Bullying And Bloody Letters

Kedatangan Vero



Kedatangan Vero

0Vero menyembunyikan hubungan mereka karna tidak mau jika, para fans-fansnya akan mengganggu Fanya.     
0

      

      

      

Sementara hubungannya dengan Alvin menjadi akrab karna dulu, Vero pernah mengikuti festival musik di Surabaya.     

      

Vero adalah teman dekat Cinta, entah hubungan mereka seperti apa, Alvin tidak tahu pasti  tapi mereka sangatlah dekat.     

      

Waktu itu Alvin akan bersekolah di Surabaya, dan Cinta di Jakarta.     

      

Cinta pulang bersama Vero, karna kebetulan Vero sedang ikut berkompetisi di Surabaya, di barengi dengan orang tua Cinta yang sedang ada urusan bisnis di sana, sehingga mereka pulang bersama. Dan untuk mempermudah saat mengikuti audisi, Vero terpaksa menginap di rumah Alvin, yang kebetulan letaknya tak jauh dari tempat audisi.     

***     

"Oh iya, kenalin, ini teman-teman aku," tukas Alvin yang sedang memperkenalkan Vero.     

"Halo," Vero mengulurkan tangannya kepada Laras, dan Laras pun menyambutnya dengan senang hati.     

"Laras," tukas Laras sambil tersenyum.     

Lalu di lanjutkan ke Mentari.     

"Mentari, panggil Tari," tukas Mentari.     

"Senang bisa bertemu dengan kalian," ucap Vero.     

"Kak, Vero, tahu tidak aku tuh ngefans banget lo, sama Kak Vero, dan gak menyangka banget bisa bertemu di sini," ujar Laras.     

"Wah, terima kasih," ucap Vero.     

"Gimana, perkembangan kabar dari sepupu kamu?" tanya Vero kepada Alvin.     

"Yah, masih, belum ada kabar hingga saat ini," jawab Alvin.     

'Huuuftt' Vero terlihat sangat kecewa, sementara Mentari tampak sedang memperhatikannya, dia penasaran dengan apa yang di maksud sepupu oleh Vero kepada Alvin.     

Mentari mulai menduga jika yang di maksud adalah Cinta.     

      

'Apa, yang di maksud Vero itu adalah Cinta? Dan kalau iya, itu artinya Vero dan Cinta itu juga saling mengenal?' batin Mentari.     

"Ma-aaf, Kak Vero, apa aku boleh, bertanya?" tanya Mentari kepada Vero dengan ragu-ragu dan terbata-bata.     

"Boleh kok, santai aja," jawab Vero.     

"Emm, apa Kak Vero juga mengenal Cinta?"     

"Hah?" Vero sedikit kaget, karna tiba-tiba saja, Mentari bertanya seperti itu, "kok, tiba-tiba kamu nanya begitu sih?" tanya Vero.     

"Eng-gak, aku cuman pengen tahu aja," jawab Mentari.     

"Ow, Tari ini temanku sejak SD, jadi wajar kalau dia juga kenal Cinta, iya, begitu pokoknya." sahut Alvin yang menimbrung pembicaraan mereka dan seolah menutupinya dari Vero.     

"Oww, begitu," Vero mengangguk-anggukan kepalanya.     

"Tentu saja, aku sangat mengenal Cinta, sejujurnya, aku dan Cinta itu dulu berpacaran," pungkas Vero.     

Dan seketika Alvin dan yang lainnya pun sampai kaget mendengarnya.     

"Serius?!" Alvin merasa tak percaya, dan Vero pun menganggukkan kepalanya.     

"Iya, serius, pertama kali aku berkenalan dengan Cinta, dia baru saja pindah ke Jakarta, kami bertemu di sebuah mini market, aku terpesona kepadanya sejak pertama kali bertemu, wajahnya sangat cantik, dan terlihat lugu. Pelan-pelan aku mengikutinya pulang, dan ternyata rumahnya tak jauh dari rumahku, kami bertukaran nomor telepon lalu hubungan kami semakin akrab," tutur Vero.     

"Lalu, bagai mana kalian menjalin hubungan itu, dan tanpa sepengetahuan banyak orang?" tanya Alvin.     

"Jadi, satu minggu setelah kami bertemu, aku akhirnya memutuskan untuk menyatakan perasaan ki kepadanya, tentu banyak yang menentangku, termasuk adikku, karna aku  berpacaran dengan seorang gadis bisu, sementara, selama ini, ada banyak wanita yang mengejar-ngejarku, tapi entah mengapa, aku hanya bisa mencintai Cinta saja, lalu kami pun berpacaran secara diam-diam. Saat mengikuti audisi di Surabaya, sebenarnya kami itu sudah berpacaran, tapi tak ada yang tahu, dan Cinta yang baik hati selalu membantu ku selama di sana, bahkan dia mengenalkanku kepada dirimu, orang tua Cinta juga sangat baik kepadaku, karna kebetulan mereka juga kenal dengan orang tuaku, selesai audisi kami pulang ke Jakarta, begitu pula dengan Cinta dan keluarganya, kebetulan urusan bisnis mereka di sana juga sudah selesai. Dan satu minggu kemudian tahun ajaran baru di mulai, Cinta bersekolah di tempat yang sama denganku, tapi dia menjadi adik kelasku, dia siswa baru yang kala itu sedang mengikuti kegiatan MOS, dan .... "     

Vero tampak bersedih, dan seolah tidak ingin melanjutkan ceritakannya lagi.     

"Dan kenapa, Vero?" tanya Alvin. "Ayo lanjutkan," pinta Alvin.     

"Maaf, Alvin aku tidak bisa mengatakannya, aku tidak sanggup," tukas Vero.     

"Yasudah jangan di paksa, mungkin terlalu berat bagi, Kak Vero," tukas Mentari.     

"Terima kasih, Mentari sudah mau mengerti," ucap Vero.     

"Tapi, Tari, kita kan butuh banyak informasi tentang Cinta, agar kita bisa tahu sebenarnya siapa yang telah membunuh Cinta!" ujar Alvin keceplosan.     

"Apa, pembunuh Cinta?!" Vero pun tampak kaget, begitu pula dengan Laras, karna Mentari belum sempat menceritakan semuanya kepada Laras.     

"Apa maksud tentang ucapan kalian tadi?" tanya Vero, "dan pembunuh Cinta? Memangnya Cinta sudah meninggal?"     

      

Alvin pun memegang pundak Vero, "Sabar Ver," tukas Alvin.     

Dan Vero pun menepis tangan Alvin.     

"Kamu tadi bilang, bahwa belum ada kabar tentang, Cinta, lalu kenapa kamu bisa bilang kalau Cinta itu sudah mati?!" cecar Vero.     

"Maaf, Vero, kami juga baru mengetahuinya, dan kami masih mencari tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi dan siapa yang sudah tega membunuhnya," tutur Alvin.     

      

      

Akhirnya Alvin mengajak Vero ke rumahnya, karna untuk mencari tempat yang aman untuk bercerita.     

Laras dan Mentari pun juga ikut pulang ke rumah Alvin.     

      

Dan dari kejauhan, Fanya melihat ke arah Alvin dan juga Mentari, pandangannya hanya terfokus kepadanya dua orang itu, tak peduli dengan orang lain, bahkan dia tidak tahu jika Vero sang kaka juga ikut bersama mereka.     

Fanya terus melihat Alvin dan Mentari yang berjalan semakin menjauh.     

Dia benar-benar merasa tidak terima melihat mereka terus dekat.     

Tangannya sudah mengepal-ngepal dengan kuat, rasanya sudah tidak tahan lagi, dia ingin menghajar mereka.     

"Fanya, udah dong, ayo makan dulu," ujar Ane.     

"Iya, Fanya, cepat makan dan jangan pikirkan mereka, besok baru kita cari cara untuk memberi pelajaran kepada Mentari,"  imbuh Keysia.     

"Huhuuft, sungguh menyebalkan!" ujar Fanya.     

      

      

      

***     

      

"Nah, sekarang kita bisa mengobrol tenang di sini, orang tuaku sedang keluar kota, dan kamu Vero, kalau mau kamu bisa menginap di sini," ujar Alvin     

"Ah, iya, Vin, kebetulan  aku juga bosan berada di rumah, hubungan ku dan adikku juga kurang baik" tukas Vero.     

"Benarkah?!" tanya Alvin.     

"Iya, begitu lah  kami selalu bertengkar sejak kecil, aku tidak suka dengan sikapnya yang manja, tapi meski begitu, aku sangat menyayanginya, karna dia satu-satunya soudaraku," pungkas Vero.     

"Apa, tadi dia tidak turut menonton saat kamu konser?" tanya Laras.     

"Entalah, aku tidak melihatnya, tapi aku memberikan 5 tiket gratis untuknya, aku berharap dia datang bersama dengan teman-temannya,"     

"Maaf, Kak Vero, kami tidak sengaja sudah mengungkit soal pribadi Kaka, kami memang benar-benar tidak tahu soal hubungan Kaka dan adik, Kak Vero itu kurang baik," ujar Laras.     

"Iya, tidak, tidak apa-apa kok," jawab Vero.     

"Vero, apa kamu mau menceritakan kelanjutan yang di restoran tadi?" tanya Alvin.     

      

      

      

To be continued     

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.