Bullying And Bloody Letters

Seorang Pengecut



Seorang Pengecut

0"Fanya!" teriak Keysia.     
0

      

Lalu Fanya menghentikan  langkahnya, dan menoleh kearah Keysia.     

      

"Kenapa?" tanya Fanya penuh bangga, karna dia pikir Keysia akan menyuruhnya kembali. Tapi ternyata tidak.     

      

"Ingat, jangan pernah kembali lagi kepada kami ya!" tukas Keysia sambil memicingkan pandangannya dengan sinis.     

      

Huuuft ...!     

Fanya tampak mendengus kesal mendengar ucapan Keysia. Ternyata Keysia benar-benar membiarkan dia pergi.     

Segera dia membuang muka dan mempercepat langkahnya.     

Sementara Keysia dan Ane tampak menertawakan ekspresi Fanya barusan.     

Diantara Keysia dan Ane yang sedang menatap kepergian Fanya, tampak di belakang mereka ada Cinta yang sedang tersenyum bahagia.     

Cinta sangat puas melihat Fanya dan teman-temannya yang sedang bertengkar.     

Bahkan mereka memutuskan untuk tidak lagi berteman dengan Fanya, Cinta ingin sekali melihat Fanya menderita tanpa teman sama sekali agar tidak ada lagi yang mendukungnya untuk mencelakai Mentari.     

Cinta sengaja melakukan hal ini,  dia terus mengganggu Ane dan merasukinya agar Keysia dan Ane bisa sadar bahwa Fanya bukanlah orang yang baik untuk di jadikan seorang teman.     

Dan sekarang nampaknya mereka berdua sudah mulai menyadarinya dan sudah saatnya untuk meninggalkan Fanya.     

***     

      

Sementara itu, tampak Mentari dan juga Alvin baru saja sampai di depan rumah Laras.     

Ceklek!     

Laras langsung membukakan pintu untuk mereka.     

"Eh, akhirnya sampai juga di sini kalian!" ujar Laras menyapa para teman-temannya itu.     

"Ayo masuk," Laras mengajak mereka masuk ke rumahnya.     

Dan di dalam sudah ada seorang wanita paruh baya yang sedang duduk dan sepertinya sudah menunggu sejak tadi.     

      

Dan seketika Alvin pun menjadi kaget saat melihat wanita itu adalah ibu dari Cinta.     

"Tante Rossa?" sapa Alvin.     

"Iya, Alvin," sahut ibunya Cinta sambil tersenyum.     

Dan wajah wanita itu tampak sedikit murung, dan terlihat jika baru saja dia habis menangis.     

"Tante, kemari habis menemui mamanya Laras, dan tidak sengaja, bertemu dengan Laras, lalu kami saling mengobrol dan ternyata dia satu sekolah dengan Cinta," tutur Rossa ibunda dari Cinta.     

      

Alvin pun terdiam sesaat dan duduk di atas sofa yang letaknya tepat di hadapan Rossi.     

Alvin menatap wajah Tantenya itu dengan wajah yang kesal.     

Dia tampak sangat kecewa kepada wanita itu, karna dia sudah seolah-olah bertingkah baik di depannya, padahal di belakang dia dan suaminya sering menyiksa Cinta.     

Sungguh sangat menyesal Alvin jika mengingat kejadian itu, harusnya dia lebih peka lagi kepada Cinta, jadi setidaknya Cinta tidak akan terlalu semenderita itu.     

      

"Alvin, gimana kabar orang tuamu?" tanya Rossa kepada Alvin     

"Baik!" jawab Alvin ketus.     

Sikap Alvin yang terlihat ketus itu membuat Rossa merasa heran.     

"Oiya, maaf ya, Om dan Tante belum sempat berkunjung ke rumah mu,"     

"Iya, tidak masalah kok Tante," jawab Alvin dan nada bicaranya juga masih terlihat ketus.     

"Alvin, kok kamu kelihatan gak seneng gitu ketemu Tante?" tanya Rossa.     

Lalu Rossa mendekat menghampiri Alvin.     

"Tante kenapa menangis? Habis jual cerita anak Tante ke Laras ya?" ketus Alvin yang sangat menohok di hati Rossa.     

"Apa maksudnya?" tanya Rossa.     

"Enggak, Alvin cuman asal tebak aja, dan sepertinya Tante Rossa, lebih baik pulang saja karna tidak cocok orang tua mengobrol dengan anak muda seperti kami," cantas Alvin lagi.     

Tentu saja hal itu membuat Rossa semakin bingung, dia tidak tahu apa salahnya kepada Alvin, sehingga membuat Alvin membencinya seperti ini.     

"Alvin, kenapa sikap kamu bisa berubah begini kepada Tante?" Rossa memegang pundak Alvin, "apa Tante ada salah?" tanya Rossa.     

Dan perlahan Alvin pun menyingkirkan tangan Rossa dari pundaknya.     

"Alvin benci sama, Tante Rossa!" pekik Alvin.     

Rossa pun seketika kaget mendengar ucapan Alvin itu, dia benar-benar tak mengerti.     

Dan di samping Alvin tampak Mentari sedang mengelus-ngelus pundak Alvin, untuk menenangkan Alvin yang terlihat mulai tersulut emosi.     

"Alvin, kenapa kamu bilang seperti itu?! Salah Tante Rossa apa?!"     

"Salah Tante, sudah berlagak sok baik tapi ternyata di dalam hati Tante itu busuk!" cerca Alvin.     

Dan seketika Rossa pun langsung melotot tajam melihat Alvin.     

Dia benar-benar tak habis pikir Alvin bisa berlaku seperti ini kepadanya.     

Padahal Alvin yang dia kenal, bukanlah anak yang seperti ini.     

Dia selalu berlaku baik dan sopan kepadanya.     

Dan entah bagaimana ceritanya dia bisa menjadi seperti ini.     

"Alvin, kamu bisa tidak jelaskan dahulu kepada Tante apa yang membuatmu berlaku seperti ini kepada Tante?"     

"Baik, Alvin akan bilang kepada Tante, apa yang sudah membuat Alvin menjadi seperti ini."     

"Iya, silakan biar Tante tahu, dan bisa memahaminya,"     

Dan tanpa berpikir panjang, Alvin pun langsung mengarahkan pertanyaan menohok kepada Rossa.     

"Tante Rossa dan Om Jhon sebenarnya tidak sayang dengan Cinta, 'kan?"     

Seketika Rossa terdiam.     

"Tante, selama ini berpura-pura menayangi Cinta, tapi sebenarnya kalian sangat membenci Cinta, dan bahkan saking bencinya kalian sampai tega menyiksanya!"     

Mata Rosa yang sedang kaget pun seketika melebar dengan mulut setengah terbuka.     

Dia tak menyangka Alvin bisa bicara begitu dari mana Alvin bisa tahu.     

"Ka-kamu ngomong apa sih, Vin?"     

"Tante Rosa tinggal jawab saja, iya atau tidak, tidak perlu bertanya balik kepada Alvin!"     

Rossa pun langsung bangun dari tempat duduknya lalu dia meraih tasnya.     

Dia mulai melangkahkan kalinya dan beranjak pergi.     

"Tante, mau kemana?!" tanya Alvin.     

Rossa tak menjawabnya, dan dia pun segera meninggalkan rumah Laras.     

"Laras, salam untuk Mama kamu ya, Tante mau pulang dulu," tukas Rossa.     

"I-iya, Tante,"     

      

Rossa sudah berjalan keluar dari dalam rumah, lalu Alvin pun  mengejarnya.     

"Tunggu, Tante!" teriak Alvin.     

Rossa mendengarnya tapi dia tak menghiraukannya.     

"Tante Rossa!" Alvin mengejarnya lalu dia menarik tangan Rossa.     

"Tante! Jangan pergi!" ujar Alvin.     

Rossa masih tak mau bicara, dia menepis kasar tangan Alvin.     

"Tante! Jangan diam! Ayo jawab pertanyaan Alvin, apa itu semua benar!?"     

Rossa membuka pintu mobilnya lalu segera meninggalkan halaman rumah Laras.     

Tampak Alvin menggedor-gedor pintu mobilnya.     

Namun Rossa tak menghiraukan dan menambah kecepatan laju mobilnya.     

      

"Tante! Tante! Dasar pengecut!" Umpat Alvin.     

"Alvin, sudah Jangan berteriak-teriak," ucap Mentari yang mencoba menenangkannya.     

"Tapi, dia itu menyebalkan, Tari!"     

"Sudah biarkan saja, lain kali kita bertanya baik-baik ya,"     

"Enggak aku harus menyusulnya!" ujar Alvin.     

Dan Alvin pun segera melepaskan tangan Mentari dengan kasar.     

"Maaf, Tari!" tukasnya sambil berlari menaiki motornya.     

"Vin!"     

"Nanti aku jemput kamu!"     

"Tapi, Vin!"     

"Aku titip ponselku ada di situ!"     

      

Reeeng...!     

Motor Alvin pun mulai melaju kencang dan meninggalkan halaman rumah Laras.     

"Alvin!     

"Al...vin ...."     

"Sudahlah, biarkan saja, biarkan dia menyelesaikan masalahnya dengan Tante Rossa," ujar Laras.     

"Tapi, Ras!"     

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.