Bullying And Bloody Letters

Pergi Dengan Vero



Pergi Dengan Vero

0Sepulang dari supermarket, Laras tampak tersenyum-senyum sendirian.     
0

Sambil menenteng belanjaannya bersama sang ibu.     

"Kamu ngapain si, Ras? Kok dari tadi perasaan senyum-senyum sendiri, kayaknya lagi seneng banget," ujar sang ibu.     

"Ih, Ma, pengen tahu aja deh," jawab Laras.     

"Oh, begitu ya, sekarang main rahasia-rahasiaan!" cantas ibunya.     

"Ih, pokoknya rahasia, Mama gak boleh tahu, soalnya ini urusan anak muda," ujar Laras.     

"Halah, paling juga kamu lagi naksir sama cowok," tebak ibunya, dan tebakannya sangatlah benar.     

"Loh kok, Mama, bisa tahu sih?"     

"Iya dong!"     

"Mama, punya indra ke enam ya?"     

"Iya, indra ketujuh malah!"     

"Hah! Serius, Ma?!"     

"Haha! Ya enggaklah, Laras! Kamu percaya aja lagi," sang ibu mengacak-acak rambut Laras di bagian atasnya.     

"La habisnya tebakan, Mama, kok bisa benar begitu sih?"     

"Bisa, dong! Mama, 'kan juga pernah muda,"     

"Ah, iya juga sih," Kepala Laras manggut-manggut sambil mengagaruk-garuk kepalanya.     

      

"Ah, udah ayo pulang keburu panas banget nih!" ajak sang ibu  yang wajahnya sudah tampak sangat kelelahan.     

"Ok, Ma, siap!"     

      

      

Lalu Laras membantu sang ibu memasukkan barang-barang belanjaannya ke dalam mobilnya.     

Kemudian mereka berdua pun langsung pulang.     

"Emang, cowok yang kamu taksir itu siapa sih, Ras?" tanya sang ibu.     

"Ada dong, Ma. Yang jelas orangnya keren banget,"     

"Ah, masa. Eh cerita dong!"     

"Emm, yaudah deh kalau maksa mah, jadi Laras, itu suka sama Kak Vero Devano,"     

"Hah, Vero Devano, yang mantan vokalis band yang banyak di gandrungi anak-anak muda itu?!" wajah ibunya Laras sampai syok.     

"Iya, Ma. Bener banget,"     

"Kamu, ngefans aja kali bukan cinta, soalnya dia kan artis," tebak sang ibu lagi.     

"Iya sih, Ma. Emang awalnya begitu, tapi setelah bertemu langsung dengan Kak Vero, ternyata orangnya baik banget, Laras jadi suka beneran." tutur  Laras.     

"Memangnya kamu udah pernah ketemu langsung sama orangnya?"     

"Udag, dong Ma, udah beberapa kali malah, bahkan tadi juga baru ketemu, malahan dia ajakin Laras, nonton bareng,"     

"Hah?! Serius?!"     

"Serius dong, Ma!"     

"Wah, anak Mama, keren banget nih!"     

"Iya, dong, Ma! Pastinya!" Laras tampak bangga, tapi ekspresi itu hanya sesaat dan selanjutnya dia kembali murung.     

"Tipi sayangnya ...."     

"Sayangnya kenapa?" tanya sang ibunya.     

"Sayangnya, Kak Vero, cuman cinta sama satu wanita, dan Laras gak ada harapan hik,"     

"Loh, kok malah nyerah begitu sih?"     

"Iya, abis mau gimana lagi dong, Ma. Emang begitu adanya,"     

"Ok! Ok! Kalau begitu kamu yang sabar ya, percaya deh kalau jodoh itu gak bakal kemana?"     

"Iya, Ma," jawab Laras     

Dan sang ibu kembali mengacak-acak gemas rambut Laras.     

      

***     

      

Dan tak terasa hari pun sudah mulai berganti sore, waktu yang di tunggu-tunggu pun tiba.     

Laras sudah bersiap-siap dengan pakaian terbaiknya  dan sudah merias wajahnya secantik mungkin.     

      

Lalu perlahan dia berjalan ke depan pintu rumah untuk mengecek kedatangan Vero, dan ternyata, Vero belum datang juga.     

"Udah, jam segini, tapi kak Vero belum datang juga deh," keluh Laras.     

      

      

Satu jam kemudian, Laras masih menunggu kedatangan Vero, tapi lagi-lagi, Vero juga masih belum datang juga.     

"Ini sudah, satu jam lebih loh, aku menunggu dia datang" tukas Laras.     

"Apa aku telepon saja ya?" ujarnya, dan dengan segera, dia meraih ponsel dari dalam tasnya, lalu dia menelpon Vero.     

      

Drttt....     

'Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif'     

      

"Ah, tu kan gak aktif, kak Vero ke mana sih? Kalau gak niat ajakin jalan mending jangan janjiin orang, bikin kecewa aja!" gerutu Laras.     

Dan Laras pun memutuskan untuk masuk kembali kedalam kamarnya, dan masih mengenakan gaunnya, dia langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur.     

      

Sandra begitu kecewa, awalnya dia sangat bahagia menerima ajakan Vero, tapi nyatanya Vero malah tidak datang dan tidak ada kabar sama sekali darinya.     

      

Kembali Laras meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Vero.     

Tapi hasilnya sama saja, dan nomornya Vero masih tidak aktif juga.     

Akhirnya dengan perasaan kecewa bercampur malas dan kesal, Laras melucuti pakaiannya dan berganti dengan  pakaian santai, seta menghapus makeup-nya.     

      

Tok tok tok!     

"Iya sebentar!" teriak Laras.     

Ceklek!     

"Ada apa, Ma?"     

"Loh, katanya kamu mau pergi, kok masih di rumah sih? Gak jadi ya?" tanya sang ibu.     

"Ah, gak tau ah, Ma!" ketus Laras.     

"Yasudah, kalau gitu kamu istirahat terus tidur aja, Mama, mau pergi ke tempat nenek dulu ya,"     

"Iya, Ma!"     

"Senyum dong!" rayu sang ibu.     

"Iya!" jawab Laras sambil tersenyum dengan terpaksa.     

      

      

      

Masih dengan perasaan kesal dan bercampur kecewanya, Laras berada di dalam kamar sambil asyik menekan-nekan layar ponselnya bermain game online.     

      

Krucuuk....     

"Ah, sial, pekai acara lapar segala lagi!" keluh Laras, lalu dia pun turun dari kasus dan keluar kamar.     

"Si  Abang Bakso, udah mangkal di depan belum ya?"     

Laras turun dari lantai atas  dan mengintip  dari depan jendela ruang tamu.     

Dan benar saja, di tukang bakso langganannya sudah mangkal di depan rumahnya.     

Dengan segera Laras mengambil mangkuk dari dapur untuk membeli bakso di depan rumah itu.     

      

Ceklek!     

Laras membuka pintunya, "Baaang!" teriak Laras.     

Lalu dia menghampirinya     

      

"Bakso bang, yang gak pakek sayur, sambal dan sausnya di banyakin," ujar Laras.     

"Siap, Neng!"     

Setelah pesanannya selesai di buat, Mentari membawanya masuk ke dalam rumah.     

Tapi baru akan membuka pintu, tiba-tiba datang sebuah mobil sport warna merah yang, berhenti tepat di depan rumahnya.     

Ceklek!     

Seseorang keluar dari dalam mobil itu.     

Dan orang itu adalah Vero.     

"Hah?! Kak Vero?" tukas Laras yang tampak syok dengan mata melotot.     

'Gila, Kak Vero ganteng banget, pakek jas begitu' batin Laras.     

"Maaf ya, Ras, aku telat jemput, soalnya tadi ada meeting dadakan" ujar Vero.     

"Iya," jawab Laras, agak kesal.     

"Ku, marah ya?" tanya Vero.     

Dan Laras segera menggelengkan kepalanya.     

"Tapi, mukanya kayak kesel gitu?" tanya Vero memastikan.     

      

Huuuut...     

Laras pun mendengus kesal, tapi anehnya saat dia hendak marah, tidak bisa wajah Vero terlalu sempurna bagi Laras, saat ini.     

Padahal kalau di ingat-ingat tadi dia benar-benar sangat kesal.     

Sudah dandan cantik-cantik dan menunggu sampai berjam-jam tapi, Vero tidak kunjung datang juga.     

Dan sekarang saat dia sudah mencopot gaun dan menghapus habis riasannya, Vero malah datang. Di tambah lagi pakek bawa-bawa mangkok bakso segala di tangannya.     

"Kirain aku, Kak Vero, gak bakalan datang!" ketus Laras.     

"Sekali lagi aku minta maaf ya, Ras. Karna aku benar-benar gak menyangka bakalan ada meeting penting dadakan begini," pungkas Vero.     

"Iya, Kak, gak apa-apa kok," jawab Laras, dengan nada sudah mulai rendah dari nada sebelumnya.     

"Beneran kamu udah gak marah ni?" tanya Vero.     

Dan Laras pun menggelengkan kepalanya, "Iya, Udah enggak kok" jawab Laras.     

      

'Gimana mau marah, kalau muka orang yang di marahin ganteng begini," batin Laras sambil tersenyum-senyum sendiri.     

Dan menyadari hal itu tidak benar, Laras pun menepuk-nepuk wajahnya sendiri.     

'Sadar! Sadar, Laras' batinnya lagi.     

      

      

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.