Bullying And Bloody Letters

Terjadi Hal Yang Buruk



Terjadi Hal Yang Buruk

0Setelah mengantarkan Mentari ke sekolah Dimas pun langsung mengantarkan Sandra ke sekolahnya setelah itu dia langsung pergi ke kantor.     
0

      

      

Mentari tampak santai berjalan menuju kelas, nampaknya Alvin dan Laras belum sampai, karna hari ini Mentari memang berangkat terlalu pagi.     

Saat hendak memasuki kelas, tiba-tiba di hampiri oleh Aldi dan Deni.     

"Hai, Mentari." Sapa Aldi.     

Sontak Mentari pun langsung kaget melihat kedatangan mereka berdua.     

"Kalian mau apa?!" tanya Mentari dengan wajah yang panik.     

"Ehem, kami datang untuk menyapamu, Tari," jawab Aldi.     

"Iya, Mentari, kayaknya udah lama banget ya, kita gak saling sapa," imbuh Deni.     

Mentari langsung berbalik arah untuk menghindar dari mereka berdua, tapi Aldi menahannya, dia menarik tangan Mentari.     

"Eh, mau kemana? Kita belum selesai bicara, 'kan?" tanya Aldi.     

"Iya, Tari. Jangan buru-buru. Sebaiknya kita ngobrol sebentar, dan aku juga belum sempat memuji penampilanmu sekarang lo," Deni menatap lekat wajah Mentari, bahkan dia sampai menunduk agar bisa melihatnya dengan jelas.     

"Gila ya, kamu benar-benar berubah secara drastis. Dan aku dengar kamu  dan Sandra itu tinggal serumah ya?" tanya Deni kepada Mentari tapi Mentari tidak menjawabnya.     

"Kamu kok, diam terus sih Tari?" Deni meraba wajah Mentari.     

"Kamu sekarang cantik juga, kalau begini caranya aku jadi tidak tega memalakmu lagi. Justru aku malah ingin menjadikanmu seorang pacar," ujar Deni.     

"Wah, memangnya kamu saja. Kalau begitu aku juga mau dong menjadi pacarmu, Tari," sahut Aldi yang menyela pembicaraan Deni dengan Mentari.     

"Ah, kamu itu ikut-ikutan saja!" sergah Deni kepada Aldi.     

"Haha! Aku ini masih normal, Den. Jadi wajar, kan kalau aku juga jatuh cinta dengan Mentari yang sekarang! Secara dia, 'kan cantik dan juga kaya raya, siapa yang tidak mau, coba!?"     

"Bagaimana kalau kita berbagi saja!" ujar Deni.     

"Maksudnya?!" tanya Aldi.     

"Ya, kita seru-seruan bareng, Tari!" sahut Deni.     

"Haha haha boleh!" ujar Aldi.     

Lalu mereka berdua menarik tangan Mentari lalu membawanya ke sebuah toilet.     

Mentari pun tampak berteriak-teriak tapi tidak ada yang menolongnya karna hari masih terlalu pagi, dan keadaan kelas benar-benar masih sepi.     

      

Tapi meski pun terlihat sepi dan tampak tak ada satu orang pun yang melihatnya,  Aldi dan Deni membekap mulut Mentari, untuk menjaga keamanan siapa tahu ada yang tak sengaja melihat mereka.     

Ceklek!     

Bluak!     

Aldi dan Deni membawa Mentari masuk ke dalam toilet laki-laki, lalu mendorong tubuh Mentari hingga terjatuh.     

      

"Kalian mau apa sih?!" tanya Mentari.     

"Kita mau ambil video kamu, Tari. Sukur-syukur si Deni mau main di vidio bareng kamu. Kan lumayan bisa jadi duit tuh!" ujar Aldi.     

"Haha, kalau aku sih mau-mau aja, tapi gimana kalau aku sampai di keluarkan dari sekolah ini?" tanya Deni.     

"Tenang kita, bakal jual hasilnya di situs luar negeri, jadi gak akan ada yang tahu siapa kamu!" jawab Aldi.     

"Wah, boleh tuh! Kalau begitu tunggu apa lagi, ayo kita mulai!" ajak Deni penuh antusias.     

"Stop!" sergah Mentari.     

"Kenapa?!" tanya Deni. "Kita akan bersenang-senang, Tari! Dan pastinya kami juga akan memberimu uang dari penghasilannya nanti!"     

"Tidak! Aku tidak butuh uang!" bentak Mentari.     

"Wah, begitu ya! Wajar sih orang kaya, jadi gak butuh uang! Tapi sayangnya kami butuh uang, dan kamu adalah alat kami untuk mendapatkan uang!" tegas Aldi.     

"Tapi aku tidak mau!" teriak Mentari.     

"Tapi kami tidak peduli!" ujar Deni.     

Dan Deni pun mendekat ke arah Mentari lalu Mentari kembali berteriak.     

"Stop!" Mentari mengangkat telapak tangannya ke arah mereka berdua agar mereka berhenti.     

Tapi nampaknya mereka tidak peduli Deni terus mendekat kearah Mentari, bahkan dia sudah memeluk Mentari.     

"Stop! Kalau kalian berbuat macam-macam denganku, maka kalian akan mendapat kesialan seperti yang sudah-sudah!" ancam Mentari.     

      

Sejenak Deni mulai berpikir, dengan yang sudah mereka alami sebelumnya.     

Bahkan sebelum Romi meninggal, Romi pernah memberi isyarat jika, peristiwa yang dia alami ada hubungannya dengan Mentari     

Tapi saat itu mereka tidak terlalu mempercayainya.     

Tapi setelah di pikir-pikir lagi, Mentari pernah beberapa kali kerasukan dan berubah menjadi kuat serta bisa mengalahkan siapa pun.     

Deni mulai merasa risau karna hal itu, dan Deni pun melepaskan tangan Mentari lalu dia berjalan mundur.     

Nampaknya Deni mulai mempercayai bahwa ada yang berbeda dari Mentari. Dan Mentari bukanlah gadis biasa.     

"Kamu kenapa mundur?" tanya Aldi.     

"Ayo, cepat lakukan! Aku sudah siapkan kameranya untuk merekamnya!" ujar Aldi.     

"Di, kayaknya kita lebih baik lepasin dia aja deh," lirih Deni di telinga Aldi.     

"Memangnya kenapa?" tanya Aldi.     

"Kamu masih ingat, 'kan kejadian yang menimpa Romi, dan beberapa kejadian sial yang menimpa kita?" tanya Deni kepada Aldi.     

"Maksudnya apa kamu, bertanya begitu?"     

"Ya, aku takut hal buruk akan kembali menimpa kita,"     

"Aih, sudahlah, jangan terlalu paranoid. Semua itu tidak ada hubungannya dengan Tari, jadi cepat lakukan sebelum, toilet semakin ramai!" paksa Aldi,     

"Tapi, Di—"     

"Ayo!"     

Aldi mendorong Deni ke arah Mentari.     

"Baik kalau kalian masih terus menggangguku, maka jangan salahkan aku jika terjadi hal-hal buruk kepada kalian!" ancam Mentari.     

"Haha! Kamu pikir aku percaya!" sahut Aldi dengan penuh percaya diri.     

      

Dan kamera di tangan Aldi sudah siap membidik dan merekam setiap gerakan panas yang akan diperankan oleh Deni dan Mentari.     

      

Deni sudah mulai hilang rasa takutnya dan sudah bersiap untuk menyentuh Mentari dengan lembut dan penuh gairah.     

Perlahan tangannya mulai melaba-raba daerah sensitif Mentari, Mentari terus meronta agar Deni mau menghentikan niat gilanya itu.     

      

Tapi mereka tetap tak mau menghentikan niat gilanya.     

Aldi terus memberi arahan kepada Deni agar beradegan sebaik mungkin.     

Dan tepat saat itu juga Cinta datang, untuk menggagalkan niat busuk dua laki-laki bajingan itu.     

      

Seketika Cinta merasuk ke tubuh Mentari, lalu dia mengamuk sejadi-jadinya.     

Mentari yang sudah di kuasai oleh arwah cinta itu pun langsung mendorong tubuh Deni hingga terpental.     

Lalu dia mendekat ke arah Aldi dan meraih kameranya.     

Seketika Mentari membantingnya ke lantai, hingga pecah berhamburan.     

Mereka berdua mulai panik, Deni dan Aldi membuka pintu toilet dan hendak keluar, tapi entah mengapa pintunya mendadak terkunci.     

Mereka berdua sangatlah ketakutan, Mentari sudah berubah seperti monster.     

Dia berjalan menghampiri mereka berdua, lalu dia memegang kerah baju kedua pria itu.     

Tubuh Aldi dan Deni sampai terangkat hanya dengan kedua tangan Mentari yang terlihat sangat kecil itu.     

Aldi dan Deni tampak sangat ketakutan     

"Ampun, Tari! Ampun!" teriak Deni.     

Deni kembali ketakutan karna melihat Mentari yang tampak bukan sepeti dirinya.     

Dia takut sesuatu yang buruk akan menimpanya.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.