Bullying And Bloody Letters

Pertengkaran



Pertengkaran

0Dan setelah Ane sadar, orang-orang itu mulai pergi satu-persatu.     
0

      

Dan tinggallah Ane, Keysia dan Fanya.     

      

"Ini ada apa sih?" tanya Ane yang sedikit bingung.     

      

"Ane, kamu tadi kesurupan lagi," ujara Keysia.     

"Hah?! Kesurupan?!" Ane pun langsung kaget.     

"Kamu beneran gak inget sama selali ya?" tanya Fanya, dan wajahnya terlihat sangat kesal.     

"Aku, tidak ingat apa pun, Fanya,"     

"Huh, kamu itu bagaimana bisa kesurupan terus sih, Ane? Memangnya kamu tidak bisa mengontrol agar kamu tidak kesurupan begitu?!"     

"Tentu saja tidak, Fanya! Ini di luar kendaliku, aku kesurupan secara tiba-tiba, dan aku tidak menyadarinya."     

"Iya, terus bagaimana dengan teman-temanmu, kamu pikir dengan dirimu yang sering kesurupan itu tidak menyusahkan kami?!"     

Fanya menatap lekat wajah Ane. "Kalau kamu terus begini kamu tidak hanya menyusahkan kami, tapi kamu juga membahayakan aku dan Keysia!" tegas Fanya.     

"Tapi, aku benar-benar tidak sengaja, Fanya! Ini bukan salahku!" tukas Ane yang membela dirinya.     

"Terus salah siapa?! Setan yang sudah merasuki tubuhmu itu ya?!" sindir Fanya.     

"Stop!" bentak Keysia yang menghentikan kedua temannya itu.     

"Fanya! Berapa kali akun tegaskan kepada mu! Bahwa ini bukan salah Ane! Jadi stop menyalahkan Ane!" pungkas Keysia,     

"Tapi, Key! Kamu lihat, 'kan betapa berbahayanya tadi! Kamu hampir celaka gara-gara dia! Ini yang kamu bela?!"     

"Tentu saja aku akan membela Ane, karna Ane temanku dan yang tadi itu bukan salah Ane!"     

"Sudahlah, Key! Kita tinggalkan saja dia! Kita jangan  berteman lagi, dengan gadis menyeramkan sepertinya!"     

"Apa maksud kamu itu?! Kenapa kamu setega ini kepada Ane!?"     

"Aku tidak tega! Tapi aku hanya berkata yang seharusnya! Dan seharusnya kita berhenti berteman dengan dia!" Fanya menunjuk ke arah Ane, dan Ane pun hanya terdiam menunduk sambil menangis. Dia tidak tahu sebenarnya apa yang sudah terjadi kepadanya tadi, sehingga membuat Fanya semarah ini.     

Ini terlalu kejam bagi Ane, dia merasa tidak bersalah tapi Fanya menyalahkannya, dan rasanya dia ingin marah tapi juga tidak bisa, karna dia juga merasa bersalah karna sudah membahayakan kedua temanya.     

Sejujurnya dalam hati Ane memang sangatlah kesal.     

Bahkan dia benar-benar ingin menampar Fanya saat ini juga. Mengingat dia yang terus di salahkan seperti ini  padahal selama ini dia selalu di pihak Fanya, dan selalu membantunya, walaupun tahu jika perbuatan Fanya itu salah.     

Tapi apa balasan Fanya saat ini, Fanya malah menghina dirinya sejadi-jadinya dan hendak meninggalkannya di saat dia sedang merasa terpuruk dengan kejadian yang tidak sengaja ia alami.     

      

"Stop! Fanya!" teriak Ane.     

"Kamu itu benar-benar kejam ya, Fanya! Aku ini temanmu! Yang selalu ada untukmu! Dan kamu salalu mengungkit kejadian yang selama ini aku alami dan tidak pernah aku sadari! Kamu sadar enggak dengan kamu ingin membuang dan meninggalkan ku itu, membuatku merasa sakit hati?!" ujar Ane,     

Fanya malah tersenyum sinis sambil melipat kedua tangannya.     

"Kamu sadar enggak, kalau keberadaan kamu itu bukanya membantu tapi malah menyusahkan kami!" pekik Fanya.     

"Tunggu!" Teriak Keysia.     

"Apa maksudmu menyusahkan kami?!" Keysia melangkah mendekati Fanya. "Maksudmu dirimu, bukan kami! Karna aku sama sekali tidak merasa terbebani oleh Ane tuh!" ujar Keysia lagi.     

"Keysia! Kamu itu kenapa sih malah membela Ane! Kamu lupa ya kalau tadi Ane hampir melukai kamu?!"     

"Aku tidak lupa! Dan aku sudah tegaskan jika itu bukan salah Ane!"     

"Tapi tetap saja Ane itu berbahaya untuk kita! Jadi lebih baik tinggalkan dia!"     

"Diam kamu, Fanya! Dari pada aku meninggalkan teman yang punya hati setulus Ane, lebih baik aku meninggalkan teman yang jahat seperti dirimu!" pungkas Keysia.     

Dan seketika Fanya pun langsung terdiam.     

"Apa?! Kenapa kamu diam?!" tanya Keysia kepada Fanya.     

"Jadi sampai sini permintaan maaf mu yang kemarin hah?!" cantas Keysia.     

"Aku tahu kamu meminta maaf, kepada kami itu tidak tulus, 'kan? Kamu hanya bingung karna tidak ada teman lain lagi?!"     

Fanya pun terdiam tak bergeming, apa yang di ucapkan oleh Keysia  memang benar. Kemarin dia meminta maaf kepada Keysia dan Ane itu tidak tulus. Tapi karna terpaksa, dia tak nyaman terus sendirian, atau memilih teman lain selain mereka. Tapi di sisi lain dia juga merasa keberatan jika melihat Ane yang terus kerasukan begini, sangat mengganggu dan menakutkan.     

Apa lagi Ane selalu kerasukan disaat-saat yang tidak tepat. Selalu saja di saat mereka hendak merencanakan hal buruk kepada Mentari.     

Fanya masih merasa dilema, dia akan meninggalkan teman-temanya demi gengsi atau memilih membuang gengsi dan meminta maaf lagi kepada Ane dan Keysia.     

"Kenapa kamu diam lagi?! Pasti kamu berpikir akan meminta maaf kepada kami atau tidak, 'kan?!" cantas Keysia.     

Keysia memang selalu blak-blakan dan paling berani.     

"Kamu tidak perlu berpikir lagi! Cukup tinggalkan kami saja! Karna kami tidak akan mau lagi menjadi kawanmu!" tegas Keysia.     

"Tapi, Key!"     

"Kenapa?!"     

"Kamu masih ragu ya jika harus berpisah dengan kami?!"     

Huffft!  Fanya mendengus berat karna kesal. Sementara Ane dari tadi hanya diam menyaksikan dua temannya yang tengah bersitegang karna dirinya.     

Dan hal itu tentu saja membuatnya merasa bersalah, tapi di sisi lain dia juga sangat membenci Fanya.     

Tapi lagi-lagi saat dia ingin marah kepada Fanya dia tidak kuasa. Karna apa yang di ucapkan Fanya ada benarnya juga.     

"Ok, baik kalau kalian tidak mau berteman denganku! Aku gak masalah tuh! Dan aku buktikan bahwa aku akan baik-baik saja tanpa kalian!" ujar Fanya dengan penuh percaya diri.     

"Baik, kalau begitu silakan pergi sekarang juga!"     

"Tentu saja!" Fanya langsung memalingkan wajahnya dan melangkah untuk segera meninggalkan teman-temanya.     

      

Keysia bergidik heran melihat kelakuan temannya yang satu ini.     

Nyatanya Fanya benar-benar sangat mementingkan gengsinya dari pada teman-temanya.     

Sikap egois Fanya memang tak pernah berubah. Mungkin sudah saatnya bagi Keysia dan Ane untuk benar-benar meninggalkan Fanya, dan hidup lebih bain lagi.     

Keysia sadar betul jika Fanya yang selama ini mendorong mereka untuk berbuat jahat kepada orang lain.     

Padahal mereka berdua sadar jika perbuatannya itu salah, tapi mereka tetap menerjangnya, hanya demi terlihat keren, menjadi teman Fanya yang seorang anak popular dan seorang ketua OSIS.     

Yah, Fanya memang seorang ketua OSIS, meski begitu tidak ada sifat teladan dari dirinya.     

Dia memang terlihat sangat baik, tapi di balik sikap baiknya itu dia adalah orang yang sangat jahat.     

Dia bisa menutup segala kejahatannya karna kekayaan dia miliki selama ini.     

      

"Fanya!" teriak Keysia.     

Lalu Fanya menghentikan  langkahnya, dan menoleh kearah Keysia.     

"Kenapa?" tanya Fanya penuh bangga, karna dia pikir Keysia akan menyuruhnya kembali. Tapi ternyata tidak.     

"Ingat, jangan pernah kembali lagi kepada kami ya!" tukas Keysia sambil memicingkan pandangannya dengan sinis.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.