Bullying And Bloody Letters

Ane Yang Kerasukan



Ane Yang Kerasukan

0"Jadi, ternyata si Mentari itu adalah sepupu Sandra, dan selama ini Sandra cuman numpang di rumah Mentari,"     
0

      

"Hah, apa?!"     

      

"Kamu kaget kan?"     

      

"Ya pastilah!"     

      

"Sama, awalnya aku juga kaget, tapi begitulah kenyataannya,"     

      

"Gila ya, si Sandra anak kelas sebelah yang sok kaya itu ternyata cuman kere!"     

      

"Ya, begitu lah!"     

"Aku jadi penasaran dengan keberadaannya saat ini, kira-kira dia kemana ya?"     

"Dia, tinggal bersama neneknya,"     

"Wah, di mana itu?"     

"Entalah, aku lupa meminta alamat kepada pembantu itu!"     

"Huh, sayang sekali, paling tidak kalau kita tahu kita kan bisa menghampirinya, dan mempermalukan dia,"     

"Tapi, aku rasa itu hanya buang-buang waktu saja, tidak ada untungnya bagi kita" ujar Fanya.     

"Tidak, apa-apa, tapi kita puas, lagi pula itu memang pekerjaan kita, 'kan?" sahut Keysia. "Dia pantas mendapatkannya, karna sudah berani berbohong kepada kita," ujar Keysia lagi.     

"Sudah percuma, Key, sekarang dia sudah pindah sekolah dan tinggal bersama neneknya,"     

"Apa?! Jadi dia sudah pindah sekolah? Pantas saja aku sudah lama tak pernah melihatnya.     

"Ya, begitulah,"     

"Lalu, bagaimana dengan Kakakmu? Ada masalah apa kamu dengannya?"     

Dan sejenak Fanya terdiam saat Keysia bertanya soal itu. Karna ini menyangkut  rahasianya selama ini.     

Jadi dulu, Fanya belum terlalu akrab dengan Keysia dan Ane. Dia masih sering sendirian, dan kalau pun menghabiskan waktu, dia sering dengan Kaka kelasnya yaitu Melisa dan teman-teman Melisa.     

Intinya Fanya lebih sering menghabiskan waktu dengan Kaka kelas di bandingkan dengan teman sekelasnya.     

Jadi saat menghilangnya Cinta, kedua temannya yaitu, Ane dan juga Keysia tidak tahu jika dia turut terlibat.     

      

"Ah, biasalah hanya masalah antara kaka dan adik, tau lah kamu mungkin juga pernah mengalaminya," tutur Fanya.     

"Ah iya sih, tapi aku tidak sesering dirimu, Fanya!"     

"Ah, soal itu, aku juga ... tidak tahu kenapa aku bisa begitu, sejujurnya aku juga tidak mau begini, dan ...."     

"Iya,"  Keysia tampak menunggu kelanjutan dari ucapan Fanya.     

"Dan aku iri ketika melihat hubungan mu dengan kakakmu sangat akur dan akrab,"     

"Oh my God, ku pikir, kalian tidak separah itu. Kalau kamu sampai bilang iri kepadaku, itu artinya hubungan mu dan kakakmu sangat parah di banding dugaan ya?"     

"Hufft, begitu lah, kami tidak pernah akur,"     

"Tapi, kemarin bukannya dia memberi kita tiket konsernya, bukankah itu artinya kalian sudah baik-baik saja?"     

"Dia memberiku tiket karna terpaksa, dia ingin kami terlihat akur di depan Papa dan Mama,"     

"Huh, aku turut prihatin dengan mu, Fanya, harusnya kalian itu saling kompak,"     

"Aku tahu, dan aku pun menginginkan hal  seperti itu."     

"Baiklah, kita bahas cerita yang lainnya ya?"     

"Baiklah!"     

      

Dan tak lama Ane pun datang menghampiri mereka.     

"Hah, rupanya kamu di sini ya, aku baru saja menghampiri di rumahmu," ujar Ane.     

"Iya, aku baru saja sampai di rumah Keysia."  Jawab Fanya.     

      

Sambil duduk dan menyeruput minuman jus milik Fanya, Ane pun tampak mengibaskan-mengibaskan tangannya mencari angin.     

"Gila panas banget, AC-nya mati ya?" tanya Ane.     

"Ah tidak tuh, hanya aku kecilkan saja, sejak tadi kami tidak merasa kepanasan. Tapi anehnya kamu tiba-tiba merasa kepanasan begini?" ujar Keysia.     

 "Entalah, aku juga merasa tubuhku kurang enak sejak pagi, tubuhku terasa panas dan berat sekali," pungkas Ane.     

"Mungkin kamu kecapean, coba istirahat saja, Ne," ujar Keysia yang menasehati.     

      

"Oh, oya, mumpung kita lagi kumpul sekarang, gimana kalau kita bahas tentang Mentari, apa kalian ada ide untuk memberi pelajaran kepadanya?" tanya Fanya.     

"Entalah, kalau sekarang aku sedang pusing, mungkin Keysia bisa bantu kamu, " ucap Ane.     

"Aku, juga sedang memikirkannya," sambung Keysia.     

"Bagaimana kalau kita kurung di gudang saja, apa lagi gudang belakang sekolah itu kan cukup angker, pasti dia bakal ketakutan banget kan?" kata Fanya.     

"Wah, ide bagus itu," ucap Keysia.     

"Setelah itu kita biarkan saja dia sampai membusuk di dalam gudang itu seperti Cinta," ujar Fanya.     

"Hah?! Maksudnya?!" Keysia tampak sangat kaget.     

"Cinta? Maksudmu Cinta yang dulu hilang di gudang itu?"     

"Ah, em ... iya," Fanya pun tampak gelagapan saat mendengar pertanyaan Keysia, dia sudah keceplosan.     

"Kenapa kok kamu bisa bilang begitu? Kamu gak terlebat, 'kan dengan menghilangnya Cinta?" cecar Keysia.     

"Ah, eng-gak kok!" jawab Fanya dengan terbata-bata."     

"Tapi kenapa kamu kelihatan gugub begitu?"     

"Gu-gup?! Eng-gak tuh!" Fanya terus berusaha menutupi kepanikannya itu     

      

Keysia tampak mau curiga, apalagi tingkah Fanya terlihat aneh di mata Keysia, tentu saja Keysia semakin penasaran. Karna Keysia adalah orang yang sangat teliti.     

"Ayo, katakan apa yang kamu ketahui tentang menghilangnya Cinta, dan ada hubungan apa kamu dengannya?"     

"Aku tidak tahu, Key!" sangkal Fanya.     

"Ayo, katakan saja  Fanya! Kamu tahu kan kalau aku ini orang yang paling tidak bisa di bohongi?"     

"Tapi aku tidak—"     

Saat mereka tengah asyik mengobrol tiba-tiba terdengar suara yang mengagetkan.     

      

"AKH! AHHHH!"     

Teriak Ane yang secara tiba-tiba.     

"Ane, kamu kenapa?!" tukas Keysia yang langsung menghampiri sahabatnya itu.     

"Ih, dia kenapa sih?!" ujar Fanya yang juga mulai panik.     

Tapi dengan kejadian aneh yang menimpa Ane ini, membuat Fanya sedikit tenang karna dia dapat terbebas dari pertanyaan Fanya yang sangat mengganggu banginya itu.     

      

"Ane, sadar, Ne! Sadar dong!" ujar Keysia yang mencoba menyadarkan Ane.     

Tapi Ane masih bertingkah aneh, dia memelotot dan terus meracau dengan bahasa yang tidak di ketahui oleh Fanya dan Keysia.     

"Cepat, cari bantuan, Key!" pinta Fanya.     

"Yasudah kami tunggu di sini ya!"     

Tapi saat Keysia hendak pergi, Ane meraih tangan Keysia dan seolah memberitahunya tentang sesuatu. Ane menunjuk-nunjuk Fanya. Dan tatapan Ane sangat menyeramkan, sangat terlihat dia sangat membenci Fanya.     

"Ada apa, Ane?" Lalu tangan Ane menggenggam tangan Keysia. "Aduh bagaimana ini tanganku di genggam Ane!" teriak Keysia yang mulai panik.     

"Yasudah aku panggil security di depan dulu ya!" ujar Fanya  lalu dia segera berlari dan menghampiri security itu, dan meninggalkan Keysia dan Ane.     

"Cepetan, Fanya! Aku takut Ane mengamuk kepadaku!" teriak Keysia.     

      

Dan setelah beberapa saat Fanya berlari ke depan rumah Keysia, dia pun kembali dengan membawa seorang security dan beberapa orang tetangga rumah Keysia.     

"Tolong, Pak! Teman saya kerasukan!" ujar Fanya.     

Lalu orang-orang itu pun langsung menghampiri Ane dan mencoba menyadarkan Ane.     

      

Ada salah satu dari tetangga Keysia adalah seorang tokoh agama, lalu dia mencoba membacakan doa-doa untuk Ane, agar Ane segera sadar.     

Dan benar saja, setelah beberapa saat  di bacakan doa oleh orang itu, akhirnya Ane pun sadar kembali.     

      

Dan setelah Ane sadar, orang-orang itu mulai pergi satu-persatu.     

Dan tinggallah Ane, Keysia dan Fanya.     

"Ini ada apa sih?" tanya Ane yang sedikit bingung.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.