Bullying And Bloody Letters

Di Tolong Oleh Cinta



Di Tolong Oleh Cinta

0"Eng-gak!" jawab Mentari.     
0

"Akh! bikin kesal saja!" teriak Fanya sambil mengguyurkan air dari ember ke tubuh Mentari.     

      

Tapi Cinta tak tinggal diam, dia langsung meraih ember berisi air itu lalu menyiramkan kembali ke tubuh Fanya. Dan seketika tubuh Fanya pun langsung basah kuyup.     

"Akh sialan!" pekik Fanya.     

"Oh my God, Fanya! kenapa malah nyiram tubuh sendiri sih?!" tanya Ane.     

"Iya, kenapa malah disiramin ke tubuh sendiri, lihat kamu jadi basah!" imbuh Keysia.     

"Diam kalian!" teriak Fanya.     

Seketika Ane dan Keysia menjadi terdiam. Dan Fanya yang geram meraih rambut Mentari.     

"Emang dasar kamu itu gadis sialan ya?!"     

Fanya menjambak-jambak rambut Mentari dan Mentari pun merasa kesakitan.     

Lalu Cinta kembali mengambil andil dalam melawan mereka bertiga, dan Cinta pun merasuk ke tubuh Ane.     

Seketika Ane langsung bertingkah Aneh, dalam sekejap mata dia menjadi tertawa-tawa sendirian.     

Haha haha haha haha!     

Ane menjambak rambut kedua kawannya yaitu Fanya dan   Keysia.     

"Awwh, Ane! kamu ngapain jambak kita sih!?" keluh Keysia.     

"Lepaskan, Ane! please!" teriak Fanya.     

      

Haha haha haha haha haha     

Haha haha haha haha haha     

Haha haha haha haha haha     

Ane masih tertawa-tawa tanpa henti, tubuhnya memang masih di kuasai oleh Arwah Cinta.     

      

Mentari tahu jika Cinta ada di dalam tubuh Ane, dan dia pun secepatnya langsung keluar dari dalam toilet itu dan mencari bantuan ke ruang  guru.     

Dan kebetulan saja, hari ini Pak Handoko si guru mata pelajaran Agama sedang ada jadwal mengajar.     

Mentari pun tanpa berpikir panjang langsung menghampiri pak Handoko, dan menemuinya untuk meminta bantuan kepadanya.     

"Pak Handoko! tolong di toilet, Ane sedang kesurupan!" tukas Mentari.     

"Hah, apa?! Keserupaan lagi?!" Pak Handoko pun tampak kaget.     

"Iya, Pak! tolong segera ke sana saya mohon ...!" ujar Mentari.     

Dan Pak Handoko di bantu beberapa staf pengajar lainnya pun berlari ke toilet untuk menemui Ane.     

Sementara Mentari pun lebih memilih pergi meninggalkan mereka semua.     

Mentari memilih pergi ke kelas untuk mengikuti ulangan di jam terakhir.     

      

      

Sesampainya di kelas, Laras sudah menunggunya sejak tadi.     

"Kamu dari mana aja sih, Tari. Hampir aja kamu telat ikut ulangan!" tukas Laras.     

"Maaf, Laras aku tadi dari toilet," jawab Mentari.     

"Iya, tapi kenapa lama banget? kamu abis ngapain aja ke toilet?"     

"Pokonya ceritanya panjang, nanti aku ceritain ya sama kamu," tukas Mentari.     

"Ok, eh tu gurunya udah datang," lirih laras.     

Dan tak lama kertas soal sudah mulai di bagikan dan mereka semua mulai melaksanakan ulangan.     

      

Sepintas mereka melihat di luar kelas mereka, ada Pak Handoko sedang membopong seseorang dan di belakang tampak Keysia dan juga Fanya berjalan di belakangnya dan diikuti oleh para staf lainnya.     

      

Mentari tentu sudah tahu kejadian apa yang sudah menimpa Ane.     

Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, dan hanya bisa meminta tolong kepada Pak Handoko.     

      

"Tari, itu siapa sih yang di bopong?" tanya Laras.     

Dan Mentari hanya menggelengkan kepalnya dengan wajah ketakutan bercampur khawatir karna ketakutan jika Ane kenapa-napa karna ulah Cinta.     

      

"Tapi kenapa kamu kelihatan kawatir begitu?" tanya Laras.     

"Nanti sepulang sekolah aku ceritain," jawab Mentari lagi.     

      

"Sudah-sudah! yang lainnya tetap fokus untuk ulangannya, jangan pikirkan yang lainnya!" teriak Pak Joni, guru mata pelajaran hari ini.     

Dan mereka semua pun kembali menatap fokus ke lembar soal.     

      

Dan tak terasa jam pelajaran terakhir hari ini pun berakhir. Seluruh murid keluar dari dalam kelas, tak terkecuali dengan Tari dan Laras.     

"Ras, kita lihat ke klinik sebentar yuk," ajak Mentari.     

"Memangnya kenapa?"     

"Pokoknya kita ke sana dulu,"     

Mentari meraih paksa tangan Laras dan mengajaknya berbelok ke arah klinik sekolahan.     

Untuk melihat keadaan Ane. Namun ketika dia memasuki klinik rupanya sudah tidak ada siapa pun keadaan sudah sepi.     

Dokter yang ada di klinik itu juga sudah pergi.     

Dan usut punya usut mereka mengantarkan Ane ke rumah sakit, Ane mengalami luka parah di bagian kepalanya, karna dia tadi membenturkan kepalanya sendiri di tembok toilet.     

"Ah, yasudah ayo kita pulang saja," ajak Laras.     

"Iya, Ras." Jawab Mentari.     

Dan mereka pun mulai berjalan keluar dari dalam klinik itu lalu mereka mampir sebentar di sebuah warung bakso yang letaknya tak jauh dari tempat itu,     

      

"Ok, sekarang keadaan sudah aman dan tenang, kamu bisa cerita sekarang juga, Tari," ujar Laras.     

"Iya, jadi alasan aku lama pulang dari toilet itu karna aku bertemu dengan Fanya dan teman-temannya."     

"Apa! kamu bertemu Fanya?"     

Mentari mengangguk, "Iya,"     

"Terus kamu diapain?"     

"Mereka ingin mengunciku di dalam toilet, bahkan mereka juga hendak menyiram ku dengan air kotor bekas pel-pellan,"     

"Sumpah, mereka itu benar-benar kurang ajar ya!"     

Laras pun tampak sangatlah geram akan hal itu, rasanya dia ingin menemui Fanya saat ini juga lalu membuat perhitungan kepada mereka semua.     

"Terus apa yang terjadi selanjutnya?" Laras masih terlihat penasaran.     

"Cinta, datang," jawab Mentari.     

"Terus ...?"     

"Cinta membuat perhitungan kepada mereka, dan dia masuk ke tubuh Ane, makanya jadi pingsan."     

"Haha syukurlah kalau begitu!" Laras malah tampak bahagia karna mendengar penjelasan dari Mentari.     

"Loh, kok kamu malah kelihatan senang begitu sih?" tanya Mentari yang keheranan.     

"Ya, habisnya biar mereka tahu rasalah, mereka kan selalu jahat kepadamu, kalau Cinta terus membantumu, aku jadi merasa bersyukur," ungkap Laras.     

"Bersyukur bagaimana? Aku malah pusing memikirkannya, Laras,"     

"Ya, jangan di pikirkan biarin aja,  lagian harusnya kamu banyak-banyak berterima kasih dengan Cinta,"     

"Ah, tidak mau, karna dia, banyak orang-orang menjadi celaka," keluh Mentari sambil cemberut.     

"Ya tapi kalau bukan karna dia kamu yang menjadi celaka,"     

"Iya sih, tapi tetap saja, itu terasa menyebalkan jika dia menolongku, bakalan banyak orang terluka parah dan bahkan ada yang sampai kehilangan nyawa gara-gara aku,"     

"Tari, udah deh, stop jangan pikirkan apa pun, karna itu semua bukan salah kamu, mereka yang mencari masalah denganmu dan kebetulan Cinta yang menolongmu,"     

"Tapi—"     

"Ok stop! jangan di bahas dan kita makan aja, ok!"     

"Huuuftt... Laras,"     

      

Akhirnya mereka melanjutkan makan siang mereka di warung bakso itu.     

"Kamu pulang sama siapa?" tanya Laras.     

"Gak tahu, mungkin naik angkot," jawab Mentari.     

"Loh gak pulang bareng Alvin?"     

"Alvin, sedang ada pelajaran tambahan, biasa anak kelas 3," jawab Mentari.     

"Oh, iya, ya, gimana kalau kamu pulang bareng aku aja,"     

"Kamu pulang naik apa?"     

"Naik jet pribadi,"     

"Hah?!"     

"Ya naik angkotlah! Masa iya naik jet pribadi beneran, yang ada pesawat tempur haha!" kelakar Laras.     

"Ah, Laras ni ah!"     

"Yaudah, kamu mau bareng enggak?!"     

"Ya mau dong masa enggak!" jawab Mentari bersemangat.     

"Sumpah gak jelas banget haha!"     

"Yaudah buruan abisin baksonya, keburu hujan nih, udah mendung tuh!" ujar Mentari.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.