Bullying And Bloody Letters

Tingkah Gila Fanya



Tingkah Gila Fanya

0Saat hendak memasuki gerbang sekolahan Ane berpapasan dengan Keysia.     
0

"Hey, Ane!" sapa Keysia.     

"Hai, Key!" sapa balik Ane.     

"Wah, kamu habis dari mini market ya?" tanya Keysia.     

"Iya," jawab Ane.     

Lalu Keysia meraih botol minuman dari tangan Ane.     

"Bagi ya!"     

"Eh, tapi—"     

"Jangan pelit ah,"     

"Yaudah deh,"     

Sambil berjalan memasuki gerbang sekolahan Ane dan Keysia saling mengobrol.     

"Eh, tahu tidak aku tadi bertemu dengan, Fanya,"     

"Wah, benarkah?"     

"Iya, dan dia meminta maaf kepadaku,"     

"Hahaha, sudah kuduga, dia itu tidak bisa hidup tanpa kita,"     

"Iya, dan dia juga menitip salam kepadamu,"     

"Hah, dasar tidak tahu malu," Keysia masih tampak kesal jika mendengar sesuatu tentang Fanya.     

"Sudah lah, Key, Fanya benar-benar tulus meminta maaf, dan dia juga bilang hari ini dia akan pergi ke luar negeri,"     

"Hah! Keluar negeri?!"     

"Iya," jawab Ane.     

Perlahan-lahan Keysia membuka minuman dingin itu, lalu dia meminumnya.     

Saat meminumnya, Keysia merasa ada yang aneh dari rasa minuman itu, rasanya tidak seperti biasanya.     

Dia melihat di bagian kemasan botol dan membaca daftar kadar luasanya, tapi masih sekitar satu tahun lagi yang artinya masih aman di konsumsi.     

Dengan ragu-ragu akhirnya dia menelan minuman itu. Dan untuk memastikannya lagi dari rasa yang aneh itu, Keysia meneguknya kembali.     

Dan seketika kepalanya menjadi sangat pusing.     

"Oh, iya Fanya juga memberiku minuman itu, dia bilang, ini mungkin akan menjadi terakhir kalinya dia memberiku minuman itu," ujar Ane.     

"A-p-a?!"     

Bluk!     

Seketika Keysia terjatuh dengan mulut yang berbusa dan tubuh kejang-kejang.     

"KEYSIA!" teriak Ane yang sangat terkejut.     

"TOLONG! TOLONG!"     

Seketika semua orang berkumpul dan segera melarikan Keysia ke rumah sakit.     

Namun sayangnya Keysia meninggal saat dalam perjalanan menuju rumah sakit.     

Dan polisi pun mulai menyelidiki kasus keracunan yang menimpa Keysia.     

      

      

***     

"Keysia! Kenapa kamu tinggalin aku, Key!" tangis Ane pun kembali pecah, saat menyaksikan jasad Keysia yang akan segera di kebumikan.     

Di temani oleh ibunya Keysia, "Sabar, Ane. Tante juga merasa kehilangan Keysia, Tante, juga sangat bersedih, tapi mau bagaimana lagi, karna kita juga harus merelakan dia, agar dia merasa tenang di alam sana," ujar ibunya Keysia yang menenangkan Ane.     

"Tapi, ini gara-gara Ane, sebenarnya minuman itu buat Ane, bukan buat Keysia, tapi Keysia malah meminumnya." Ujar Ane. .     

"Kamu, tidak salah, tapi memang teman kalian itu yang sudah gila,"     

Dan mereka berdua pun saling berpelukan.     

Mentari, Alvin, dan juga Laras pun juga turut datang dalam pemakaman, Keysia.     

"Tante, Ane, kami turut berduka cita atas meninggalnya Keysia," tukas Alvin yang mewakili teman-temannya.     

Dan Ane pun langsung memeluk Mentari.     

"Maaf, kan Keysia ya, Tari, kami dulu sering membantu Fanya, untuk menyakitimu," tukas Ane.     

"Iya, Ane. Aku tidak pernah sedikit pun merasa dendam, baik denganmu maupun dengan Keysia." Tutur Mentari.     

"Terima kasih ya, Tari, dan doakan semoga, Key, tenang di alam sana ya," tukas Ane.     

"Iya, Ne. Pasti aku akan mendoakan Key, agar tenang di alam sana."  Ujar Mentari.     

      

***     

      

Sementara itu Fanya yang sedang berada di rumah tampak melihat sebuah mobil polisi yang berhenti tepat di depan rumahnya.     

Dan melihat hal itu seketika Fanya pun bersembunyi.     

Dia tahu jika para petugas kepolisian itu datang untuk mencarinya.     

Dia sudah mendengar jika Keysia yang meninggal bukan Ane, padahal dia mengincar Ane, tapi yang meninggal malah Keysia.     

Meski begitu Fanya tetap merasa bahagia, karna menang setelah membunuh Ane, dia juga berencana akan membunuh Keysia.     

Fanya tak peduli jika sekarang dia sudah menjadi buron, tapi mendapatkan apa yang dia inginkan sangat menyenangkan.     

Contohnya saat berhasil membunuh orang seperti ini.     

"Para polisi bodoh itu tidak akan bisa menangkapku, karna aku pasti bisa bersembunyi di tempat aman, tempat yang tidak akan mereka temukan.     

Dan ketika para polisi itu mulai masuk kedalam rumah dan menggeledah isi rumah, Fanya pun langsung berlari keluar lewat jendela.     

Dan dia pun bersembunyi di sebuah gudang kosong, yang letaknya terpisah dari bangunan rumah.     

Sehingga para aparat kepolisian itu tidak berhasil menangkapnya.     

Mereka pulang dengan tangan kosong.     

Dan setelah mereka semua pergi meninggalkan rumahnya.     

Dia pun mulai kembali masuk ke rumah dan merapikan barang-barangnya.     

Fanya bersiap-siap untuk pergi dari rumah dan dia mengambil uang tunai serta beberapa perhiasan dari  brangkas milik ibunya.     

      

"Aku rasa uang segini cukup untuk memenuhi kehidupan ku selama beberapa bulan ke depan." Ujarnya.     

      

Fanya memulai penyamarannya dengan berdandan seakan-akan menjadi orang yang lebih tua dari umurnya, Fanya memakai pakaian sang ibu.     

Setelah itu dia pergi tanpa sepengetahuan siapa pun.     

      

      

Untuk sementara waktu Fanya tinggal di salah satu vila milik orang tuanya, yang letaknya cukup jauh dari kota.     

Dan dengan uang yang dia miliki, Fanya langsung membuat identitas palsu.     

Dengan identitas yang palsu dan penampilan yang berbeda, kini Fanya dapat hidup sedikit lebih aman.     

      

Sentara sang ibu, semakin stres saja dengan kejadian ini. Belum selesai masalah Vero, dan kini di tambah lagi dengan masalah Fanya, lagi-lagi Sarah harus merahasiakan ini semua dari sang suami.     

"Ya, Tuhan apa salahku, kenapa terasa berat sekali beban hidup ini?" ujar Sarah yang sangat pusing menghadapi masalah ini.     

Dan tepat saat itu juga Tangan Vero mulai bergerak-gerak, dan tampak kedua bola matanya juga berputar-putar tapi dalam keadaan masih terpejam.     

Sarah tidak menyadari hal itu karna tepat saat itu juga ponselnya bergetar karna mendapat panggilan dari sang suami.     

      

      

Dia terpaksa meninggalkan Vero yang masih dalam keadaan koma dan menitipkan kepada asistennya.     

      

Tangan Vero masih bergerak-gerak dengan mata yang juga masih bergerak-gerak cepat, rupanya saat ini dia sedang bermimpi berada di sebuah ruangan yang sangat terang dan tidak tahu di mana letak tepatnya.     

Yang jelas dalam ruangan itu hanya ada dirinya sendiri.     

      

Vero tampak sangat bingung dengan dirinya yang tiba-tiba ada di tempat ini.     

Lalu dia pun dikagetkan dengan seseorang yang tiba-tiba menepuk pundaknya dari belakang.     

Seketika Vero pun menengok kearah seseorang itu.     

"Cinta?" tukasnya yang sangat kaget, bercampur bahagia.     

"Kamu beneran, Cinta?" Vero yang masih merasa tak percaya itu pun langsung memegang wajah Cinta,     

"Cinta, aku benar-benar tak menyangka kalau aku bisa bertemu dengan mu lagi." Ujar Vero.     

Cinta mengembangkan senyuman dari wajahnya, saat melihat Vero yang juga tampak bahagia melihatnya.     

"Cinta, kalau aku bisa bertemu dengan mu saat ini, apa itu artinya aku sudah mati?" tanya Vero.     

Dan Cinta pun menggelengkan kepalanya, dia mengatakan dengan bahasa isyaratnya bahwa Vero belum mati.     

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.