Bullying And Bloody Letters

Sudah Gila



Sudah Gila

0Jam menunjukkan pukul 14:03, dan Mentari baru aja sampai di rumahnya.     
0

"Eh, Non Tari, udah pulang rupanya," sapa Yuni.     

"Eh, Mbak Yuni, udah Mbak, baru aja,"     

"Ayo masuk, Non!" ajak Yuni sambil menarik tangan Mentari.     

      

"Non Tari, ganti baju dan bersih-bersih dulu, biar Mbak Yuni bikinin makan siang," ujar Yuni.     

"Ah, gak usah, Mbak, Tari udah makan kok,"     

"Ah, yang bener Non?"     

"Iya, tadi Tari udah makan sama Laras,"     

"Yasudah kalau gitu, sebaiknya Non Tari  istirahat di kamar aja, kalau ada perlu apa-apa panggil Mbak Yuni aja ya,"     

"Iya, Mbak, beres," jawab Mentari.     

      

      

Mentari masuk ke dalam kamar sementara Yuni masih sibuk mengerjakan pekerjaan rumahnya.     

Dan tentu saja sembari mengawasi gelagat Karina.     

Saat ini yang masih berbahaya dan harus selalu diwaspadai adalah Karina, karna kalau Sandra, masih belum bisa bergerak bebas seperti Karina.     

      

Dan saat dia sedang memotong-motong sayurannya, tiba-tiba dia melihat Karina yang sedang berjalan ke arah gudang.     

Yuni pun langsung bersembunyi, dan mengikuti Karina secara diam-diam.     

      

'Pasti, Bu Karina, sedang mencari sesuatu yang akan dia gunakan untuk mencelakai, Non Tari,' batin Yuni.     

Dan benar saja, Karina keluar dari dalam gudang sambil membawa semprotan serangga.     

      

Dan saat Karina mulai mendekat ke arahnya, Yuni pun langsung bersembunyi.     

Dengan perasaan deg-degan karna takut Karina akan mengetahuinya, Yuni meringkuk di bawah kolong meja.     

Dia menundukkan wajahnya ke bawah agar tidak di ketahui oleh Karina.     

Namun hal yang tidak terduga pun terjadi, tiba-tiba Karina menghampirinya yang masih meringkuk di bawah meja.     

"Kamu itu sudah bosan hidup ya, rupanya? " tukas Karina sambil tersenyum dan menatapnya tajam.     

Yuni pun langsung diam tak bergeming. Seketika detak jantungnya semakin kencang saja.     

"Yuni, berapa kali saya sudah memperingatkan kepadamu, bahwa kamu jangan lagi ikut campur dengan urusanku, tapi sepertinya kamu itu memang  orangnya hobi mencampuri urusan orang lain ya?"     

"Maaf, Bu. Tapi saya hanya menjalankan tugas saja, dan sebaiknya memang Bu Karina itu harus berlaku baik kepada Mentari." Tutur Yuni.     

"Owh, harus begitu ya?" Karina menarik sedikit ujung alisnya. "Kalau misal saya tidak mau bagaimana?" tanya Karina dengan senyuman tipis dan wajah menantang.     

"Bu, tolong minggir dan saya mau keluar!" bentak Yuni.     

"O o o, kamu itu sudah berani membentakku ya rupanya," tukas Karina lagi.     

Yuni pun mendorong tubuh Karina hingga terjatuh, dan dia berusaha keluar dari dalam kolong meja.     

      

Duak!     

"Akh! dasar sialan!" pekik Karina.     

"Kamu itu benar-benar sudah bosan hidup ya?!" Karina memukul wajah Yuni dengan semprotan serangga.     

Dan setelah itu dia menyemprotkan racun serangga itu ke arah wajah Yuni.     

"Mati kau! dasar sialan!" teriak Karina.     

Yuni berusaha menahan nafas agar tidak menghirup racun serangga itu.     

"Aku tidak akan membiarkanmu lolos hari ini, apa lagi sampai bernafas bebas di rumah ini!" gumam Karina.     

Yuni kembali mengayunkan kakinya dan mengenai kaki Karina, hingga Karina pun kembali terjatuh.     

"Awh, sakit!" teriak Karina.     

"Yuni pun segera lari dan masuk ke dalam toilet, dia segera membersihkan wajahnya.     

"Bu Karina, memang benar-benar sudah tidak waras lagi," tukas Yuni.     

      

Masih terdengar dari luar, Karina menggedor-gedor pintu kamar mandi itu.     

"Keluar kamu, Yuni! jangan kamu pikir kamu akan selamat dari ku!" teriak Karina seperti orang yang benar-benar tidak waras.     

Dan di belakang Karina sudah ada Dimas yang berdiri tepat melihatnya.     

"Kamu sedang apa, Karina!?" bentak Dimas.     

Seketika Karina pun menjadi kaget dan menoleh ke arah Dimas.     

"Apa yang sedang kamu lakukan, Karina?!" tanya Dimas sekali lagi.     

"Aku ... aku sedang ...,"     

Dimas tak bertanya lagi dan dia langsung menarik tubuh Karina hingga dia menyingkir dari depan pintu toilet.     

Tok tok tok!     

"Siapa di dalam?!" teriak Dimas.     

"Mas—"     

Tok tok tok!     

"Tari!" panggil Dimas, dia mengira bahwa di dalam adalah Mentari.     

Semrntra itu Yuni yang berada di dalam tampak terkejut sekaligus bahagia karna dia mendengar ada suara Dimas yang sedang memanggil namanya.     

"Itu suara, pak Dimas," tukas Yuni.     

dan Yuni pun segera membuka pintu toilet itu.     

Tapi saat dia hendak keluar entah mengapa selot pintu itu tiba-tiba terkunci.     

"Gimana ini? Kok bisa terkunci sih?" tukas Yuni yang mulai panik.     

"Pak Dimas! Ini Yuni, pintunya macet, Pak!" teriak Yuni.     

"Apa?! Macet, kok bisa sih?" ucap Dimas.     

Dan dengan sekuat tenaga, Dimas pun berusaha untuk mendobrak pintu toilet itu.     

Sementara di belakang Dimas, Karina tampak ketakutan melihat Dimas yang akan segera mengetahui perbuatannya barusan.     

Karna tentu saja, Yuni akan mengadu kepada Dimas tentang perbuatannya.     

Dan pastinya hal itu akan membuat Dimas marah dan benar-benar akan menceraikan Karina.     

Pikiran Karina benar-benar sudah kacau, rasanya sudah seperti mau meledak. Dirinya sudah di penuhi oleh emosi dan tidak bisa lagi berpikir jernih.     

Karna saking sudah merasa terancam, akhirnya Karina memukul kepala Dimas secara membabi buta.     

Duak!     

Duak!     

Duak!     

      

Ceklek!     

Akhirnya Yuni berhasil membuka pintu toiletnya. Tapi begitu dia keluar, Yuni sudah melihat Dimas tergeletak di lantai dengan kepala bersimbah darah.     

"PAK DIMAS!" teriak Yuni histeris.     

Sementara Karina hanya berdiri tegap dengan mulut menganga sambil memegang semprotan serangga di tangannya.     

Tubuhnya bergetar, serasa panas mulai menjalar di seluruh tubuhnya.     

      

"Apa aku sudah membunuh Suamiku?" tukas Karina yang secara reflect.     

Lalu matanya mulai melirik ke arah Yuni yang tengah menangisi majikannya itu sambil berusaha menyadarkannya.     

"Kalau, Mas Dimas, benar-benar susah mati, maka aku juga akan membunuh Yuni, biar tidak ada lagi yang menghalangiku!" tukasnya penuh yakin.     

"KAMU HARUS MATI YUNI!" teriak Karina sambil mengayunkan semprotan serangga itu.     

Yuni pun dengan reflect langsung menoleh ke arah Karina dan langsung menendang tubuhnya.     

Karina langsung terjatuh, "Akh! Dasat sial!" umpat Karna.     

"Stop! Bu Karina, Anda benar-benar sudah gila ya?!" teriak Yuni.     

"Iya! Aku memang sudah gila! Kenapa hah?!"     

"Bu, tolong sadar, Bu Karina sudah kelewat batas, lihat Pak Dimas sampai seperti ini!"     

"Diam, Bangsat!" Karina mendorong tubuh Yuni hingga dia terjatuh.     

"Semua gara-gara kamu juga! Kalau kamu tidak ikut campur urusan ku maka aku juga tidak akan melukainya!"     

"Bu Karina benar-benar gila! Masih juga belum sadar atas kesalahannya sendiri!"     

      

"AKH BRISIK KAMU!" teriak. Karina dan kembali mengayunkan semprotan serangganya.     

      

Ceklek!     

"Mama!" teriak Sandra. Dan di belakangnya di susul oleh Mentari.     

"Mbak Yuni ada apa—" Seketika Mentari langsung syok, "OM DIMAS!" teriknya.     

"PAPA!" teriak Sandra.     

Dan mereka berdua pun menghampiri Dimas.     

Lalu Yuni segera menghubungi ambulance untuk membawa Dimas ke rumah sakit.     

Sementara Karina di bawa ke pihak berwajib.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.