Bullying And Bloody Letters

Membaca Diary Cinta



Membaca Diary Cinta

0"Maaf, Laras, kita bicara berdua dulu ya, ada suatu hal penting dan ini pesan dari Cinta untuk, Avin," tukas Mentari.     
0

      

"Aku enggak?" tanya Laras yang tampak iri.     

      

"Emang kamu beneran mau ketemu langsung sama Cinta?" tanya Balik Mentari.     

      

Seketika Laras langsung merinding, "Ya eng-gak juga sih,"     

      

"Ok, kita pergi sebentar ya?" tukas Mentari.     

      

      

Mentari mengajak Alvin kembali ke tempat dimana dia bertemu dengan Cinta tadi.     

"Kita, di sini aja," tukas Mentari.     

"Ok," jawab Alvin.     

"Kamu mau bicara apa?" tanya Alvin.     

"Jadi gini, Vin, aku selama ini punya teman rahasia,"     

"Teman rahasia?"     

"Iya, jadi selama ini aku punya teman lain selain dirimu dan Laras, temanku bernama Cinta,"     

"Cinta? Siapa Cinta?"     

"Dia temanku dari alam lain,"     

"Tunggu! Maksudnya ...?"     

"Jadi, Cinta adalah teman pertamaku di sekolah ini sebelum aku mengenal Laras,"     

"Kenapa namanya bisa mirip dengan ...." Alvin tampak sedang memikirkan sesuatu.     

"Kenapa, Vin? kamu sedang memikirkan sesuatu ya?" tanya Mentari.     

"Ah, enggak, kok. Kamu lanjutin saja cerita mu itu," ujar Alvin.     

"Ah, jadi begini, Cinta juga berpesan kepadaku, bahwa aku harus memberitahu hubunganku dengannya kepadamu,"     

"Benarkan? Memangnya ada hubungan apa denganku?" Alvin tampak keheranan.     

"Entalah aku tak tahu, hanya itu yang bisa aku tangkap, aku tidak terlalu tahu dengan apa yang dia ucapkan. Karna Cinta itu adalah gadis bisu," tutur Mentari.     

"Hah?! Gadis bisu?!" Alvin benar-benar tampak kaget karna mendengar ucapan Mentari.     

'Cinta adalah gadis yang bisu? bagaimana bisa kebetulan begini, tapi tidak mungkin kalau Cinta yang di maksud itu adalah Cinta ....' batin Alvin.     

"Vin, ada apa? Kenapa kamu kelihatan kaget dan langsung melamun? Apa kamu kenal Cinta?" tanya Mentari.     

"Mentari, kamu itu beneran lagi gak ngarang, 'kan?" tanya Alvin.     

"Ti...dak, memangnya kenapa, apa kamu punya kenalan dengan seseorang yaang bernama Cinta?" tanya Mentari.     

"Iya, dan ciri-cirinya hampir mirip dengan yang kamu ucapkan, tapi aku masih tidak yakin."     

"Maksudnya?"     

"Yah, aku sangat kenal dengan seseorang bernama Cinta, dan dia adalah seorang gadis bisu."     

Mentari juga terkejut mendengar pernyataan Alvin barusan, sekarang dia semakin yakin jika Cinta benar-benar ada hubungan sesuatu dengan Alvin, tapi entah hubungan apa itu.     

"Vin, bisa kamu ceritakan orang yang kamu kenal itu kepadaku?"     

"Iya, boleh,"     

"Apa hubungannya dengan mu?"     

"Emm  sebelum aku jawab, bagaimana kalau kamu jelaskan lebih lengkap tentang Cinta, misal dari segi perawakan atau foto mungkin?" pinta Alvin.     

"Ah, iya, aku punya foto ini?" Mentari pun langsung meraih foto Cinta, yang waktu itu dia dapatkan saat membantu pak Toto merapikan gudang.     

"Apa itu?" tanya Alvin.     

"Ini, adalah berkas pendaftaran siswa baru sekitar tiga tahun lalu, dan di dalam berkas ini ada fotonya Cinta."     

"Benarkah?" Alvin pun langsung meraihnya.     

Dan dengan tidak sabar dia langsung bukannya.     

"Cinta? Ini betulan Cinta?" tukas Alvin yang bertanya-tanya sendiri.     

"Iya, itu Cinta teman ku, yang berasal dari dunia lain,"     

"Hah, dia itu—"     

"Kenapa, Vin? Dia kenapa? Dan dia siapa kamu?" cecar Mentari.     

"Dia itu sepupuku!" jawab Alvin.     

"Hah, sepupu?!"     

"Iya!"     

"Tunggu ... bisa kamu jelaskan kepadaku, dan bagaimana kronologi tentang, Cinta, kenapa sampai Cinta bisa berada di sini dan sudah menjadi hantu?" tanya Mentari yang beruntun.     

"Jadi Cinta dan aku dulu sangat dekat, sejak SMP kami selalu bersama, dulu kami sama-sama tinggal di Surabaya, tapi pada saat hari kelulusan Cinta dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke Jakarta dan Cinta juga melanjutkan sekolah di sana. Yah, tepatnya di sini, beberapa kali kami sering mengobrol lewat chat, dan dia sempat mengeluhkan bahwa dia sering di bully di sekolah barunya, lalu aku usulkan untuk mengadu saja kepada kedua orang tuanya, tapi dia tak menjawab chat ku lalu ke esokkan harinya, orang tua Cinta mengabariku jika Cinta menghilang" tutur Alvin menceritakan segalanya kepada Mentari.     

Sekarang Mentari sedikit mendapat pencerahan tentang Cinta dari cerita Alvin, sebenarnya waktu itu pak Toto juga sempat bercerita sekilas tentang Cinta.     

Bahwa Cinta adalah seorang siswi yang hilang 3 tahun lalu ketika mengikuti kegiatan MOS.     

Tapi Mentari benar-benar tak menyangka jika Cinta itu adalah sepupu dari Alvin.     

Dan belum sempat bercerita panjang lebar hingga tuntas, tiba-tiba bel sekolah pertanda masuk sudah terdengar.     

Sehingga, Mentari dan Alvin terpaksa menghentikan ceritanya.     

"Yasudah, Vin, nanti kita sambung lagi!" kata Mentari.     

Lalu mereka berdua pun mulai berlari pergi ke kelas masing-masing.     

      

      

***     

      

Tak terasa jam pulang sekolah pun sudah tiba, bel berbunyi nyaring dan di sambut oleh para siswa dan siswi dengan antusias dan penuh riang gembira.     

Laras dan juga Mentari pulang lebih belakang, karna tidak mau berdesak-desakkan saat keluar gerbang dengan murid yang lainnya.     

"Ras, hari ini aku akan pergi dengan Alvin," tukas Mentari.     

"Masih mau bahas soal yang tadi ya?"     

"Iya, kamu mau ikut?"     

"Emmm, sebenarnya mau sih, tapi, Papaku sudah menunggu di depan gerbang, kami ada acara keluarga, jadi aku harus pergi hari ini juga," jelas Laras.     

"Yah, sayang banget, padahal aku ingin kamu juga tahu tentang Cinta, dan apa hubungannya dengan Alvin."     

"Memangnya apa hubungannya dengan Alvin?"     

"Jadi mereka itu sepu—"     

"Tari!" teriak Alvin.     

"Eh, itu Alvin," tukas Laras.     

"Iya," jawab Mentari.     

"Yasudah kita bahas lain kali aja ya, aku juga buru-buru, dari tadi Papa, terus ngirim pesan, di suruh cepet-cepet," tutur Laras.     

"Ok, Ras! Hati-hati ya!"     

"Iya, kamu juga, Tari!"     

"Ok bayyy!"     

"Bayy!"     

Mereka berdua saling melambaikan tangannya.     

Lalu Mentari pun berjalan menghampiri motornya Alvin.     

      

"Hay, Vin, kamu gak ada jadwal kelas tambahan lagi?" tanya Mentari.     

"Ada sih, tapi aku sengaja gak ikutan soalnya aku masih penasaran dengan Cinta." Tutur Alvin.     

"Baiklah, kalau begitu kita pergi ke tempat biasa ya?"     

"Iya, Tari."     

Motor Alvin pun melaju menuju kafe langganannya, dengan berboncengan bersama Mentari.     

Rasanya dia sudah tak tahan lagi untuk mendengar segalanya tentang Cinta.     

      

Beberapa menit pun berlalu, dan mereka berhenti di kafe langganan mereka.     

Mereka langsung turun dari motor dan mencari bangku yang kosong.     

"Kita, duduk sini aja ya?" tanya Alvin.     

"Iya," jawab Mentari.     

"Mau pesan apa?" tanya Mentari.     

"Nanti saja, kita cerita dulu,"     

"Ah, baiklah."     

      

Lalu Mentari pun menceritakan segalanya kepada Alvin.     

Termasuk tentang buku diary pemberian Cinta kepadanya.     

Bahkan Mentari juga memperlihatkan catatan dalam buku itu yang kebetulan belum terhapus dalam buku itu.     

"Entah mengapa, catatan ini masih ada sampai sekarang, biasanya setelah ku baca, tulisan dalam buku diary ini akan hilang secara sendirinya." Tutur Mentari.     

Dan Alvin pun membaca tulisan tangan Cinta dengan seksama.     

      

 'Dear diary     

      

Cinta gak tahu, kenapa semua orang membenci Cinta? Mama, Papa dan teman-teman membenci Cinta, padahal Cinta gak salah apa-apa, apa karna Cinta bisu?'     

Tulisan dalam buku diary Cinta.     

      

      

      

To be continued     

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.