Bullying And Bloody Letters

Niat Buruk Sandra



Niat Buruk Sandra

0Dan dari lantai atas, tampak Sandra mengintip pembicaraan Mentari dan juga Yuni.     
0

Sandra tampak sangat kesal sekali.     

Yuni begitu baik kepada Mentari, karna dulu selama ada dia dan ibunya Mentari tidak pernah di perlakukan seperti ini.     

Baginya Mentari tidak pantas mendapatkan ini semua.     

      

"Sekarang kamu bisa berlaku seperti, Tuan Putri, tapi lihat saja suatu hari nanti, akan aku buktikan siapa Tuan Putri yang sesungguhnya!" ujar Sandra.     

      

      

      

Mentari mulai menaiki tangga atas dan hendak memasuki kamarnya.     

Dan tepat saat itu Sandra menghampiri Mentari.     

"Tari!" panggil Sandra.     

"Iya, ada apa, Kak Sandra?" sahut Mentari.     

"Ah, enggak kok. Aku hanya ingin meminta maaf kepadamu," tukas Sandra yang sedang bersandiwara dan berpura-pura baik.     

Dan hal itu dia lakukan sudah pasti karna ada maksud tertentu yang akan dia lakukan kepada Mentari.     

      

"Kenapa diam, Tari? Apa kamu benar-benar tidak mau memaafkanku, dan memberi kesempatan ku untuk berubah?" tanya Sandra dengan wajah yang memelas.     

Mentari merasa tidak tega karna melihatnya, tapi disisi lain dia tidak boleh  percaya begitu saja, karna bisa saja saat ini, Sandra hanya sedang menipunya dan ingin sesuatu darinya.     

      

"Tari, ayo jawab. Kamu mau, 'kan memaafkan aku?" tanya Sandra selali lagi.     

Mentari pun dengan terpaksa menganggukkan kepalanya.     

"Iya, Kak, aku memaafkan Ka Sandra," jawab Mentari dengan terpaksa.     

Dan senyum tipis tertahan mulai terukir di wajah Sandra.     

Sandra merasa ini adalah langkah awal yang bagus baginya.     

Dia harus berpura-pura baik kepada Mentari dan selanjutnya dia akan dengan mudah menjatuhkan Mentari, atau bahkan bila perlu dia akan membunuh Mentari.     

Sehingga dengan begitu, maka dia akan kembali menguasai rumah ini dan kasih sayang sang ayah akan senantiasa tercurah kepada dirinya saja.     

      

Tapi meski pun Mentari sudah berkata telah memaafkan Sandra, tapi dalam hatinya terus berusaha untuk terap waspada.     

Karna dia sendiri tidak yakin jika permintaan maaf Sandra ini tulus.     

      

"Yasudah, kalau begitu, Tari mau tidur dulunya, Kak, Tari capek banget soalnya." Tukas Mentari.     

"Emm, sebenarnya aku masih ingin mengobrol banyak denganmu, Tari, apa kamu mau mengobrol sebentar denganku?" tanya Sandra.     

      

'Aku yakin, dia sudah merencanakan sesuatu, maka sebaiknya aku tidak usah mengiyakannya' batin Mentari.     

      

"Oh, maaf, Kak Sandra, Tari tidak bisa  menuruti ajakan, Kak Sandra, karna Tari capek banget. Tari ngantuk, ingin tidur," ujar Mentari.     

"Uuuf, begitu ya." Sandra tampak kecewa.     

"Sepuluh menit aja, gak bisa?" paksa Sandra sekali lagi.     

Dan mentari menggelengkan kepalanya, "Maaf, Kak Sandra, gak bisa!" jawab Mentari  dengan tegas, dan dia langsung masuk kedalam kamar, lalu mengunci pintunya rapat-rapat.     

      

"Akh, sial!" gumam Sandra.     

Dia sampai mengepalkan kedua tangan dengan kuat dan tak sadar tangannya reflect meninju tembok.     

      

Duak!     

Suaranya sampai  terdengar di telinga Mentari yang sedang ada di dalam kamar.     

Dan karna mendengar suara itu Mentari sampai keluar karna penasaran dengan suara apa yang ada di luar.     

      

Ceklek!     

Mentari kembali membuka pintunya, dan Sandra tampak masih berdiri di depan kamarnya.     

"Ada apa, Kak? Dan yang tadi suara apa?" tanya Mentari.     

"Ah, enggak kok, tadi ada serangga, jadi aku pukul saja, tapi serangganya lari, dan malah tangan ku yang memukul tembok," tutur Sandra yang beralibi.     

"Oww, begitu?" Mentari mengangguk-angguk dan dia langsung masuk kedalam kamarnya lagi.     

      

"Huuuh, sial," umpat Sandra, dan Sandra pun juga kembali masuk kedalam kamarnya.     

      

***     

      

Malam pun sudah berganti pagi, kini tiba waktunya Mentari dan juga Sandra melakukan aktivitasnya yaitu bersekolah.     

Sandra dan Mentari masih tetap bersekolah di tempat yang berbeda.     

Padahal Dimas juga sudah mengizinkan kepada Sandra jika Sandra ingin kembali ke sekolah yang lama, tapi Sandra menolaknya dengan alasan bahwa dia tidak mau konsentrasi belajarnya akan terganggu karna berpindah-pindah sekolah terus, apalagi sebentar lagi Sandra akan menghadapi ujian nasional.     

Dimas pun mengerti hal itu, dan dia tidak memaksakan keputusan Sandra selama itu untuk kebaikannya.     

      

Tapi sesungguhnya alasan Sandra bukanlah itu, tapi karna dia sudah terlanjur malu oleh ulah Fanya, yang sudah membongkar rahasianya selama ini kepada seluruh siswa di sekolah lamanya.     

Sehingga dia takut, malu jika teman-temannya akan menghinanya karna sudah berpura-pura kaya, dan pada kenyataannya yang kaya raya adalah Mentari.     

      

***     

Mentari dan Dimas sudah tampak bersiap-siap di meja makan tinggal menunggu Sandra datang.     

      

Perlahan Sandra pun berjalan menghampiri mereka dan duduk di sebelah Mentari.     

"Ayo, Sandra, cepat sarapannya, biar Papa tidak telat mengantarkanmu. Karna sekolah mu jaraknya cukup jauh," ujar Dimas.     

"Iya, Pa!" jawab Sandra.     

Dan sambil menyendok makanannya dia melihat ke arah Mentari yang sedang menunduk dan fokus menyantap menu sarapan.     

'Hari ini kamu masih menjadi Tuan Putri di rumah ini, tapi hari esok atau lusa, aku tidak yakin kamu masih bisa makan dengan santai dan apa pun selalu di layani oleh Yuni begini' batin Sandra, sambil menatap sinis ke arah Mentari.     

      

Setelah selesai sarapan, Dimas mulai mengantarkan Mentari dan Sandra ke sekolah, sekaligus dia berangkat ke kantor.     

      

      

***     

"Kamu, hati-hati ya, nanti pulangnya bareng sama Alvin aja ya, Tari," ujar Dimas berpesan kepada Mentari.     

"Iya, Om," jawab Mentari sambil mencium tangan Dimas.     

"Aku duluan ya, Kak," ujar Mentari yang berbicara kepada Sandra.     

Dan Sandra mengangguk dengan senyuman tipis dan sinis.     

Netranya terus memandang Mentari sampai masuk ke dalam gerbang sekolahan.     

'Kalau bukan karna si Keparat Fanya, mungkin aku akan kembali ke sekolah ini lagi, tapi gara-gara mulut lancangnya, membuatku tidak bisa bersekolah di sekolah elit ini lagi' batin Sandra.     

Sandra memang sejak awal tidak menyukai Fanya, karna sikap Fanya yang kasar dan semena-mena kepada siapa pun, kecuali dirinya. Karna dulu Fanya mengira jika Sandra adalah orang kaya raya dan bisa melakukan segalanya.     

Sehingga membuatnya dan teman yang lainya tidak menghina dirinya.     

Justru Fanya pernah mengajaknya agar mau bergabung dengan dirinya, tapi Sandra tidak mengiyakan.     

Karna sedikit pun dia tidak tertarik menjadi teman satu gengnya Fanya.     

Baginya itu hanya buang-buang waktu.     

      

Namun seiring berjalannya waktu, Fanya sudah mengetahui semua rahasia Sandra.     

Akhirnya Fanya membongkar semuanya.     

Sekarang semua sudah terlanjur terjadi.     

Sandra sudah tidak akan lagi bisa kembali bersekolah di sekolah lamanya.     

Karna sudah terlanjur malu, tapi dia merasa sangat bersyukur mendengar Fanya sudah meninggal dengan cara mengenaskan.     

Karna dengan begitu, Sandra tidak perlu mengotori tangannya untuk membalaskan dendamnya kepada Fanya.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.