah, terus apa yang merubahmu menjadi seperti ini, selain orang tuamunyang sudah pergi?"     

"Yah, ada beberapa hal," tukas Mentari.     

"Lalu apa kamu, bisa jelaskan hal apa saja itu?" tantang Alvin.     

"Dan apa kamu juga bersedia untuk menceeitakan apa ynag membuatmu berubah total begini?" tantang ablik Mentari.     

"Iya," jawab Alvin.     

"Yasudah, kalau begitu kita cerita sama-sama ya,"     

"Ok, kamu duluan ya, Tari,"     

"Iya, boleh."     

Mentari punnmenceritakan segala peristiwa yang sedang di hadapinya saat ini.     

Mulai dari kecelakaan yang menimpa dirinya sekeluarga, yang merenggut nyawa kedua orang tuanya serta yang menbuat dirinya menjadi pincang.     

Serta Mentari juga mencerirakan segala perbuatan nini dan sepupunyantang semena-mena kepadanya, dan halvitu membuat Alvin merasa sangat simpaty kepada Mentari.     

Dia tidak menyangka ternyata selama ini Mentari mengalami hal yang sangat sulit     

Bahkan bisa di bilang lenih sulit darinya, dan secara tidak langsung Alvin pun terut gemas kepada bibindan juga sepupinya itu. Karna bagaimana bisa seorang gadis yang sangat baik hati seperti Mentari bisa di perlakukan semejam itu.     

"Vin, aku sudah selesai bercerita, bagiamana dengan ceritamu?" tanya Balik Mentari.     

"Emm, kamu benar-benar ingin mendengarnya ya?"     

"Iya, lah." Jawab singkat Mentari.     

Lali Alvin pun bergantian yang bercerita kepada Mentari. Tantang apa alasanya yang membuatnya berubah menjadi seperti ini.     

Jadi setelah dia oindab sekolah dulu, dia pikir masalahnya bakalan selesai, dannsemua orang tidak akan menghinanya.     

Dia pikir di sekolah lain tidak sama dengan sekolah awalnya, dan dia tidak akan di hina-hina lagi, tapi rupanya sama sama saja. Dia menerima perlakuan sama. Teman-temannya masih memandang fisiknya. Meskindia sering merasa tergganggu dan bahkan patah hati, tapi dia masih tetap mencoba bertahan.     

Dia memasang senyuman ramah walau perbuatan mereka semanin menyakitkan.     

Meski menurut mereka menghina fisik hanyalah gurauan, tapi bagi Alvin itu sangat mentakitkan.     

Hati orang memiliki kadar sensitive yang berbeda-beda, ada yang bisa menerima dan berlapang dada, tapi ada juga yang menerimanya dengan terpaksa, dan bahkan sampai menimbulakan luka.     

Dan hati Alvin adalah hati yamg mudah rapuh dan sangat mudah tersakiti.     

Meski pun sekolah dengan terpaksa dan harus menahan segala sakit hati, Alvin pun bertahan di sekolah itu hingga lulus.     

Dan setelah itu karna sudah bosan karna di perlakukan tidak baik karna fisiknya, membuat Alvin memutuskan untuk merubah segalanya.     

Liburan kelulusan dia habiskan untuk berolah raga dan diet sehat, hingga dia mulai menasukki sekolah menengah atas, dan di mulai dari situ dia mulai merasa di hargai.     

Dan hal itu membuatnya semakin giat berolah raga seperti karate, silat dan yang lainnya     

Kini fisiknya menjadi kuat dan tidak ada lagi ada yang berani menghina-hina dirinya lagi. Alvin merasa sangat percaya diri dan olah raga menjadi rutinitas setiap hari hinnga kini.     

Dan saat itu Alvin mulai tertarik dengan lawan jenis.     

Kebetulan orang yang dia taksir itu juga membalas Cintanya.     

Untuk pertama kalinya Alvin mulai berpacaran ketika SMP.     

Namun sayangnya, gasis yang menjadi oacRnya itu memanfaatkan Again.     

Karna saat itu Alvin adalah seorang atlit basket di SMP itu. Sehingga dia bisa di bilang sangat popular.     

Dan anak perempuan yang saat itu menjadi pacaranya, rupanya hanya memanfaatkannya, dia mendekati Alvin hanyabuntuk populariyas.     

Karna Alvin vsabgat terkenal di sekolah itu.     

Dan si gadis itu diam-diam sudah memiliki pacar.     

Alvin sangat kecewa saat mengetahuinya, dan yang memanfaatkan ke popularitasannya.     

Mereka manfaatkan kenaikan dan keramahan Alvin untum mencapia ke inginan mereka.     

Dan karna hal itu membuat Alvin merasa sangat kesal, hampir kepadavsemua orang, ternyata perubahan fisik yang jauh lebih baik itu pun tidak cukup bagianya.     

Mereka semua masih tetap memanfaatkanya dengan maksud-maksud tertentu.     

Dan sejak saat itu, Alvin memilih untuk menyendiri.     

Dan merubah sikap ramah-tamahnya.     

Dan jadi lah Alvin yang sekarang.     

"Oh, jadi karna hal itu ya, kamu kalau berbicara, hanya berbicara seperlunya saja?" tanya Mentari.     

"Iya, bisa di bilang begitu, tapi aku melakukannya hal ini biar bisa segera kertemu kamu." tukas Alvin.     

"Aku?" Mentari menujuk tubuhnya sendiri.     

"Iya siapa lagi?!" jawab Alvin.     

"Kenapa begitu?"     

"Sejak dulu aku kagum melihatmu, Tari, dan aku sangat menyesal sudah pindah dari sekolah itu, karna hal itu aku jadi tidak bisa bertemu denganmu lagi," tutur Alvin dengan wajah yang penuh sesal.     

"Alvin, aku benar-benar tidak menyangka ternyata, kamu benar-benar tulus menganggapku sebagai teman, karna jujur aku tidak menyangka ada yang menganggap ku berarti selama ini, apalagi seorang Alvin yang sangat ganteng dan popular ini,"     

"Jangan bicara begitu, kamu memang berarti, dan kamu juga tidak perlu memujiku sampai begitu, karna aku juga tidak sekeren itu, kamu kan tahu siapa aku dulu!" sangkal Alvin.     

"Tapi tetap saja kamu lebih keren dari aku," tukas Mentari.     

"Aku ini ibrat tumbuhan yang harus di siram," turur Alvin, "dan kalau bukan dirimu, entah sampai kapan aku menjadi pecundang!" ucapnya Alvin.     

"Sejak dulu bagiku kamu itu sama sekali bukan pecundang," tegas Mentari.     

"Masa?" ledek Alvin.     

"Iya, kamu itu orang baik, dan selalu menyenangkan, hanya saja waktu itu kamu terlalu cepat untuk pergi," tutur Mentari.     

"Terima kasih, Tari, kamu tidak berubah, kamu masih, Tari yang baik seperti dulu,"     

"Hanya, orangnya saja ya, yang jadi jelek?" ledek Mentari.     

"Ah, enggak juga juga biasa aja," jawab Alvin santai.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.