Bullying And Bloody Letters

Kemarahan Dimas



Kemarahan Dimas

0Setelah di rasa Dimas berada di tempat yang lumayan jauh, Sandra melancarkan aksinya.     
0

      

Dan nampaknya suasana pantai hari ini tidak begitu ramai seperti pada hari libur biasanya, sebuah situasi yang begitu mendukung untuk rencana jahat Sandra.     

      

Sandra menatap di depanya, gelombang ombak mulai mendekat, dan tepat saat itu, Sandra menyelam ke bagian bawah air dan menarik kaki Mentari.     

Di tangan Sandara sudah ada sebuah pisau karter yang sejak tadi dia sembunyikan di balik pakaian bagian atas.     

      

Glebyuuur...!     

Ombak menghantam tubuh mereka berdua dan tepat saat itu, Sandra menusukkan pisau itu tepat di perut Mentari.     

Sapuan ombak mulai pergi dengan air yang sudah bercampur dengan darah.     

Mentari menjadi lemas karna saking takutnya di tambah dengan luka akibat tusukan mata pisau.     

Tubuh Mentari tampak setengah mengapung-ngapung di atas air. Dan dengan sisa tenaga yang ada, dia terus berusaha untuk berjalan ke pinggir.     

Sementara Sandra kembali menarik tangan Mentari agar terjatuh ke air.     

"Tari! Tolong aku!" teriak Sandra.     

"Kaki ku kram!" ujarnya.     

      

"Kak... Sandra... aku lemas...." Ucap Mentari.     

"Tari, tolong!" Dan Sandra meraih paksa tangan Mentari lali kembali membawanya ke tengah lautan.     

      

Blup blup... blup....     

Mentari kembali tenggelam dan mulai kesulitan bernafas, padahal tinggi air hanya satu dada yang artinya Mentari masih bisa ke tepi meski tanpa berenang, tapi sayangnya, Sandra sengaja menarik tubuh Mentari hingga terjebak di dalam air agar dia tisak bisa bernafas dan mati.     

      

'Ini adalah, akhir hidupmu,  Tari, ucapkan selamat tinggal untuk dunia ini' bicara Sandra di dalam hatinya.     

Sandra masih berenang di dasar air sambil menahan tubuh Tari agar tidak muncul di permukaan, sementara dirinya sesekali menaikkan tubuhnya sesaat untuk bernafas.     

Namun tiba-tiba, di dalam air itu Mentari yang awalnya lemas mulai membuka matanya     

      

Tangan Mentari langsung meraih leher Sandra, dan dia mencekiknya.     

"Akh... blup blup... Ta...ri...." Kini giliran Sandra yang merasa kesulitan untuk bernafas.     

Mentari masih terus mencekik leher Sandra, dan tampak dia sudah tidak lagi merasa kesakitan karna tusukan pisaunya dari Sandra tadi.     

Malah sekarang nyawa Sandra yang menjadi terancam.     

      

Sandra menendang tubuh Mentari, hingga Mentari terpental.     

Akhirnya Sandra pun bisa terbebas dari cekikan leher tangan Mentari.     

Sandra segera pergi menjauh dari Mentari. Dan dia baru menyadari jika Mentari sedang di kuasai oleh makhluk dari dunia lain.     

      

Karna raut wajah itu tidak seperti raut wajah Mentari, sangat berbeda dan terlihat dingin serta menyeramkan.     

      

"Papa! Papa! Papa!" teriak Sandra yang ketakutan, sambil berlari menepi pantai.     

Dia menghampiri Dimas untuk mencari pertolongan.     

"Ada apa sih, Sandra!?" tanya Dimas yang  dibuat kaget oleh tingkah Sandra.     

"Tari, pa! Tari!" ucap Sandra dengan wajah paniknya,     

      

Dan di belakang Mentari tampak berjalan mendekat ke arah Sandra dengan wajah pucat menyeramkan dan tatapan kosongnya.     

"Itu, Pa! Tari!" ujar Sandra menunjuk ke arah Mentari.     

Seketika Dimas pun kaget karna melihat Mentari yang terlihat menyeramkan itu.     

Apalagi di bagian perut juga tampak ada luka yang masih mengeluarkan tetesan darah.     

"Tari! Kamu kenapa?" teriak Dimas.     

"Pa! Ayo pergi! Tari itu sepertinya sedang kerasukan, jadi sebaiknya kita pergi saja, bahkan tadi dia mencekik leher Sandra! Untung Sandra bisa kabur!" jelas Sandra dengan suara yang tergesa-gesa dan hembusan nafas yang berat tak beraturan.     

      

Tapi nampaknya Dimas tak terpengaruh ucapan Sandra, karna dia sangat menghawatirkan keadaan Mentari, akhirnya bukannya berlari sepersi ajakan Sandra, tapi dia malah menghampiri Mentari untuk menolongnya.     

"Tari, kamu kenapa?!" tanya Dimas.     

Dimas meraih tubuh Mentari dan dia memeluknya dengan erat, sementara Sandra hanya menatapnya nanar dengan wajah yang sangat ketakutan.     

      

Mentari terus meraung-raung, dengan mata melotot. Sambil terus menatap Sandra dengan penuh kemarahan seolah sudah siap untuk menerkamnya.     

"Sandra! Sandra! Sandra...." tukas Mentari yang mulai melemah     

Blek!     

Mentari pun terjatuh dan pingsan. Dimas dan pengunjung yang lainnya pun menjadi panik.     

Dan Mentari dilarikan ke rumah sakit.     

      

      

***     

      

Setelah satu jam kemudian, Mentari pun mulai siuman.     

Dan dia melihat di dalam rumah sakit sudah ada Dimas, Alvin dan Laras.     

Sementara, Sandra memilih untuk pulang dengan alasan sedang ada tugas sekolah yang belum selesai.     

"Loh, aku ada di mana ini?" tanya Mentari.     

Lalu dia berusaha untuk bangkit dari baringannya.     

"Aku, kenapa ini?" Mentari meraba bagian perutnya yang terasa nyeri. Dan dia segera membuka selimutnya, lalu mengecek kebagian perut.     

Dan ternyata, ada sebuah perban yang menempel di perutnya, dan sekilas dia mengingat peristiwa yang baru saja dia lewati di pantai tadi.     

Perutnya terluka ketika ombak datang namun sayangnya dia tidak tahu pasti benda apa yang sudah melukai perutnya itu.     

Yang dia ingat saat ombak datang, rasa nyeri seperti sebuah benda tajam yang menancap di perutnya.     

Dia tidak tau jija luka itu diakibatkan karna hunjaman pisau karter dari tangan Sandra.     

"Tari, sebenarnya apa yang sudah terjadi?" tanya Dimas.     

"Aku tidak tahu pasti Om, rasanya seperti sebuah tusukan, tapi tusukkan itu datang seiring gelombang ombak, yang artinya, bisa saja di sebabkan oleh bongkahan batu karang yang terbawa ombak lalu menghunjam bagian perutku," tutur Mentari, yang menjelaskan kronologinya.     

"Kamu yakin, itu karna batu karang?" tanya Alvin yang meragukan penjelasan Mentari.     

"Ma-maksudnya?" tanya Mentari.     

"Aku curiga dengan, Sandra" tukas Alvin.     

"Hah, Kak Sandra?!"     

"Iya, aku merasa curiga dengannya, karna Sandra gak akan merasuk ke dalam tubuh mu begitu saja jika tanpa sebab," tutur Alvin.     

      

Mentari mulai berpikir, jika apa yang di ucapkan oleh Alvin ini ada benarnya.     

Mentari mulai sadar jika tadi dia sudah terlena dengan tingkah Sandra yang seolah-olah sangat baik.     

Dia lupa jika Sandra itu sangat licik. Dan dia juga baru ingat saat di tengah pantai tadi tubuhnya juga merasa ada yang menariknya, dan itu adalah ulahnya Sandra.     

"Astaga!" Mentari menepuk keningnya sendiri.     

"Kenapa, Tari? Apa kamu ingat sesuatu?" tanya Dimas.     

"Huuf... iya Om, tapi Tari masih belum yakin sepenuhnya. Tadi keadaannya ombak besar, dan penglihatan Mentari sangat kabur, karna kaca mata Mentari sudah hilang terhempas ombak.     

"Memangnya apa yang kamu rasakan, Tadi?" tanya Dimas memastikan.     

"Ada yang menarik kaki dan tangan Tari sampai membuat Tari hampir tenggelam, dan setelah itu Mentari sudah tidak tahu lagi apa yang sudah terjadi." Tutur Mentari menjelaskan.     

"Apa jangan-jangan, memang ini semua ulah Sandra? Hufftt...." Dimas mendengus kesal.     

"Lagi-lagi anak itu selalu membuat masalah dengan Mentari. Dia benar-benar tidak pernah bisa untuk berubah!"     

Dimas pun segera pergi meninggalkan Mentari dan yang lainya.     

      

      

      

      

To be continued     

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.