Bullying And Bloody Letters

Kecurigaan Alvin



Kecurigaan Alvin

0Dan di ke esokkan harinya, Masa Orientasi pun masih berlanjut.     
0

      

Dan Cinta harus kembali melewati hari beratnya, karna salah satu panitia MOS adalah Melisa.     

      

Melisa tentu saja tak mau tinggal diam, berbagai cara pun dia lakukan agar Cinta menderita dan bahkan berharap bisa celaka. Berbagai hukuman terus di berikan kepada Cinta meski sebenarnya Cinta tak bersalah.     

      

      

      

Para panitia MOS menyuruh para peserta kumpul di sebuah lapangan dan di beri tugas untuk memecahkan teka-teki dengan memberi sebuah petunjuk yang harus di cari oleh peserta dan petunjuk di taruh di tempat-tempat tersembunyi.     

      

 Kini mereka mulai berpencar dan mencari sebuah botol kaca yang di dalamnya terdapat sebuah kertas yang terdapat  petunjuk selanjutnya.     

Mereka di bagi menjadi beberapa tim, dan cinta satu tim dengan Fanya.     

Dan entah bagaimana ceritanya tim itu bisa berpencar, dan Cinta tiba-tiba saja menghilang.     

      

Tak ada yang tau di mana Cinta menghilang, Fanya dan teman-temannya berkata jika mereka semua berpencar dan terakhir mereka melihat Cinta masuk di dalam gudang tua sekolahan, dan selanjutnya Cinta tidak keluar lagi.     

Semua orang termasuk Vero memasuki gudang sekolah itu, tapi di dalam tidak ada siapa pun.     

Cinta menghilang bak di telan bumi, berbagai rumor yang tidak jelas pun mulai beredar.     

Mereka mengatakan bahwa Cinta sudah di culik oleh penghuni gudang tua itu.     

Memang terdengar sangat mustahil, tapi kebanyakan dari mereka percaya akan hal itu.     

Bahkan pihak sekolah, orang tua Cinta dan para aparat kepolisian pun sudah mencari-cari mereka tapi tidak membuahkan hasil.     

      

Cinta benar-benar sudah menghilang. Vero tampak begitu hancur, dia tak percaya ini semua terjadi kepada Cinta.     

Saking frustrasinya, Vero nyaris tak lulus ujian sekolah, karna dia tidak mau mengikuti berbagai pelajaran tambahan.     

Bahkan juga sering bolos sekolah, tapi meski begitu, akhirnya Vero masih bisa lulus ujian, tapi dengan nilai yang sangat rendah. Dia mendapat peringkat 25 dari 30 siswa di kelasnya.     

Padahal sebelumnya Vero adalah anak yang tergolong cerdas dan juga berprestasi.     

Dan setelah lulus SMA, dia pun memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah. Vero hanya menghabiskan waktunya untuk berdiam di rumah saja.     

Sampai pada akhirnya para teman satu band-nya mengajaknya kembali bangkit.     

Mereka mengikuti berbagai audisi, hingga akhirnya mereka bertemu dengan seorang produser.     

Dan band mereka pun di kontrak di sebuah label ternama.     

      

Dari situ lah  Vero kembali bangkit, dia kembali menemukan jati dirinya yaitu bermusik, sekang dia dan kawan-kawan sudah menjadi sukses dan terkenal, Vero pun juga sedikit-sedikit mampu melupakan Cinta, tapi tidak sepenuhnya.     

Tapi setidaknya dia sekarang sudah bisa tersenyum lebar, meski tanpa Cinta, dan mulai merelakan Cinta.     

Walaupun dalam hatinya yang terdalam, dia berharap Cinta akan kembali suatu saat nanti.     

Entah kapan itu, kalau pun Cinta kembali dengan seorang pria lain, Vero tidak peduli, yang terpenting baginya Cinta selalu bahagia. Karna selama ini Cinta sudah cukup menderita.     

      

Tapi sayangnya, harapan itu kembali pupus, saat mendengar bahwa Cinta sudah meninggal dari mulut Alvin.     

      

Sambil menunduk, perlahan-lahan air mata Vero mulai menetes.     

"Vero, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Alvin.     

"Iya ... aku tidak apa-apa," jawab Vero, tapi dengan wajah yang masih menunduk.     

Sementara Laras, dan Mentari pun juga turut menangis  karna mendengar kisah Cinta dulu.     

Mereka turut terlarut mendengar cerita dari Vero, mereka tak bisa membayangkan bila menjadi Cinta.     

Sudah memiliki kekurangan, di siksa oleh orang tuanya, dan di bully di sekolah. Satu-satunya orang yang selama ini menyayanginya dan selalu ada di untuknya hanya lah Vero. Tapi semua orang menentang hubungannya.     

"Mungkin kalau aku tahu, Cinta semenderita ini, mungkin aku akan ikut sekolah di Jakarta sejak dulu," ungkap Alvin.     

"Ini salah ku, Vin, harusnya aku lebih bisa menjaganya lagi, dan dia menghilang mungkin karna sudah berpacaran dengan ku, sehingga banyak orang memusuhinya, termasuk Melisa dan Fanya," ujar Vero.     

"Tunggu, Melisa dan Fanya?" tanya Alvin.     

"Iya, Melisa sangat membenci Cinta, karna tahu jika aku dan Cinta berpacaran,"     

"Lalu, kalau Fanya?" tanya Alvin lagi.     

"Fanya, adalah nama adikku, dan sekarang dia masih bersekolah di tempat kalian, dia satu angkatan dengan Cinta, dan kemungkinan kamu juga mengenalnya, Vin," tutur Vero.     

Seketika Alvin dan yang lainya pun langsung tercengang.     

Jadi mereka baru tahu jika, Fanya adalah adik kandung dari Vero.     

Laras pun langsung membuka media sosial Fanya dan menujukan foto Fanya kepada Vero untuk memastikan apa benar Fanya yang di maksud adalah Fanya yang selama ini menjadi musuh dari Laras dan Mentari.     

"Vero, apa Fanya yang ini yang kamu maksud?" tanya Laras.     

Vero mengangguk, "Iya benar dia adalah adikku,"     

"Apa?!" Laras kembali syok mendengarnya, "kamu beneran Kaka dari si Fanya yang jutek ini?!"     

"Hah?!" Vero melebarkan pupil matanya.     

Dan Mentari menyikut perut Laras.     

"Aw, sakit, Tari," keluh Laras.     

"Ssssst," Mentari memberi isyarat kepada Fanya.     

"Iya, tidak apa-apa kok, Mentari, Laras  adikku memang galak,  dan aju juga tahu bahwa sikapnya memang kurang baik kepada semua orang, bahkan kepada kakaknya sendiri, jadi wajar kalau kalian tidak menyukainya," tutur Vero.     

      

"Lalu apa kamu tahu keberadaan Melisa saat ini?" tanya Alvin.     

"Entalah, tapi terakhir ku dengar dia berada di luar negeri," jawab Vero.     

"Aku, curiga, menghilangnya Cinta, ada hubungannya dengan Melisa, atau mungkin bisa juga Fanya turut terlibat. Karna tadi kamu bilang, Fanya itu berteman dekat dengan Melisa. Bisa saja kan mereka bersekongkol," ujar Alvin mulai menerka-nerka.     

Vero pun terdiam sejenak mendengarkan ucapan Alvin barusan.     

Mungkin apa yang di katakan Alvin itu ada benarnya juga. Jika selama ini  Fanya ada hubungannya dengan menghilangnya Cinta.     

Dan seketika Vero pun langsung pergi meninggalkan mereka semua.     

"Loh, Vero! Kamu mau kemana?" tanya Alvin.     

"Aku harus pulang sekarang!" jawab Vero,     

"Loh, katanya mau menginap?!"     

"Maaf, lain kali saja, Vin. Aku harus pergi sekarang!"     

Vero pun langsung berjalan cepat dan segera masuk kedalam mobilnya lalu melaju dengan kencang.     

"Aku pikir, dia akan menghampiri Fanya," ujar Laras.     

"Aku pikir juga begitu," imbuh Alvin,     

      

      

Dan benar saja, Alvin pun pulang ke rumahnya,     

"Eh, Den Vero, tumben pulang ke rumah, biasanya di apartemen?" tanya seorang asisten rumah tangga di rumahnya.     

"Iya, Mbok, lagi ada urusan sedikit, apa Fanya ada?" tanya balik Vero.     

"Oh, Non Fanya, sedang ada di kamarnya, Den, baru saja pulang," jawab Art itu.     

      

Dan tanpa berpikir panjang Vero pun langsung naik ke tangga atas menuju kamar Fanya.     

      

Tok tok tok!     

Vero mengetuk kasar pintu kamar Fanya.     

"Iya, sebentar!" sahut Fanya.     

Ceklek!     

"Ada apa, Kak?" sapa Fanya.     

Dan Vero pun langsung masuk begitu saja ke kamar Fanya, lalu mengunci pintunya rapat-rapat.     

"Loh, ada apa ini?!" ujar Fanya.     

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.