Bullying And Bloody Letters

Menyelamatkan Rossa



Menyelamatkan Rossa

0Dan dengan segera Alvin bangkit untuk menolong Rossa.     
0

      

"Tante! Ayo turun! Jangan gila Tante!" Alvin pun kembali memeluk Rosa.     

      

Sedang Rossa terus meronta mencoba melepaskan talinya.     

      

Tapi Alvin tak tinggal diam dia terus menahan kaki Rossa hingga Rossa tidak mampu bergerak lagi, karna tenaganya sudah pasti jauh lebih kuat dari pada Rossa.     

      

Rossa terus mencoba meronta, meski terlihat sangat kesulitan dan Alvin terus mencoba menahannya.     

      

Semakin lama tenaga Rossa pun mulai habis dan dia pun setengah tertidur, karna efek dari minuman keras.     

      

Perlahan Alvin melepaskan tali dari leher Rossa.     

      

"Alvin ... hehe, harusnya kamu biarkan akun mati saja,"     

      

"Tante bau alkohol, Tante mabuk ya?" tanya Alvin.     

      

"Huek, enggak kok, hek...."     

      

 Lalu Alvin melihat ruangan kamar itu dan terlihat sekali ruangan kamar itu sangat berantakan dan banyak bekas botol-botol minuman keras.     

Dari situ Alvin benar-benar yakin jika saat ini Tantenya itu sedang mabuk berat.     

Percuma dia bertanya banyak kepada Rossa, toh Rossa sedang tidak sadar begini.     

      

Alvin pun memindahkan Rossa di atas kamarnya, lalu segera menelpon Mentari dan juga Laras untuk membantunya mengurus Tantenya.     

Dan hal ini tentu saja membuat Alvin menjadi bingung, apa lagi sejak tadi dia tak melihat suami dari Rossa pulang.     

Bahkan saat dia menghubunginya, nomornya tidak aktif.     

      

"Kenapa sih, dengan om Jhon? Kenapa nomornya tidak aktif?"     

Sejak tadi Alvin mengotak-atik ponselnya menelpon dan terus mengirim chat berkali-kali, meski dia tahu nomor telepon omnya sedang tidak aktif.     

      

Dan tak lama Mentari dan Laras pun datang.     

"Vin! Gimana keadaan Tante Rossa?!" tanya Mentari.     

"Astaga, apa yang terjadi!" ujar Laras, sambil melihat keadaan kamar yang terlihat sangat berantakan     

"Entalah, tadi ketika aku sampai ke mari, Tante Rossa sedang mencoba gantung diri," jelas Alvin.     

"Apa?! Tante Rossa hendak bunuh diri?!" Mentari pun tampak sangat syok, begitu pula dengan Laras.     

"Kenapa bisa begini? Apa karna kejadian tadi saat di rumahku?" ujar Laras.     

"Maksudnya, Ras?" tanya Mentari.     

"Mungkin, Tante Rossa merasa stres karna pertanyaan Alvin yang tiba-tiba menyudutkannya tadi!" ujar Laras.     

Alvin pun terdiam sesaat dan Mentari menyikut tangan Laras.     

Dia memberi isyarat, bahwa dia merasa tidak enak karna Alvin menjadi tersinggung.     

"Tidak apa-apa Tari aju bicara apa adanya, dan lagi pula sebelum itu sepertinya Tante Rossa sudah mengalami stres berat, lihat saja di kamarnya banyak sekali botol bekas alkohol," pungkas Laras.     

"Iya, aku rasa begitu, soalnya Tante Rossa yang ku kenal bukanlah seorang pecandu alkohol seperti ini," ujar Alvin.     

"Tu kan benar," sahut Laras antusias.     

      

Dan hari itu pun Mentari, Alvin dan Laras pun memutuskan untuk  menginap di rumah Rossa.     

Mereka menunggu sampai Rossa tersadar. Selain itu mereka juga tidak tega melihat Rossa sendirian karna nampaknya keadaan mental Rossa benar-benar sudah terganggu.     

Sambil menunggu Rossa terbangun Mentari dan Laras mulai merapikan rumah Rossa yang terlihat sangat berantakan itu.     

Satu-persatu barang-barang pun mereka rapikan dan bersihkan dari debu-debu.     

Serta mereka juga menyingkirkan botol-botol minuman itu.     

Saat membersihkan barang-barang Mentari pun menemukan foto Cinta yang di pegang oleh Rossa.     

"Ini foto Cinta, pasti foto ini habis di pegang oleh Tante Rossa," ujar Mentari.     

"Iya, apa itu artinya dia—"     

"Tentu saja Laras, dia pasti rindu sama Cinta, bagaimana pun Cinta itu anak kandungnya,"     

"Ya, aku baru saja mau bilang begitu,"     

      

Setelah keadaan rumah sudah mulai rapi, mereka mulai mengabari orang tua masing-masing bahwa mereka terpaksa menginap di rumah Tantenya Alvin.     

Sementara orang tua Alvin sendiri yaitu sang ayah yang sebagai kakak kandung dari Rossa tidak bisa datang, karna kedua orang tua Alvin sedang berada di luar kota. Akhirnya mereka bertiga terpaksa yang harus menginap untuk menjaga Rossa. Dan sepanjang malam mereka menunggu Rossa yang masih tertidur, Rossa terus mengigau dan menyebut-nyebut nama Cinta. Terlihat jelas jika dia sangat kehilangan Cinta.     

Alvin pun juga baru menyadari jika selama ini Rossa sangat menyesal dengan perbuatannya terhadap putrinya.     

      

      

Dan di pertengahan malam itu saat semua terlelap, Cinta pun datang menghampiri ibunya.     

Cinta mengelus dan mengecup kening sang ibu, dan hal itu di saksikan oleh Mentari yang kebetulan dia sedang terbangun dari tidur.     

"Cinta," panggil Mentari dengan pelan, agar tak mengganggu tidur yang lainnya.     

Cinta pun menoleh kearah Mentari, wajah Cinta tampak sangat murung, tak seperti biasanya yang terlihat kaku, kini terlihat bersedih, di kedua sudut matanya tampak baru saja mengeluarkan air mata.     

"Cinta," Kembali Mentari memanggilnya, dan berjalan mendekatinya.     

"Aku tahu, kamu pasti rindu dengan ibumu ya?"     

Dan Cinta mengangguk.     

"Sabar ya, Cinta, aku tahu perasaanmu, dan aku pun juga merasa begitu. Aku sama sepertimu, aku juga rindu kedua orang tuaku," ujar Mentari.     

Cinta mendekat kearah Mentari, dia memeluk Mentari dengan hangat, tapi setelah itu dia lenyap entah kemana.     

Kemudian Laras pun terbangun.     

"Ada apa, Tari?" tanya Laras.     

"Ah, gak ada apa-apa kok," jawab Mentari mempersingkat waktu, karna dia tidak mau Laras menjadi ketakutan, dia tau Laras paling takut kalau tahu Cinta sedang mendatangi Mentari.     

"Serius gak ada apa-apa?"     

"Iya, Laras,"     

"Uh, pasti Cinta datang ya?"     

"Enggak, Laras, udah ayo tidur,"     

"Ih, takut,"     

"Udah aku temani kok,"     

"Hi kelonin,"     

"Ih, manja,"     

"Takut, Tari,"     

"Tenang aja, gak ada apa-apa kok,"     

"Kamu bohong ah, pasti Cinta datang ya?"     

"Enggak, Laras, "     

"Ayo, jujur,"     

"Huuuf, iya, deh tadi Cinta datang,"     

"AKH TAKUT!" teriak Laras.     

"Sssst, berisik, Laras!"     

Dan akhirnya Laras pun tidur dengan berpelukan bersama Mentari, dan mereka tidur di lantai hanya beralaskan badcover saja, karna tidak ada tempat lain, dan kalau pun ada mereka tidak mau tidur menjauh dari Rossa, mereka takut Rosa bangun sewaktu-wajtu dan melakukan hal yang tidak-tidak.     

      

      

***     

      

Ke esokkan harinya, mereka pun mulai terbangun, dan Rossa juga sudah mulai terbangun.     

"Loh, Alvin, Laras, Tari! Kenapa kalian ada di sini?" tanya Rossa yang bingung.     

"Iya, kemarin Tante, mabuk berat, jadi kami menginap di sini karna khawatir dengan Tante Rossa," ujar Alvin.     

"Benarkah?!"     

Huuuft ... Rossa tampak menghela nafas berat.     

"Sebenarnya apa yang sudah terjadi Tante?" tanya Alvin.     

"Huh ... ada banyak sekali hal yang terjadi Vin, dan Tante Rossa merasa tidak kuat,"     

"Lalu, di mana, om Jhon?"     

"Itulah salah satu masalah Tante, om Jhon, pergi meninggalkan Tante,"     

"Loh, memangnya kenapa, Tante?"     

"Dia, memilih wanita lain,"     

"Jadi, selama ini kalian sudah berpisah?"     

Rossa mengangguk, "Iya,"     

"Maafkan atas ucapan yang kemarin ya, Tante, aku benar-benar tidak tahu kalau Tante sedang ada masalah, dan aku malah menambahinya."     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.