Bullying And Bloody Letters

Gosip Tentang Sandra



Gosip Tentang Sandra

0"Huuuft, menyebalkan!"     
0

      

Sejujurnya Fanya juga tak ingin seperti ini, dia juga ingin berhubungan baik dengan sang kaka, layaknya orang lainnya yang berhubungan baik dengan saudaranya.     

      

Tapi semua tidak semudah itu, ada banyak sekali perbedaan dari mereka, sehingga tidak bisa menyatukan mereka sebagaimana mestinya.     

      

"Apa aku ikuti Alvin saja ya? Untuk bertanya ada hubungan apa dia dan kak Vero, dan sekalian menjadi alasan bagi ku untuk dekat dengannya." Tukas Fanya.     

"Ya, aku memang harus mengikutinya!"     

Fanya langsung bergegas mengikuti Alvin.     

Dia segera menghentikan seorang ojek online yang kebetulan sedang melintas.     

Motornya pun melaju mengikuti motor Alvin.     

"Terus ikuti motor yang di depan itu ya, Mas!" tukas Fanya.     

"Iya, Mbak!" jawab di tukang ojek.     

"Eh, kok Alvin, lewat jalan itu sih, ini kan bukan jalan ke rumahnya?" tukas Fanya.     

"Gimana, Mbak, mau di lanjutin ngejar enggak?" tanya si tukang ojek.     

"Lanjutin dong, Mas!"     

      

Dan tak lama Alvin pun berhenti tepat di rumah  Mentari.     

"Oh, jadi dia itu mau menghampiri si Dekil ya?" Seketika wajah Fanya yang bersemangat itu berubah menjadi murung.     

      

"Stop!" ujar Fanya, yang menyuruh si tukang ojek, untuk berhenti agak menjauh dari rumah Mentari.     

Dan selanjutnya Mentari pun langsung bersembunyi dari penglihatan Alvin.     

      

Dari kejauhan Alvin tampak sedang menekan tombol bel rumah Mentari.     

Dan tak lama Yuni membukakan pintunya.     

"Eh, Mas, Alvin, ayo masuk dulu, Mas."     

"Iya, Mbak Yuni, terima kasih," Alvin pun masuk ke dalam rumah Mentari bersama Yuni.     

Melihat hal itu Fanya semakin mendekat ke arah rumah Mentari, dia ingin mendengarkan pembicaraan mereka lebih dekat, dan melihat apa saja yang sedang di lakukan oleh Alvin dan Mentari.     

      

"Kenapa sih, Alvin bisa jatuh cinta dengan gadis itu? Jelas-jelas aku lebih cantik, sempurna, lalu apa yang membuatnya jatuh hati kepadanya?" Fanya menggelengkan kepalnya.     

"Dia punya apa?! Bahkan di rumah ini dia cuman pembantu!"     

Lalu Fanya tiba-tiba teringat sesuatu yang janggal.     

"Oh, iya, kenapa akhir-akhir ini aku tidak pernah melihat Sandra. Bahkan di sekolah dia juga tidak ada?"     

Fanya sedikit bingung akan hal itu, dia benar-benar tak tahu jika selama ini yang mempunyai rumah ini adalah Mentari, dan Sandra tidak punya apa-apa, selama ini dia hanya menumpang hidup mewah dengan Mentari, dan membiarkan Mentari hidup susah lalu menganggap seolah-oleh Mentari adalah pembantunya.     

"Sebenarnya, Sandra itu di mana sih?" Rasa penasaran Fanya kini beralih ke Sandra.     

Dia dan Sandra memang saling kenal, tapi mereka tidak terlalu akrab, karna Sandra dan Fanya berbeda kelas.     

"Aku bingung, sebenarnya yang memiliki rumah ini itu Sandara atau si Dekil sih?! Kenapa si Dekil sekarang berlaga seperti seorang ratu di sini, sedang kan Sandra malah tidak di ketahui keberadaannya."     

Fanya merasa bingung dengan situasi ini.     

Dan rasa penasaran tentang cerita yang sebenarnya pun semakin menggebu.     

      

Lalu tak lama Mentari dan Alvin pun keluar dari dalam rumahnya.     

Dengan segera Fanya bersembunyi dari mereka berdua.     

"Ah, sialan mereka keluar lagi," gumamnya.     

"Mereka mau kemana lagi, masa iya aku harus mengikutinya?" ujar Fanya.     

"Ah, enggak! Kali ingin lebih baik aku biarkan mereka bersenang-semang dulu. Dan aku mencari tahu tentang Sandra saja!"     

Fanya langsung masuk ke dalam gerbang rumah Mentari yang kebetulan sedang terbuka, lalu dia menekan tombol belnya.     

Setelah dua kali menekan tombol bel itu, lalu Yuni pun keluar menghampirinya.     

"Maaf, ada perlu apa ya?" tanya Yuni kepada Fanya.     

"Ehem, maaf, Mbak siapa ya?" tanya Fanya kepada Yuni.     

"Saya asisten rumah tangga di sini, ada yang bisa saya bantu?" tanya Yuni.     

"Oh, berarti, Mbaknya, Ibunya Mentari ya?"     

"Hah?!" Yuni tampak bingung.     

"Iya, Mbaknya Ibunya Mentari ya? Atau mungkin Kakanya Mentari?" tebak Fanya yang benar-benar sangat jauh.     

Dan hal itu membuat Yuni sedikit kesal.     

"Maaf, sebenarnya kedatangan, Embak kemari itu untuk apa? Dan kenapa bertanya-tanya tentang status saya dan Non Tari?" tukas Yuni dengan suara menahan kesal.     

"Apa? Tadi barusan Mbak memanggil Tari, dengan sebutan Non?" Fanya tampak keheranan     

"Iya, memangnya kenapa? Dia kan majikan saya, wajar dong kalau saya panggil dia Non!"     

"Ja-kadi, Mentari itu pemilik rumah ini?!" tanya Fanya yang memastikan kebenarannya.     

Dan Yuni pun mengangguk, "Iya, benar!" jawabnya dengan yakin.     

"Terus Sandra itu siapanya Mentari? Dan sekarang dia ada di mana?"     

"Non Sandra itu sepupunya Non Tari, dan sekarang dia sudah pindah dari rumah ini karna ikut dengan neneknya,"     

"Loh, kenapa pindah?! Dan kenapa dia juga tidak mengakui kalau Mentari itu adalah sepupunya?"     

"Yang saya tahu, Non Sandra sangat membenci Non Tari,"     

"Oh jadi ini alasan kenapa dia bilang kalau Tari itu adalah pembantunya?"     

"Hah? Non Sandra bilang begitu?"     

"Iya, kepada semua teman-temannya," jawab Fanya.     

Yuni hanya bisa menggelengkan kepalanya penuh heran, tak habis pikir dengan ulah Sandra yang mengatakan kepada teman-temannya jika Mentari adalah pembantunya, padahal selama ini dia sudah menumpang hidup enak di rumah Mentari.     

"Yasudah, terima kasih, Mbak, saya permisi dulu," ucap Fanya.     

Dan Yuni pun mengangguk. "Baik, Mbak," jawab Yuni.     

      

Lalu Fanya pun pergi meninggalkan rumah Mentari dengan sebuah informasi baru. Informasi yang benar-benar tidak bisa dia bayangkan selama ini.     

Karna dia pikir Mentari benar-benar pembantunya Sandra. Tapi ternyata selama ini Sandra lah yang sudah berbohong.     

"Dasar, pembohong, beraninya dia berbicara begitu denganku dan teman-teman yang lain. Huuft, mungkin kalau dia tidak ada hubungannya dengan Mentari, pasti malas sekali aku mengurusinya seperti ini,"     

Dan tak lama taksi pesanannya pun sampai.     

Sambil memasuki mobil taksi, Fanya masih terus mengoceh tentang Sandra dan Mentari.     

      

Sepulang dari rumah Mentari, Fanya pun mampir di rumah Keysia.     

Tentu saja untuk curhat tentang informasi yang baru saja ia dapatkan.     

"Tumben kamu jam segini sudah menghampiriku?" tanya Keysia.     

"Iya, aku sedang ada masalah dengan kakakku dan baru saja aku dari apartemennya," ujar Fanya.     

"Wah, maksudmu, Kak Vero?"     

"Iya lah siapa lagi?!"     

"Memangnya ada masalah apa kamu dengan kak Vero?"     

"Ini soal Cinta,"     

"Hah?! Cinta?"     

"Eh, sebaiknya jangan bahas itu dulu deh, soalnya aku ada berita yang lebih mengejutkan," ujar Fanya.     

"Oya, tentang apa?"     

"Kamu tau Sandra anak kelas 12 A, 'kan?"     

"Iya, ada apa dengannya?"     

"Dia itu pernah bilang kan kalau Mentari itu adalah pembantunya?"     

"Iya, benar!"     

"Jadi, ternyata si Mentari itu adalah sepupu Sandra, dan selama ini Sandra cuman numpang di rumah Mentari,"     

"Hah, apa?!"     

"Kamu kaget kan?"     

"Ya pastilah!"     

"Sama, awalnya aku juga kaget, tapi begitulah kenyataannya,"     

"Gila ya, si Sandra anak kelas sebelah yang sok kaya itu ternyata cuman kere!"     

"Ya, begitu lah!"     

      

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.