Bullying And Bloody Letters

Pengakuan Fanya



Pengakuan Fanya

0Melisa sengaja memilih Fanya menjadi satu kelompok dengan Cinta, dan di tambah Ane juga Keysia.     
0

      

      

      

Saat mencari petunjuk itu mereka pun terpaksa berpencar, dan Cinta bagian mencari petunjuk di sebuah gudang.     

      

Saat Cinta masuk ke dalam gudang, Fanya pun turut mengikuti di belakangnya, dan di dalam gudang itu ternyata sudah ada Melisa.     

Melisa sudah bersiap dengan sebuah sapu tangan yang sudah di beri obat bius.     

Dan tanpa berpikir panjang, Melisa membekap mulut Cinta dengan sapu tangan itu.     

      

Setelah Cinta pingsan, Melisa dan Fanya membawa Cinta diam-diam keluar dari dalam gudang itu dan tanpa sepengetahuan siapa pun. Mereka berdua membawa Cinta kearah belakang sekolah, dan bahkan sampai keluar dari  area sekolah, mereka menerobos pagar pembatas, dan setelah itu mereka membungkus tubuh Cinta dengan sebuah karung yang sudah mereka siapkan.     

Saat berada di dalam karung, tiba-tiba Cinta pun mulai tersadar, tubuhnya bergerak-gerak dan meronta-ronta, tentu hal itu membuat Melisa menjadi panik.     

Seketika Melisa mengambil sebuah kayu yang kebetulan ada di sekitar tempat itu.     

Tanpa segan-segan Melisa memukul tubuh Cinta yang ada di dalam karung itu hingga berkali-kali, dengan sekuat tenaganya.     

Terdengar suara erangan dari dalam karung itu, sepertinya Cinta sedang kesakitan. Tapi tak ada rasa kasihan sama sekali bagi dua gadis berdarah dingin itu, Fanya malah turut membantu Melisa memukuli tubuh Cinta dengan dahan pohon yang sudah kering.     

Mereka terus memukuli tubuh Cinta hingga Cinta tidak bergerak lagi.     

"Mati kamu! Mati!" teriak Melisa dengan suara yang terdengar puas.     

Mereka berdua memasukkan tubuh Cinta kedalam sebuah lubang yang sudah mereka siapkan sebelumnya.     

Rencana ini memang sudah terpikirkan secara matang-matang, sebelum melakukan ini semua, mereka berdua sudah survei lokasi, dan menentukan tempat yang pas, serta sudah memanggil tukang galih kubur untuk membuatkan lubang yang akan mereka gunakan untuk mengubur jasad Cinta.     

Mereka memang dua gadis yang kejam, tak ada rasa belas kasihan mau pun rasa takut.     

Dan serelah tubuh Cinta berada di dalam lubang itu, Fanya dan Melisa segera menguburnya, dalam keadaan Cinta yang entah masih hidup apa sudah mati.     

Dan selanjutnya mereka menutupi tanah itu dengan berbagai sampah seperti daun kering dan juga ranting.     

Hanya mereka berdua yang tahu atas hal ini bahkan teman-teman Fanya seperti Ane dan Keysia tidak tahu apa-apa soal ini, karna kebetulan mereka semua belum terlalu akrab.     

      

Semua sesuai rencana, sangat rapi dan tidak ada saksi sama sekali.     

Mereka berdua mulai merapikan pakaian mereka yang kotor akibat terkena tanah saat mengubur tubuh Cinta.     

‌Setelah itu mereka kembali ke kelas masing-masing, karna kebetulan sudah masuk jam istirahat, sehingga kegiatan MOS di hentikan sejenak. Dan tampaknya semua orang belum menyadari jika Cinta belum kembali.     

Hingga tiba saatnya jam terakhir, kegiatan MOS itu kembali di laksanakan, tapi Cinta belum juga kembali ke barisan, padahal siswa-siswi lainnya sudah kembali ke barisan dan sudah siap mengikuti kegiatan jam terakhir.     

      

Dan mereka semua baru menyadari bahwa Cinta tidak ada, lalu mereka  mulai mencari keberadaan Cinta, tapi Cinta tak di temukan, bahkan Ane dan Keysia yang satu kelompok pun tidak tahu keberadaan Cinta.     

Fanya memberi keterangan bahwa terakhir dia melihat Cinta saat Cinta masuk ke dalam sebuah gudang, selanjutnya dia tidak tahu lagi, karna dia mengatakan bahwa dirinya sedang sakit perut lalu terpaksa pergi ke toilet.     

      

Mereka semua pun percaya, termasuk Ane dan Keysia.     

Mereka semua beranggapan bahwa mungkin saja, Cinta sudah pulang duluan, tapi tidak memberi tahu kepada teman-temannya.     

Apalagi Cinta juga terkenal penyendiri dan hampir tidak mempunyai teman dekat.     

      

      

Tapi pada ke esokkan harinya, orang tua Cinta mendatangi sekolah itu, dan mengatakan bahwa Cinta tidak pulang sejak kemarin.     

Bu Maya selaku kepala sekolah pun tak tinggal diam, dia turut bertanggung jawab untuk mencari Cinta, apalagi Cinta hilang di lingkungan sekolah. Tentu bu Maya tidak mau nama sekolahnya menjadi tercoreng karna hal ini.     

Mereka terus mencari-cari Cinta kemana-mana, tapi tidak juga menemukannya. Cinta menghilang bak di telan bumi.     

      

      

Fanya dan Melisa bukan hanya dua gadis yang memiliki gangguan jiwa, tapi mereka juga dua gadis yang cerdik dan memiliki banyak akal sehingga mampu memanipulasi segalanya. Semua mereka lakukan layaknya seorang pembunuh bayaran profesional. Sangat rapi dan tidak ada yang bisa membongkar semuanya.     

Sehingga sampai saat ini kasus menghilangnya Cinta masih juga belum terpecahkan.     

      

      

***     

Plak!     

Tamparan tangan Vero pun kembali mendarat di wajah Fanya.     

"Kamu itu benar-benar kejam! Kamu itu bukan manusia, Fanya!" teriak Vero yang kembali tersulut emosinya.     

Dia tak habis fikir jika Fanya sekejam ini.     

Plak!     

Plak!     

Vero yang benar-benar gelap mata pun terus menampar wajah adiknya, baginya Fanya bukanlah siapa-siapa, dia adalah seorang kriminal.     

"Aku benar-benar malu mempunyai adik seperti mu! Kenapa kamu tidak mati saja, Fanya!" teriak Vero.     

Dan dia mengambil ancang-ancang untuk melayangkan tangannya ke wajah Fanya lagi.     

Tapi Fanya berteriak. "Stop!"     

"Apa, Kak Vero, akan membunuhku, seperti aku membunuh Cinta?" tanya Fanya.     

Dan Vero pun sejenak terdiam. Dia baru sadar, tindakannya mendorong dan menampar Cinta ini bukanlah sikap seorang laki-laki. Karna laki-laki sejati tidak akan memukul perempuan walau pun perempuan itu sudah kuteraluan sekali pun. Apalagi Fanya itu adalah adik kandungnya, harusnya sebenci apa pun dia kepada Fanya, dia tidak boleh melakukan ini.     

Akhirnya dia pun kembali mengepalkan tangannya lalu ia gunakan untuk memukul tembok.     

      

Jaduak!     

      

Hal ini dia lakukan untuk melampiaskan kekesalannya kepada Fanya.     

Jeduak!     

Jeduak!     

Jeduak!     

"AAAKHHH SIAL!" teriak Vero.     

Beberapa kali Vero memukul-mukul tembok hingga tak sadat tangannya pun sampai berdarah.     

Fanya melihat tingkah kakanya itu dengan tatapan yang nanar.     

Sejujurnya dia juga merasa kasihan dengan sang Kaka, tapi mau bagaimana lagi, dia sudah telanjur melakukan itu semua. Cinta tidak bisa hidup kembali. Dan lagi pula Fanya tidak pernah merasa bersalah karna sudah melakukan hal itu.     

Baginya Cinta memang pantas mendapatkannya, dia tidak mau Cinta dekat dengan sang kaka. Baginya itu adalah hal yang dapat mempermalukan dirinya dan keluarga.     

Tapi disisi lain, dia juga sangat kasihan melihat Vero yang seperti ini.     

Dia juga ingin memeluk Vero, dan bisa mengobrol atau sekedar curhat seperti kaka beradik pada umumnya.     

      

"Kak Vero, maafkan aku ya?" tukas Fanya.     

"Kamu pikir dengan meminta maaf dengan ku semua masalahmu akan selesai?!" cantas Vero.     

Dan Fanya pun seketika terdiam tak bergeming.     

"Kamu itu seperti bukan manusia, Fanya! Aku malu memiliki adik seperti mu! Aku sangat kecewa!"     

      

      

      

To be continued     

      

      

      

      

      

      

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.