Bullying And Bloody Letters

Bertemu Melisa



Bertemu Melisa

0Sambil memandangi semangkuk bakso yang baru sana dia beli, Laras tampak canggung menatap Vero.     
0

Karna penampilannya benar-benar apa adanya. Rambut kuncir kuda, kaos oblong, celana kolor dan juga menggunakan sendal jepit.     

      

"Loh, kok cuman dilihati aja sih, di makan dong baksonya," ujar Vero.     

"Eh iya, Kak, lupa hehe," Laras tertawa kecil sambil tersipu malu.     

"Kak Vero, mau?" tanya Laras.     

"Enggak ah, aku udah kenyang," jawab Vero.     

'Ya ampun kalau makan dilihati Kak Vero begini, aku jadi malu, makanya kudu jaga sikap, dikit-dikit aja kali ya, biar kelihatan manis' batin Laras     

"Jadi enggak nih, nontonnya?" tanya Vero.     

"Uhuuk! Ummp!" Bola bakso dari mulut Laras pun sampai lompat dari mulut Laras, dan mengenai baju Vero.     

"Maaf, Kak?" ujar Laras sambil mengelap-elap baju Vero dengan selembar tisu.     

"Eh, iya gak apa-apa, dan maaf, gara-gara aku ngajakin ngobrol kamu jadi tersedak," tukas Vero.     

"Oww, gak apa-apa kok, Kak," ujar Laras.     

      

Lalu Laras pun berhenti memakan bakso, karna dia sudah terlanjur malu dengan Vero.     

Yang awalnya sedang jaga sikap biar terlihat manis malah bertingkah konyol yang membuatnya menjadi malu.     

Akhirnya dia lebih memilih menahan cacing-cacing di perutnya terus berdemo.     

      

"Kita, jadi pergi enggak nih?" tanya Vero sekali lagi.     

"Jam berapa ini kak?"     

"Masih sore kok, baru jam Tujuh,"     

"Emm, jangan ke bioskop deh kak,"     

"Terus mau kemana?"     

"Kita, pergi ke kafe aja, yang ada live music-nya,"     

"Owe, gitu ya?"     

"Iya,"     

      

Kryukk....     

Perut Laras kembali berbunyi.     

"Bunyi apa tuh?" tanya Vero.     

"Eh, gak tau bunyi apa?" Laras pun menjadi salah tingkah.     

Dia memegang perutnya dan menekannya, agar tidak bersuara lagi.     

"Kamu lapar ya?"     

"Eh, eng-gak,"     

"Serius, abisin dulu dong baksonya. Dari pada kamu pingsan di jalan," ujar Vero.     

"Ih, gak mau—"     

"Aku suapin ya?"     

Vero langsung mengambil mangkok itu dan langsung menyuapi Laras.     

'Oh my God, mimpi apa aku semalam, sampai di suapi sama Kak Vero begini. Gak nyangka bisa berduaan bareng sama idola, by the way, Cinta bakalan marah sama aku enggak ya?' batin Laras.     

Dan seketika bulu kuduknya langsung berdiri.     

      

Laras memegangi di bagian lehernya, 'Apa jangan-jangan, Cinta datang?' bicaranya di dalam hati.     

"Ada apa, Ras?"     

"Kak Vero, ngerasa merinding enggak?"     

"Hah?!" Vero memegangi leher bagian belakangnya sendiri.     

"Enggak!" jawab Vero.     

"Ih, masa sih?"     

"Iya, bener! Emang kenapa sih, Ras?"     

"Akun takut, Cinta datang dan dia bakal cemburu kalau kita pergi bareng, gak lucu, 'kan kalau aku di teror sama, Cinta?" pungkas Laras.     

"Hah?! Tapi, kan kita gak ngapa-ngapain? Lagian aku sama kamu kan cuman teman?" sangkal Vero.     

"Iya, juga ya? Apa jangan-jangan aku merinding karna merasa paranoid aja lagi." Gumam Laras.     

      

      

Dan akhirnya, Laras pun mau menerima ajakan Vero.     

Dia kembali mengenakan pakaian yang sempat dia tanggalkan tadi, dan kembali memoles wajahnya dengan makeup.     

"Anggap aja pergi sama artis idola, jangan berpikir kalau ini kencan, hey, wahai, Laras!"  ucapnya yang menyadarkan dirinya sendiri.     

"Cinta, jangan marah ya, aku gak suka kok sama, Kak Vero, aku cuman seorang Fans yang tidak tahu diri hik,"     

      

Dan setelah itu dia keluar dari dalam. Kamarnya  untuk menemui Vero.     

"Ayo, Kak, aku udah siap!" ajak Laras.     

"Ok!" jawab Vero dan akhirnya mereka pun pergi.     

      

      

      

      

Dan beberapa menit telah berlalu mereka pun sampai di cafe tujuan.     

"Kamu mau pesan apa?" tanya Vero.     

"Ah, terserah Kaka aja, aku pemakan sembarang kok,"     

"Oh, gitu?"     

"Sebenarnya aku masih kenyang lo, Kak, gara-gara bakso yang tadi,"     

"Ya, gak apa-apa dong, makan lagi, anggap aja lagi nyemil,"     

"Haha, yang ada kalau nyemil makanan berat begini aku bakalan gemuk, Kak!" kelakar Laras.     

"Gak apa-apa gemuk yang penting sehat, 'kan?"     

"Haha! Kak Vero bisa aja!"     

      

Di saat Vero dan juga Laras sedang asyik mengobrol, tiba-tiba dari kejauhan tampak Melisa sedang melihat ke arah Vero dan juga Laras yang tengah asyik mengobrol itu.     

      

"Siapa gadis itu? Dan kenapa terlihat akrab sekali dengan, Vero," ujar Melisa.     

Netra Melisa terus terarah kepada Laras.     

Dia mulai cemburu dan merasa penasaran tentang siapa Laras itu.     

"Aku gak akan tinggal diam, dan aku bakalan cari tahu siapa gadis itu!"     

Perlahan Melisa berdiri dari tempat duduknya lalu dia berjalan menghampiri meja tempat di mana, Laras dan juga Vero sedang makan.     

"Hay, Ver," sapa Melisa dengan ramah.     

Vero pun mendongakkan kepalanya dan melihat sesat ke arah Melisa.     

Dan setelah itu, dia membuang muka dan. Kembali melihat ke arah Laras.     

"Ras, kita pindah aja yuk!" ajak Vero.     

"Pindah? Tapi kenapa, Kak? Pesanan kita kan baru aja siap?" ujar Laras.     

"Ah, pokoknya pindah!" ajak Vero, dan dia menarik paksa tangan Laras.     

"Tapi, Kak—"     

"Udah! Pokoknya ayo cepat pergi!" ajak  Vero.     

Laras menatap sesaat kearah Wanita yang berdiri di balik pundak Vero itu.     

Laras tampak sangat penasaran tentang siapa nama wanita itu, dan mengapa Vero sampai mengajaknya pergi karna kehadiran wanita itu.     

      

"Kak, dia siapa?"     

"Udah ayo! Biar nanti aku ceritakan kepadamu!" sahut Vero dan tangannya masih menarik tangan Laras dengan kuat.     

Laras pun terpaksa mengikuti ajakan Vero karna tubuhnya memang terseret.     

Sementara Melisa masih menatap Vero dan Laras dari kejauhan.     

Mereka berdua terus berjalan menjauh, dan mulai hilang dari pandangan Melisa.     

Melisa pun tak tinggal diam, akhirnya dia langsung lari, keluar dar Cafe, lalu di depan cafe dia melihat ada mobil Vero yang ada Vero dan Laras di dalamnya. dan perlahan kaca jendela mobil mulai tertutup, tapi Melisa sudah terlanjur tahu jika mobil itu miliknya Vero.     

Dan akhirnya Melisa juga masuk ke dalam mobilnya dan turut mengejar mobil Vero dari belakang.     

      

      

Tak lama Vero berhenti di sebuah restoran seafood.     

Vero dan Laras pun menuruni mobilnya dan masuk kedalam restoran itu.     

      

"Jadi mereka itu lagi, berkencan ya?" gumam Melisa.     

Melisa mulai mencari tempat duduk yang aman, dan tentunya agar dia bisa memantau apa saja yang di lakukan Laras.     

"Gadis itu, tampaknya sangat menyukai Vero,"     

Melisa menatap tajam lagi mereka berdua.     

"Ya, aku gak akan tinggal diam, Vero itu milikku, selamanya tidak ada wanita yang boleh bersamanya, kecuali aku." Tukasnya.     

      

Sementara Laras dan Vero, masih tampak asyik mengobrol.     

"Kak, gadis yang tadi  siapa?" tanya Laras.     

"Dia itu Melisa," jawab Vero.     

"Hah?! Melisa?!"     

"Iya,'     

" Oww, jadi itu alasannya kenapa Kak Vero, ngajakin aku pergi,"     

"Iya,"     

"Cantik juga ya, orangnya, mukanya agak-agak bule gitu," puji Laras.     

"Percuma cantik kalau hatinya jelek," celetuk Vero.     

"Ah, iya, sih!"     

      

      

      

      

Laras dan Vero terlihat sangat dekat di mata Melisa, membuat hatinya semakin memanas.     

"Hari ini juga akan aku pastikan gadis itu tidak akan lagi bisa bertemu dengan Vero!" ujarnya sambil mengepalkan tangannya.     

Tapi tiba-tiba datang seorang gadis, yang berdiri tepat di hadapan Melisa dan menatapnya dengan tajam.     

Seketika Melisa pun sampai kaget.     

"Cinta?!"     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.