Bullying And Bloody Letters

Konser Music



Konser Music

0Betapa bahagianya hari ini, ternyata berada di antara ribuan orang, tidaklah teralu buruk.     
0

      

Ini adalah pengalaman yang tidak akan Mentari lupakan selamanya.     

      

Betapa bersyukurnya dia memiliki sahabat yang setia dan selalu mendukungnya.     

      

Rasanya dia sudah tidak butuh lagi sahabat yang lainnya.     

      

Hanya Alvin dan Laras, saja sudah lebih dari cukup.     

      

Dan setelah selesai acara konser  mereka pun mulai keluar dari  dalam gedung itu.     

"Vin  kita makan dulu yuk, di restoran sebarang sana katanya enak lo," ajak Laras.     

"Boleh, kebetulan aku juga janjian sama temanku, tadi di dalam. Gedung kita gak sempat ketemuan, jadi bisa bertemu sekalian makan, " ujar Alvin.     

"Ok, kamu juga lapar kan, Tari?" tanya Laras kepada Mentari.     

"Iya," jawab Mentari singkat.     

"By the way gimana acaranya tadi? Seru, 'kan?"     

"Iya, Ras, seru banget, ternyata gak seburuk kelihatannya,"     

"Tu, kan aku bilang juga apa, makanya semua itu harus di coba, jangan gampang takut dengan apa pun, lawan, karna kadang kenyataan itu tak seburuk dengan bayangan,"     

"Iya, Ras, kamu benar,"     

"Makanya, lain kali kamu jangan takut-takut lagi, harus semangat dan lawan ketakutanmu, karna kamu itu pasti bisa!" ujar Laras yang terus menyemangati Mentari.     

Sementara, Alvin sedang asyik mengotak-atik ponselnya, karna dia akan bertemu dengan sahabatnya.     

      

      

      

Dan setelah sampai di restoran, mereka pun mulai mencari tempat duduk yang kosong, karna kebetulan keadaan restoran cukup ramai.     

"Kita, duduk di mana nih, Vin gila ramai banget," keluh Laras.     

"Bentar, aku juga lagi nyari nih," jawab Alvin.     

"Eh, lihat itu," Mentari menunjuk sebuah meja yang kosong tapi terlihat paling belakang dan berada di dekat jendela.     

"Eh, iya itu kosong, ayo cepetan kita ke sana, sebelum ke duluan," ujar Laras.     

Dan Laras pun langsung berlari lalu duduk di sana.     

"Ayo kalian buruan!" teriak Laras.     

Mentari dan Alvin berjalan pelan-pelan karna mereka pikir tempat duduknya sudah aman karna sudah ada Laras.     

"Eh, aku ke toilet dulu ya, Tari, kamu tunggu di sana sama Laras,"     

"Iya, Vin," jawab Mentari.     

Lalu Mentari pun berjalan menghampiri Laras, dan mereka pun duduk berdua saja, sambil menunggu Alvin datang.     

      

Lalu tiba-tiba muncul Fanya dan kedua temanya menghampiri mereka.     

Brak!     

Fanya menggebrak meja, Mentari dan Laras.     

Seketika Mentari dan Laras pun menjadi kaget.     

"Eh, kamu ngapain sih?!" bentak Laras.     

Fanya pun malah tersenyum tipis sambil melipat kedua tangan, dan menatap Laras dengan tatapan yang melecehkan.     

"Ayo, mumpung aku lagi berbaik hati, jadi aku harap kalian pergi dari meja ini sekarang juga." Tukas Fanya, dengan suara yang lembut.     

"Terus aku harus menuruti mu?" tanya Laras, dengan ekspresi yang seolah juga menghina.     

"Tentu saja! Tunggu apa lagi!" bentak balik Fanya.     

Brak!     

Laras pun tak mau kalah, dia juga menggebrak meja dan membentak Fanya.     

"Heh! Kamu pikir kamu siapa, sampai kami harus menuruti mu hah!?!"     

"Hey! Kamu berani melawan ku ya?!" sergah Fanya.     

"Tentu saja, kenapa harus takut?!" tantang Laras.     

"Dasar, sialan!" Fanya pun menggebrak meja lagi dan hendak menampar Laras, tapi Mentari menghentikannya.     

"Stop!" teriak  Mentari, "udah kalian jangan bertengkar, iya, Fanya  kita akan pergi dari sini," tukas Mentari.     

Dan hal itu tentu saja membuat Laras tak  terima.     

"Kamu itu apa-apaan sih, Tari?!" bentak Laras, kepada Mentari.     

"Sudah, Ras, kita mengalah saja, kita jangan mencari masalah ya," ujar Mentari.     

"Eh, gak bisa gitu dong! Kita udah susah payah nyari tempat, tapi sekarang dia seenaknya ngusir kita!"     

"Sabar, Ras, gak apa-apa, kita cari tempat lain yuk,"     

"Enggak, Tari!"     

"Ras, ayo, please ...," mohon Mentari.     

Dan perlahan Mentari menarik tangan Laras.     

"Ayo, Laras," tukasnya lagi, dan Laras pun tampak sudah mulai akan luluh, dan akan menuruti permintaan Mentari.     

Fanya tampak bahagia, karna dia pikir dia sudah berhasil.     

      

Tapi di saat Mentari dan Laras hendak pergi, tiba-tiba Alvin pun datang  dan menghentikan kedua sahabatnya.     

"Stop!" Seluruh pandangan beralih kearahnya. "Kalian mau kemana?!" tanya Alvin kepada Mentari dan Laras.     

"Jangan pergi, dan ayo duduk kembali, karna ini adalah tempat duduk kita," ujar Alvin.     

Mentari dan juga Laras akhirnya duduk kembali. Sementara Fanya tampak asyik dengan kehadiran Alvin, dia pikir Alvin tidak ikut pergi bersama Laras dan Mentari.     

"Dan kamu!" Alvin menunjuk kearah Fanya, sampai Fanya pun menjadi tersentak.     

"Ngapain kamu masih di sini?! Ayo pergi! Tunggu apa lagi!" teriak Alvin.     

"Tapi, Vin ...."     

"Tapi, apa?!"     

"Vin, bisa kita bicara sebentar," mohon Fanya, sambil meraih tangan Alvin.     

"Enggak! Sana pergi!" sergah Alvin.     

"Alvin, please, kasih aku kesempatan sedikit aja,"     

"Enggak! Gak ada kesempatan untuk orang jahat seperti mu! Ayo pergi atau aku akan panggil security saat ini juga!" ancam Alvin.     

"Iya, Vin," Jawab Fanya.     

Akhirnya dengan terpaksa Fanya pun pergi meninggalkan Alvin dan yang lainnya.     

Dengan perasaan yang tentu saja sangat kesal dan marah, apa lagi dia melihat Alvin yang tampak sangat perhatian dengan  Mentari.     

      

"Sudah, Fanya, stop permalukan diri sendiri, kita cari tempat lain ya," ajak Keysia.     

"Iya, Fanya, di sana ada tempat kosong tuh," ujar Ane.     

Dan akhirnya mereka bertiga duduk di tempat yang di tunjuk oleh Ane, karna kebetulan yang menempati sebelumnya baru saja pergi.     

Pandangan Fanya masih terus tertuju ke arah Alvin dan Mentari.     

      

      

      

      

Sementara itu Alvin dan yang lainya tampak asyik menyantap makanan pesanan mereka yang kebetulan baru saja datang.     

Dan tak lama teman yang di maksud oleh Alvin pun datang.     

Tampak seorang pria menggunakan jaket hitam dan menggunakan topi serta kaca mata di tambah penutup mulut. Mulai berjalan mendekat ke arah mereka.     

"Hay, Vin!" sapa orang itu.     

"Hay, akhirnya datang juga!" sahut Alvin sambil berdiri dan bersalaman dengan  orang itu.     

"Eh, duduk, Bro!" tukas Alvin.     

"Oh, iya, thanks," sahut teman Alvin.     

Dan perlahan orang itu membuka maskernya, dan juga kaca matanya,     

Dan tepat saat itu juga Laras langsung terkejut.     

"Hah! Kak Ver—"     

"Ssst," orang itu langsung menyuruh Laras diam.     

Dan ternyata, teman Alvin itu adalah Vero, sang vokalis dari Savior Band.     

Dan tentu saja hal itu membuat Laras merasa sangatlah bahagia karna selama ini dia adalah fans berat Savior Band, termasuk sang vokalis yaitu Vero.     

TapivLaras dan Alvin selama ini  tidak tahu jika Vero adalah kaka kandung dari Fanya.     

Vero menyembunyikan hubungan mereka karna tidak mau jika, para fans-fansnya akan mengganggu Fanya.     

      

Sementara hubungannya dengan Alvin menjadi akrab karna dulu, Vero pernah mengikuti festival musik di Surabaya.     

Vero adalah teman dekat Cinta, entah hubungan mereka seperti apa, Alvin tidak tahu pasti  tapi mereka sangatlah dekat.     

Waktu itu Alvin masih bersekolah di Surabaya, dan Cinta di Jakarta.     

Cinta pulang bersama Vero, karna kebetulan Vero yang sedang ikut berkompetisi di Surabaya, dan terpaksa menginap di rumah Alvin, yang letaknya tak jauh dari rumah Cinta.     

      

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.