Bullying And Bloody Letters

Pantai



Pantai

0Dengan sedikit canggung, Mentari pun duduk di samping Sandra.     
0

"Pagi, Kak," sapa Mentari.     

"Pagi, Tari," sahut Sandra sambil tersenyum.     

      

Sesaat Sandra memandang ke arah Mentari dengan tatapan yang sangat sinis, terlihat jelas jika saat ini dia tidak tahan harus berpura-pura baik di depan Mentari, mungkin kalau tidak ada Dimas, pasti dia akan melakukan hal-hal buruk kepadanya.     

      

Tapi sayangnya saat ini dia harus berpura-pura baik dulu untuk mendapatkan kepercayaan semua orang, dan setelah itu barulah dia akan menyingkirkan Mentari.     

      

Dan saat dia sedang memandang Mentari dengan tatapan yang sinis, tiba-tiba Dimas memanggilnya.     

"Ehem, hari ini, saya sengaja ambil cuti, apa kalian ingin pergi ke suatu tempat hari ini?" tanya Dinas.     

Dan seketika Sandra langsung merubah ekspresinya. Dan dia mengembangkan senyuman kepada Dimas serta yang lainnya. Untuk menutup kebenciannya saat ini kepada Mentari.     

      

"Boleh, Pa. Ayo kita pergi, lagian kita kan udah lama banget gak jalan-jalan bareng, dan Mentari pasti setuju, 'kan?" tukas Sandra sambil melirik ke arah Mentari.     

Dan Mentari pun langsung menaruh garpunya, kemudian menoleh ke arah Dimas.     

"Emang kita akan pergi ke mana, Om?' tanya Mentari.     

"Terserah kamu aja, atau mungkin, Sandra ada ide?" tanya Dimas sambil melirik ke arah Sandra.     

      

      

"Sandra sih, nurut aja sama kalian, asal bisa jalan-jalan juga Sandra udah senang banget," jawab Sandra.     

"Ok, kalau begitu gimana kalau kita ke pantai  karma kalau saya lihat, Tari, suka banget tuh pergi ke pantai," usul Dimas.     

      

'Huh, selalu saja Tari' batin Sandra yang tampak sangat kesal.     

"Ah, yang benar, Om?! Jadi kita akan ke pantai?!" tanya Mentari yang penuh antusias.     

Karna dia memang paling senang kalau di ajak pergi ke pantai.     

"Iya, Tari. Yaudah kalian selesaikan sarapannya, dan habis itu siap-siap, mumpung masih jam segini, biar puas main di sananya," pungkas Dimas.     

      

Seketika Mentari, langsung bersemangat karna ajakan itu.     

Dia mempercepat durasi makannya dan setelah itu dia kembali ke kamarnya,  untuk mandi dan bersiap-siap pergi bersama Dimas dan Sandra.     

      

      

Dengan langkah gontainya, Sandra masih mengembangkan senyumannya.     

Sandra berpura-pura bahagia karna akan pergi ke pantai.     

Padahal dalam hatinya, Sandra membenci hal ini, pantai bukan lah tempat favoritnya.     

Kalau boleh memilih dia, lebih suka menghabiskan banyak uang untuk berbelanja di mol ketimbang harus pergi ke pantai dan harus berpanas-panasan di bawah sinar matahari.     

Hanya buang-buang waktu dan merusak kecantikan kulit.     

Apa lagi Sandra sangatlah memedulikan penampilan dan paling hobi merawat diri.     

      

Kalau bukan karna demi ingin mendapatkan kepercayaan sang ayah dan Mentari dia tidak akan mau pergi ke tempat yang sangat dia benci itu.     

'Baik, aku tidak akan mau menyia-nyiakan kesempatan ini, aku harus mendapatkan sesuatu hari ini' batin Sandra.     

Sandra mulai  memutar otaknya untuk mencelakai Mentari.     

      

"Sandra, ayo buruan!" ajak Dimas.     

Lalu Sandra mengganti langkah gontainya dengan langkah cepat dan masuk ke dalam mobilnya.     

      

Mobil pun mulai berjalan dan bersiap memulai perjalanan hari ini.     

"Tari, kamu bawa apa aja?" tanya Dimas.     

"Oh, Tari  bawa makanan ringan sama beberapa minuman dingin." Jawab Mentari.     

"Ya ampun, Tari, pakek repot-repot segala, kan kita bisa beli di sana!" ujar Dimas.     

"Gak apa-apa dong, Om. Di rumah kan masih banyak stok makanan dan minuman dingin, kenapa harus beli di sana, kan kalau begini akan jauh lebih hemat," ujar Mentari.     

"Ah, iya deh Tari, kamu emang paling the best," ucap Dimas.     

"Wah, makasi, Om."     

      

'Hah! Dasar norak, emang paling pintar kalau cari muka' batin Sandra yang sangat kesal dengan sikap Mentari kepada Dimas.     

Apa lagi sekarang lebih sering memuji Mentari ketimbang dirinya.     

Dia tidak pernah lagi di puji, bahkan di sayang-sayang seperti dulu pun juga sudah tidak pernah.     

Dan itu semua karna Mentari, posisinya jadi berubah tersisih semakin jauh dari Dimas, dan sekarang yang ada di pikiran Dimas hanya terus-terusan mencurigai Sandra yang akan berbuat jahat kepada Mentari.     

      

      

      

Sesampainya di pantai Mentari pun tampak yang paling antusias saat turun dari dalam mobil.     

"Om, kita main ke tengah yuk!" ajak Mentari.     

"Ah, Om mau di pinggir aja minum es kelapa," ujar Dimas.     

"Yaa," Mentari tampak kecewa.     

"Sama aku aja, Tari. Aku juga suka kio, mainan di air, lagian udah lama banget, terakhir main di pantai saat Mama belum bercerai sama Papa, " tukas Sandra dan wajahnya terlihat sedikit bersedih.     

"Ya sudah, kita main bareng yuk, Kak!" ajak Mentari, karna dia tak tega melihat ekspresi wajah Sandra yang sepertinya sangat merindukan ibunya.     

      

Mentari lupa jika Sandra itu bagaikan seekor ular yang sangat licik. Bisa saja ekspresi wajah itu hanya ia gunakan sebagai topeng saja, agar dapat meluluhkan hati Mentari, yang memang gampang sekali terpengaruh.     

      

Dan tanpa ragu Sandra menggandeng tangan Mentari, lalu dia mengajaknya turun ke bawah.     

"Eh, kita gak ganti pakaian dulu?" tanya Mentari.     

Dan seketika Sandra menghentikan langkahnya.     

"Oww iya lupa, yasudah ayo kita ganti pakaian dulu!" tukas Sandra.     

Mereka berdua pun pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaian mereka.     

      

Dan setelah menggunakan pakaian renang Sandra kembali mengajak Mentari untuk ketengah pantai.     

"Kak Sandra, di pinggir aja, jangan ke tengah-tengah, Tari  takut!" ujar Mentari.     

      

'Takut? Oh iya, Tari kan emang gak bisa berenang,' batin Sandra, seketika Sandra mengembangkan senyumannya dan dia mendapatkan sebuah ide baru untuk mencelakai Mentari.     

      

"Tari, kalau bermain di tengah pantai itu, lebih seru tahu, ada sensasi tersendiri lo, serius!" ucap Sandra.     

Sandra dia masih berusaha membujuk Mentari,     

"Tapi, Tari, takut, Kak!" keluh Mentari.     

"Kan ada aku, Tari. Nanti kalau kamu tenggelam aku bisa nolongin kamu, karna aku kan jago berenang!" tegas Sandra.     

"Iya sih tapi, Tari, takut Kak,"     

"Udah ayo!" paksa Sandra, dan Sandra kembali menarik paksa tangan Mentari.     

Dia mengajaknya pergi ke tengah pantai.     

      

"Kak! Stop!" teriak Mentari.     

"Udah gak apa-apa!"  sahut Sandra.     

Bluuuur ...!     

Ombak pun menerpa tubuh mereka berdua.     

Tampak sekali di wajah Mentari yang sangat ketakutan itu, dia memang sangat suka bermain di pantai, tapi sejujurnya dia benar-benar tidak bisa berenang sama sekali.     

"Kak, Tari, takut banget!"     

"Udah, santai aja Mentari, di sini kamu bakalan nemuin sensasi yang menyenang!" ujar Sandra.     

"Ah, please, Kak! Kita ke pinggir aja ya!"     

"Please deh, Tari! Kamu itu harus belajar berenang!" ujar Sandra.     

      

Dan Sandra melirik ke arah pinggir pantai, untuk memastikan keberadaan Dimas sang ayah.     

Setelah di rasa Dimas berada di tempat yang lumayan jauh, Sandra melancarkan aksinya.     

Dan nampaknya suasana pantai hari ini tidak begitu ramai seperti hari libur biasanya, sebuah situasi yang begitu mendukung untuk rencana Sandra.     

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.