Bullying And Bloody Letters

Mimpi Melisa



Mimpi Melisa

0Laras dan Vero terlihat sangat dekat di mata Melisa, membuat hatinya semakin memanas.     
0

      

"Hari ini juga akan aku pastikan gadis itu tidak akan lagi bisa bertemu dengan Vero!" ujarnya sambil mengepalkan tangannya.     

      

Tapi tiba-tiba datang seorang gadis, yang berdiri tepat di hadapan Melisa dan menatapnya dengan tajam.     

Seketika Melisa pun sampai kaget.     

      

"Cinta?!" tukas Melisa, dan dia segera mengusap kedua matanya dengan kedua tangannya. Dan bayangan Cinta pun lenyap dari hadapannya.     

"Huhhh... rupanya aku sedang berhalusinasi," ujarnya.     

Lalu dia pun segera mengambil tasnya dan bergegas untuk pergi mengikuti Laras dan Vero yang kebetulan hendak pergi juga.     

      

      

      

***     

      

      

Sepulang dari restoran seafood itu,  Vero mengantarkan Laras pulang.     

Dan tentunya, Melisa pun juga mengikuti mobil Vero dari belakang.     

      

Setelah sampai di depan rumah, Laras, Vero pun pergi.     

"Ras, makasi ya, buat hari ini. Udah mau temani aku jalan-jalan, sekarang aku udah gak suntuk lagi nih," ujar Vero.     

"Sama-sama, Kak, aku juga senang banget bisa jalan-jalan sama Kak Vero," Sahut Laras,     

"Yaudah, aku pulang dulu ya?"     

"Iya, Kak!"     

"Daa!"     

"Daaah!"     

Mobil Vero melaju kencang, meninggalkan Laras, dan Laras hendak masuk ke dalam rumahnya.     

Di saat itu pula Melisa, pun datang menghampiri Laras.     

      

"Hay!" sapa Melisa.     

"Ha...y," balas Laras.     

"Ada hubungan apa kamu dengan, Vero,"     

"Teman, Fans, dan lain-lain, kenapa memangnya?" tanya Laras.     

"Kamu tahu enggak siapa, Vero itu?"     

"Tahu, dia itu mantan penyanyi terkenal," jawab Laras santai.     

"Kalau di lihat kamu itu orangnya sangat berani ya?"     

"Emang kelihatan banget ya?" jawab Laras.     

Laras memandang wajah Melisa dengan tatapan yang sangat kesal.     

Karna dia sudah tahu jika Melisa itu gadis yang sangat jahat, dan dia adalah orang yang sudah membunuh Cinta bersama Fanya temannya.     

Dan Laras juga tahu jika kehadiran Melisa di sini sudah pasti karna ada niat buruk kepadanya, apalagi Melisa baru saja melihat Laras pergi bersama Vero.     

"Kamu ngapain ke sini?" tanya Laras.     

"Untuk mengingatkan kamu!" tegas Melisa.     

"Soal, Vero?"     

"Wah, kamu cekatan juga ya? Padahal aku belum berbicara kepadamu, kalau aku mendatangi mu karna, Vero,"     

"Iya, aku orangnya memang sangat peka!"     

"Bagus kalau begitu, bisa kan kalau kamu itu menjauhi Vero dari sekarang?!" cantas Melisa.     

"Kenapa harus begitu?!"     

"Ya, karna Vero itu cuman milikku! Aku tidak akan membiarkan siapa pun mendekati Vero. Bagiku, Vero itu adalah segalanya. Dan hanya di takdirkan untukku!" pungkas Melisa.     

"Wah, memang kamu itu siapa ya?!"     

"Kamu gak tahu siapa saya?!"     

Dengan polosnya Laras menggelengkan kepalanya dan berkata, "Enggak tuh, sumpah!" ujar Laras sambil mengacungkan dua jarinya.     

"Aku itu Melisa, anak pengusaha kaya raya di negara ini!"     

"Dan seorang, wanita gangguan jiwa yang sampai sekarang masih tergila-gila sama pria yang sama sekali tidak menaruh rasa kepadamu?!"     

      

Seketika Melisa pun terperangai sambil membuka mulutnya yang reflek karna kaget, entah bagaimana bisa ada seorang gadis seperti Laras yang tiba-tiba berani berkata seperti itu kepada dirinya.     

"Eh, kamu pikir kamu itu siapa bisa bicara begitu?" tanya Melisa.     

"Oh, iya! Kita belum berkenalan ya," ujar Laras, dan Laras pun mengulurkan tangannya, "Laras!"     

Melisa menatap ke arah tangan Laras, tanpa sedikit ada niat untuk menyambutnya.     

"Oh, gak mau ya?" Segera Laras menurunkan kembali tangannya, "ok gak apa-apa kalau gak mau menyambut tanganku sih, aku gak masalah kok," ujar Laras.     

      

"Sekali lagi, ya tinggalkan, Vero atau kalau tidak kamu akan—"     

"Akan apa? Akan mati seperti, Cinta?!" cantas Laras.     

Kembali Melisa di buat kaget lagi dengan apa yang sudah di ucapakan oleh Laras.     

'Dari mana gadis ini, bisa tahu kalau aku yang sudah membunuh, Cinta?' batin Melisa yang bertanya-tanya.     

      

"Kenapa kamu diam? Kamu lagi mikirin kenapa aku bisa tahu semuanya ya?" tanya Laras.     

Dan Melisa pun seketika terdiam tak bergeming.     

"Ingat setiap perbuatan pasti ada balasannya. Kamu dan Fanya memang teman yang cocok, sama-sama gila! Dan aku yakin, kamu pun akan bernasib sama dengan Fanya!" cantas Laras.     

"Apa maksud kamu?!"     

Melisa benar-benar tidak tahu jika sebenarnya, Fanya sudah meninggal.     

"Memangnya ada apa dengan, Fanya?!" tanya Melisa.     

"Memangnya kamu tidak tahu kalau Fanya sudah meninggal?!"     

"Fanya meninggal?!" Melisa pun sangat kaget karna mendengar berita ini.     

"Astaga! Kamu benar-benar tidak tahu sahabat karib dan teman sesama gila kamu itu udah gak ada?! Kamu itu kemana aja sih, Mel?!" sindir Laras.     

"Aku, baru saja pulang dari USA, dan aku memang beberapa hari ini tidak berhubungan dengannya, karna memang  nomor ponselnya tidak aktif,"     

"Ok, saranku, sekarang kamu, pulang dan cek berita tentang Fanya lewat Internet. Dan aku sekarang mau tidur di, aku ngantuk!"     

Dan Laras pun segera membuka gerbangnya dan masuk ke dalam rumah.     

Sementara Melisa masih berdiri di depan gerbang rumah Laras dengan rasa penasarannya.     

      

      

Akhirnya Melisa pun pergi dari rumah Laras.     

Dan setelah sampai di rumahnya, Melisa langsung membuka ponselnya dan mencari berita tentang Fanya.     

Dan benar saja dia menemukan artikel yang memuat berita tentang seorang gadis yang meninggal di sebuah apartemen dengan kepala yang terpenggal dan sampai sekarang belum di temukan apa yang menyebabkan meninggal dan siapa yang membunuhnya.     

Bahkan sidik jari pelaku juga tidak di temukan.     

      

"Jadi benar kalau, Fanya itu sudah mati ya?" ujar Melisa.     

"Lalu siapa pembunuhnya? Dan aku merasa sudah ketinggalan berita tentang sahabatku sendiri kalau begini!"     

Huuftt....     

Melisa menghela nafas panjang, lalu dia merebahkan tubuhnya dan tidur.     

      

Dan tak lama kemudian, Melisa pun bermimpi, dia berjalan di sebuah tempat yang gelap, banyak pepohonan dan dia pun melihat sebuah lubang kuburan yang terlihat tidak asing baginya.     

Yah, itu adalah lubang yang di buat sekitar 3 tahun yang lalu, dan dia menggunakannya bersama Fanya untuk mengubur Cinta.     

"Lubang ini, kan?"     

Melisa melihat ke bawah dan ternyata ada tubuhnya yang sedang terbaring kaku. Padahal harusnya tubuh Cinta yang berada di bawah itu.     

Melisa pun begitu syok melihat hal itu, dia tak mengerti apa maksud dari semua ini, kenapa tubuhnya bisa terbujur kaku berada di tempat itu dan di penuhi oleh luka tusukan dan darah.     

Melisa yang ketakutan pun langsung beranjak pergi untuk meninggalkan tempat itu.     

Melisa sangat ketakutan, dia berlari sekencang-kencangnya namun di tengah jalan, kakinya malah menabrak sesuatu.     

"Apa ini?!"     

Melisa melihat ke bawah dan dia mendapati ada sebuah kepala yang tersangkut di kakinya.     

Melisa kembali terkejut saat melihat kepala itu adalah kepalanya Fanya.     

Dan tak jauh dari letak kepala itu, ada bagian tubuh Fanya yang tergeletak.     

Seketika, Melisa pun berteriak histeris.     

"TOLONG!" teriaknya.     

Lalu dia pun akhirnya terbangun.     

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.