Bullying And Bloody Letters

Hilangnya Cinta



Hilangnya Cinta

0Ceklek....     
0

      

Perlahan dia memutar pegangan pintu kamarnya.     

      

Dan dia melihat kamarnya sangat gelap. Padahal seingatnya tadi, dia tidak mematikan lampu kamarnya.     

      

"Siapa yang matiin lampunya?" tukas Fanya.     

Fanya segera menutup pintu kamar kembali, lalu dia menyala lampunya.     

Ctek....     

Dan tepat saat itu Fanya kaget bukan kepala, karna ternyata di dalam kamarnya sudah ada Vero yang sejak tadi berdiri menunggunya pulang.     

      

Fanya segera bergegas membuka pintu kamarnya, tapi Vero menghalanginya.     

Dia mencabut kunci dari pintu itu.     

"Mau kemana lagi kamu?" tanya Vero dengan tatapan yang dingin.     

Dan Fanya pun terdiam, mulutnya tak lagi mampu bergeming.     

"Mau sampai kapan kamu  terus lari dari masalah?"     

"Kak Vero, masih menuduh, bahwa aku terlibat atas menghilangnya Cinta ya?" tanya Fanya.     

"Tentu saja, bagaimana tidak! Dari gelagatmu saja sudah ketahuan!" cantas Vero.     

"Kak Vero jangan sembarangan menuduh ya! Memang Kak Vero punya bukti apa?!" tantang Fanya.     

"Sekarang aku belum ada bukti pasti, tapi dari gelagatmu aku sangat yakin kalau kamu itu ada hubungannya dengan menghilangnya Cinta!"     

"Terserah, Kak Vero saja! Aku sudah tidak peduli lagi, toh aku bicara sejujurnya saja, Kak Vero juga gak bakalan percaya!"     

"Kamu pikir aku sebodoh itu? Aku akan percaya dengan omong kosongmu itu?"     

Fanya tampak gelagapan mendengarnya.     

Dia bingung harus mencari alasan apa lagi ini untuk membuat Vero percaya bahwa dia tidak terlibat.     

"Kenapa diam? Kamu sedang memikirkan alasan yang pas untuk menyangkal perbuatan jahatmu itu ya?"     

Vero pun kembali memberi pertanyaan yang menohok.     

Tidak ada pilihan lagi selain dia menghindar dari Vero.     

Saat Vero sedang lengah Fanya merebut kunci dari tangan Vero.     

"Dasar menyebalkan!" umpat Fanya kepada Vero sambil meraih kunci itu.     

"Woy! Mau kemana kamu!?" teriak Vero?     

Dan Vero pun segera mencegah Fanya yang hendak pergi.     

Dia memegangi tubuh Fanya, agar gagal membuka pintu kamarnya.     

"Kamu jangan kabur gitu, Fanya! Atau aku akan melaporkan mu ke pihak berwajib!" ancam Vero.     

"Coba saja laporkan kalau Kak Vero mau ayah akan bertambah parah sakitnya!" tantang Fanya.     

Dan Vero yang geram pun langsung mendorong tubuh Fanya hingga terjatuh.     

Bruak!     

"Kalau kamu bukan adik kandungku! Sudah pasti aku akan membunuhmu saat ini juga!" ujar Vero yang benar-benar sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi.     

"Kenapa sih, Kak Vero selalu mengajakku bermusuhan?! Memangnya Kaka ini tidak bisa ya bersikap manis dengan adik sendiri?!"     

Fanya mencoba bangun dari lantai, "Aku ini adik kandung, Kaka! Darah yang mengalir di tubuh kita ini sama! Kita sama-sama di lahirkan dari satu rahim yang sama! Lalu untuk apa, Kak Vero, terus memusuhiku!?"     

"Diam kamu, Fanya!" Vero malah semakin geram mendengarnya. Karna Fanya seolah-olah sedang mengalihkan topik pembicaraan.     

"Kamu jangan mencari-cari alasan untuk mengalihkan pembicaraan, yang aku mau kamu jawab! Apa benar kamu sudah turut ikut andil dalam hilangnya Cinta! Itu yang aku tanyakan!"     

"Aku sudah bilang tidak!" tegas Fanya, tapi  Vero masih tetap tak mempercayainya.     

"Ayo katakan, Fanya!" paksa Vero.     

"Aku sudah bilang tidak ada urusannya dengan ku atas hilangnya Cinta!" bentak Fanya     

Dan Vero sudah tidak tahan lagi dia pun langsung memegang kerah kemeja Fanya dengan kuat.     

"Aku sudah bosan dengan mulutmu yang pembohong itu, Fanya!"     

Vero menarik tubuh Fanya lalu mendorongnya lagi hingga terjatuh.     

Gedubrak!     

"Ayo katakan dengan jujur! Aku ini bukan orang bodoh yang dengan mudahnya engkau tipu!"     

"Aku—"     

Plak!     

Vero menampar wajah Fanya, dia benar-benar sudah muak dengan Fanya, Vero tidak lagi memandang Fanya sebagai seorang wanita atau pun adik kandungnya.     

"AYO KATAKAN SEKARANG JUGA, FANYA!" paksa Vero lagi.     

Karna benar-benar sudah terpojok dan tak bisa berbuat apa-apa lagi, Fanya pun akhirnya mau mengakui semuanya.     

"Baik, aku akan bercerita dengan, Kak Vero, tapi Kak Vero harus janji tidak akan membocorkan hal ini kepada siapa pun!" pinta Fanya.     

"Cepat katakan jangan banyak alasan!" sergah Vero.     

"Aku tidak akan mau menceritakan semuanya sebelum Kaka berjanji tidak akan membocorkan kepada siapa pun!"     

"Baik aku akan berjanji tidak akan mengatakan kepada siapa pun, jadi tolong katakan sekarang juga!" tegas Vero.     

      

"Baik,"     

Dan Fanya mulai bercerita, bahwa semua itu di mulai dari Melisa yang cemburu kepada Vero  yang teramat sangat menyayangi Cinta. Padahal menurut Melisa dari segi mana pun dirinya jauh lebih baik dari Cinta.     

Melisa adalah gadis yang penuh ambisi, dia akan menyingkirkan siapa pun yang menurutnya menghalangi langkahnya untuk mendapatkan sesuatu.     

Dan saat ini yang paling dia inginkan adalah Vero, Melisa teramat menyukai Vero. Bahkan dia menolak banyak pria yang menyukainya hanya demi Vero.     

Tapi sayangnya Vero sama sekali tak tertarik kepadanya, dan malah memilih Melisa yang seorang gadis tuna wicara.     

Melisa merasa sangat terhina, karna dia harus bersaing dengan gadis seperti Cinta.     

Tapi meski menurutnya Cinta jauh di bawahnya tapi, dia tetap menganggap Cinta bukanlah lawan yang remeh.     

Terbukti kedekatan Cinta dan Vero bukan hanya sekedar berteman, melainkan berpacaran.     

Kejadian saat dia dan Fanya memergoki mereka berdua di taman, membuat Melisa sangat marah.     

Dia dan Fanya bersekongkol untuk menyingkirkan Cinta.     

Mereka berdua adalah dua gadis yang sama-sama memiliki pemikiran yang sama, bisa di bilang mereka adalah gadis saiko.     

Fanya sangat mendukung Melisa, bagianya Melisa adalah panutannya. Sehingga dia memutuskan untuk bersekongkol menghabisi Cinta.     

Dan aksi di mulai saat ke esokkan harinya, ketika kegiatan masa orientasi sekolah hari ke empat.     

Melisa dan Fanya bekerjas ama untuk menghabisi Cinta hari itu juga, dengan cara membuat kejadian seolah-olah Cinta menghilang, padahal kenyataannya mereka telah membunuh Cinta.     

Melisa yang saat itu sebagai anggota OSIS sengaja membuat kegiatan yang mengharuskan untuk para peserta MOS mencari sebuah petunjuk yang sengaja mereka siapkan dan di sembunyikan di beberapa tempat secara terpisah-pisah.     

Mereka di bagi-bagi secara berkelompok. Setiap kelompok di terdiri  4 orang.     

Melisa sengaja memilih Fanya menjadi satu kelompok dengan Cinta, dan di tambah Ane juga Keysia.     

      

Saat mencari petunjuk itu mereka pun terpaksa berpencar, dan Cinta bagian mencari petunjuk di sebuah gudang.     

Saat Cinta masuk ke dalam gudang, Fanya pun turut mengikuti di belakangnya, dan di dalam gudang itu ternyata sudah ada Melisa.     

Melisa sudah bersiap dengan sebuah sapu tangan yang sudah di beri obat bius.     

Dan tanpa berpikir panjang, Melisa membekap mulut Cinta dengan sapu tangan itu.     

Setelah Cinta pingsan, Melisa dan Fanya membawa Cinta diam-diam keluar dari dalam gudang itu dan tanpa sepengetahuan siapa pun.     

      

      

To be continued     

      

      

      

      

      

      

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.