Bullying And Bloody Letters

Percobaan Bunuh Diri



Percobaan Bunuh Diri

0Motor Alvin pun mulai melaju kencang dan meninggalkan halaman rumah Laras.     
0

      

"Alvin!     

      

"Al...vin ...."     

      

"Sudahlah, biarkan saja, biarkan dia menyelesaikan masalahnya dengan Tante Rossa," ujar Laras.     

      

"Tapi, Ras!"     

"Udah gak apa-apa, Tari, mereka akan baik-baik aja. Aku yakin Alvin bisa mengontrol emosinya," tukas Laras menenangkan Mentari, lalu dia mengajak Mentari masuk kedalam rumah kembali.     

      

***     

Sementara di jalanan tampak di Alvin sedang mengejar laju mobil milik Rossa, tapi sayangnya di pertengahan jalan motor Alvin pun mogok.     

"Ah, sial!" umpat Alvin.     

Dia pun terpaksa menuntun motornya ke tepi dan mencari bengkel terdekat.     

      

Sementara Rossa sudah hampir sampai di rumahnya.     

Rossa kembali menambah kecepatan mobilnya setelah masuk ke dalam gerbang Rossa langsung membuka pintu rumah dan menutupnya dengan kasar.     

Tampak dia terduduk di atas sofa sambil menangis.     

Rupanya sejak tadi dia sudah menahan air matanya agar tidak jatuh di depan Alvin.     

"Cinta! Mama tahu Mama salah, Nak! Mama jahat, Mama memang tidak pantas hidup!" ujar Rossa yang tampak sangat penuh sesal.     

Rossa membanting tasnya begitu saja, lalu dia meraih sebuah botol minuman keras dari dalam kulkas.     

Dia berlari memasuki  kamar dan dengan segera dia meneguknya.     

"Hik, Mama tahu Mama jahat! Tapi jangan siksa Mama dengan terus menghantui Mama dengan rasa bersalah ini!"     

Ssssp fuuuh....     

Rossa menghisap puntung rokoknya, dan sesekali meneguk minuman keras dari botolnya langsung.     

Tampak di dalam rumah itu banyak sekali botol-botol bekas minuman keras.     

Rupanya Rossa sering sekali mengonsumsi minuman keras di dalam kamar, terutama di saat dia sedang merasa stres begini.     

Sambil menghisap rokok, dan perlahan tampak kesadarannya mulai berkurang, akibat pengaruh minuman keras.     

Rossa memandang foto Cinta yang terpajang di atas meja, dan lalu dia meraihnya.     

"Cinta, pulang, Nak," Rossa kembali menjatuhkan air matanya, dan kali ini malah semakin deras saja.     

"Kamu itu sebenarnya ada di mana sih?"     

Sambil mengelus-elus bagian wajah Cinta dalam foto itu.     

"Mama janji, Mama tidak akan jahat lagi kalau kamu pulang Cinta, Mama kesepian gak ada kamu, Papa kamu sudah ninggalin Mama demi perempuan lain,"     

Perlahan dia menaruh bingkai foto itu lalu Rossa menghapus air matanya.     

"Mama, kangen Cinta, ayo pulang, Nak!"     

Hik hik hik....     

Posisi Rossa pun beralih di depan cermin, lalu dia menatap wajahnya sendiri, yang saat ini sudah banyak perubahan.     

Terlihat sangat pucat, kurus, bahkan wajahnya juga terlihat sembab akibat sering menangis, dan tambah sering minum-minuman keras.     

"Sampai sekarang, Mama masih merasa bersalah! Mama merasa apa yang Mama dapat adalah karma karna dosa-dosa Mama kepadamu!"     

Hik hik hik ....     

Rossa menangis tersedu-sedu layaknya seorang anak kecil. Yah, wajar saja saat ini otaknya juga sedang tidak berfungsi dengan baik, akibat alkohol yang baru saja dia konsumsi.     

      

      

Setelah motor Alvin selesai di betulkan dia pun segera melanjutkan perjalanannya mengejar Rossa, walaupun dia tahu jika dia sudah tertinggal jauh.     

Tapi meskipun begitu dia tetap melanjutkan perjalanannya, karna dia tahu jika Rossa pasti sudah pulang ke rumahnya.     

      

Dan benar saka, setelah sampai di rumahnya dia pun melihat mobil Rossa sudah terparkir di garasi rumahnya.     

"Ternyata benar Tante, sudah pulang ke rumahnya," ujar Alvin.     

Dan tanpa berpikir panjang, Alvin pun mengetuk pintunya berkali-kali.     

Tapi tak ada jawaban dari Rossa.     

Alvin mencoba membuka pintunya, dan ternyata pintunya tidak terkunci.     

Lalu tanpa berpikir panjang Alvin memasuki rumah Rosa tanpa permisi.     

      

Di dalam rumah Rosa tampak sangat berantakan sekali, hampir terlihat seperti rumah yang tak terurus lagi.     

Alvin cukup heran akan hal ini, karna tak biasanya tantenya seperti ini, tantenya yang dia kenal adalah orang yang sangat rajin dan sangat bersihan.     

Dulu setiap dia mendatangi rumah Rossa dia melihat ruangan rumah yang selalu rapi dan nyaris tak ada satu sampah pun yang berceceran di lantai.     

Tak seperti ini, rumahnya benar-benar sangat kumuh dan sangat jorok sekali.     

Banyak sekali bekas cup mi instan yang tergeletak.     

Dan sampah dalam karung pun juga sepertinya sudah dua  hari tidak di buang.     

"Sebenarnya apa yang membuat Tante Rossa begini?" gumam Alvin.     

Dia melihat ke atas tangga dan terlihat dalam tangga atas nampak pintu kamar yang terbuka.     

      

Alvin pun menaiki tangga rumah Rossa, terlihat banyak sekali debu yang menempel di tangannya saat dia memegang, pegangan tangga.     

"Ini, hampir mirip dengan rumah kosong," ujarnya.     

Dia melihat sekeliling rumah, dan entah mengapa sejak tadi dia tak melihat keberadaan Jhon sang paman.     

"Aku juga tidak melihat Om Jhon, masa iya hari libur begini dia masih ngantor?"     

      

Gludak!     

Terdengar suara benda jatuh, dan itu bersumber dari dalam kamar atas yang di duga kamar Rosa dan Jhon.     

"Suara apa itu?" Alvin segera mempercepat langkahnya dan berjalan setengah berlari menaiki tangga, menuju kamar itu.     

 Dan setelah memasuki kamar itu, mata Alvin pun di buat terbelalak karna melihat  Rossa sedang bergelantung dalam seutas tali, rupanya suara tadi adalah suara bangku yang sengaja dia tendang dan awalnya di gunakan sebagai pijakan saat melakukan gantung diri.     

"Tante Rossa!" teriak Alvin.     

Alvin segera menangkap kaki Rossa dan menggunakan tubuh sebagai pijakkan untuk Rossa pengganti bangku.     

      

"Alvin, kenapa kamu menyelamatkan ku!?" teriak Rossa.     

Dan ternyata Rossa masih sadar, hampir saja dia terlambat menolong Rossa.     

"Ayo turun, Tante Rossa! Jangan gila Tante!"     

"Diam kamu, Alvin! Tante itu sudah tidak pantas hidup! Jadi biarkan Tante mati saja!"     

"Kenapa Tante berpikir begitu?! Ayo turun!"     

"Tidak!"     

"Ayo, Tante Rossa!"     

"Enggak! Sebaiknya kamu pergi saja! Bukannya kamu juga membenciku, 'kan, Alvin!"     

"Enggak, Tante! Soal itu Alvin minta maaf, dan Alvin mohon ayo turun Tante!"     

"Enggak! Aku mau mati saja!"     

"Tante! Ayo cepat turun, biar Alvin bantu!"     

"Enggak!"     

Jeduak!     

Alvin pun terjatuh akibat di tendang oleh Rossa.     

Dan Rossa kembali bergelantungan di seutas tali.     

Dan dengan segera Alvin bangkit untuk menolong Rossa.     

"Tante! Ayo turun! Jangan gila Tante!" Alvin pun kembali memeluk Rosa.     

Sedang Rossa terus meronta mencoba melepaskan talinya.     

Tapi Alvin tak tinggal diam dia terus menahan kaki Rossa hingga Rossa tidak mampu bergerak lagi, karna tenaganya sudah pasti jauh lebih kuat dari pada Rossa.     

Rossa terus mencoba meronta, meski terlihat sangat kesulitan dan Alvin terus mencoba menahannya.     

Semakin lama tenaga Rossa pun mulai habis dan dia pun setengah tertidur, karna efek dari minuman keras.     

Perlahan Alvin melepaskan tali dari leher Rossa.     

"Alvin ... hehe, harusnya kamu biarkan akun mati saja,"     

"Tante bau alkohol, Tante mabuk ya?" tanya Alvin.     

"Huek, enggak kok, hek...."     

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.