Bullying And Bloody Letters

Teror Lewat Mimpi



Teror Lewat Mimpi

0Drttt....     
0

      

Ponselnya kembali bergetar, dan Melisa pun segera mengangkatnya.     

      

"Halo!"     

      

"...."     

      

"Halo!"     

      

".... "     

      

"Ini siapa?"     

      

"...."     

      

"Woy! Ini siapa!?" Melisa tampak geram.     

      

"Haha haha haha haha haha!" tertawaan si penelpon.     

      

Lalu Melisa mengecek bagian nomor ponsel itu, dan ternyata ponselnya dalam keadaan normal tanpa panggilan.     

"Loh, gak ada panggilan kok ada suara?" tukas Melisa.     

"Gimana bisa, seperti ini?"     

Melisa tampak keheranan, dia mulai berpikir apa yang di ucapkan oleh ayahnya tadi ada benarnya.     

'Apa benar ya kalau aku ini sedang berhalusinasi, seperti apa yang di ucapkan oleh ayah!"     

Melisa mulai bingung harus bagaimana.     

"Sebaiknya aku segera meminum obat penenang dan segera tidur!" ujarnya,     

Dan dia segera mempercepat langkahnya.     

      

Ceklek!     

Melisa membuka pintu kamarnya, dan kembali dia menyalakan lampu, serta berbaring di atas kasurnya yang empuk.     

Sambil menarik selimutnya.     

"Hah, tidur lagi ah!"     

Dan setelah tertidur, kembali pikirannya di permainkan oleh teror dari Cinta yang terus mengganggunya.     

      

Cinta kembali mengganggu Melisa lewat mimpi.     

Melisa merasa sedang terjaga di atas tempat tidurnya yang sekarang ia tempati, tapi anehnya bercium bau busuk yang menyengat menusuk hidung.     

Suasana kamarnya berubah menjadi gelap, padahal jelas-jelas saat dia tertidur dia menyalakan lampunya.     

Sangat aneh tiba-tiba, kamarnya menjadi gelap gulita dan sangat bau bangkai seperti ini.     

Melisa berusaha untuk bangkit dari tempat tidurnya dan mencari tombol on lampu kamarnya.     

Tapi saat dia mulai menekan tombol itu tiba-tiba ada sesuatu yang menabraknya hingga Melisa pun kembali terjatuh di atas kasur.     

Kembali aroma bangkai itu menyerang indra penciumannya hingga membuatnya sulit bernafas.     

Dan dia melihat sesuatu yang menabraknya itu adalah mayat berseragam sekolah yang kini sudah membusuk.     

Dan sedang ambruk menjatuhi tubuhnya. Melisa pun ketakutan dan berteriak sejadi-jadinya.     

Dan mendorong tubuh si mayat itu hingga jatuh di atas lantai.     

Wajah dan perawakan si mayat, terasa tidak asing baginya.     

      

Yah, jasad yang setengah membusuk itu adalah jasadnya Cinta.     

"CI-CINTA?!"  teriak Melisa yang kaget dan syok.     

Dan seketika kedua bola mata mayat itu langsung terbuka, dan melotot tajam setelah itu dia bangkit dan mengejar Melisa.     

Melisa berlari terbirit-birit dan segera menuju pintu kamar, tapi sayangnya pintu kamar itu terkunci dan sama sekali tidak bisa terbuka.     

Melisa seketika panik, dan kembali kamar itu berubah menjadi gelap gulita dan dipenuhi aroma bangkai yang sangat menyengat hidungnya.     

      

"AKHHHHHHH!" teriak Melisa yang benar-benar sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.     

Ceklek!     

"Non! Non! Non Melisa! Bangun, Non!" teriak sang asisten rumah tangga yang mencoba membangunkan Melisa.     

Sambil menepu-nepuk wajah Melisa dengan cepat, "Bangun, Non!" teriak ART itu.     

Dan seketika Melisa terbangun, dan mendapati sudah ada di dalam kamarnya dan dalam keadaan lampu kamar yang menyala terang, bahkan ruangan kamar juga terlihat sangat rapi dengan bau harum dari lilin aroma terapi yang ia nyalakan sebelum tidur.     

Dan tidak ada sama sekali bau bangkai yang menyengat hidung seperti tadi.     

      

"Mbak yang nyalain lampunya ya?" tanya Melisa kepada sang asisten rumah tangga.     

"Eh, enggak kok, Non. Kan dari tadi lampunya memang menyala, dan saya bisa masuk kemari juga karna, Non Melisa, yang tidak mengunci pintu dan teriak-teriakkan di dalam kamar," tutur si asisten rumah tangga itu.     

"Hah?! Yang benar aja sih?!"     

Melisa langsung terbangun dan kembali meneguk segelas air putih yang ada di atas mejanya.     

Setelah itu dia mulai menenangkan dirinya sambil menarik rambutnya dari depan ke belakang dengan gerakan sedikit menjambak.     

      

"Sebenarnya apa yang sudah terjadi kepadaku? Kenapa bisa begini? Aju ini masih waras, kan?" tukasnya.     

Akhirnya Melisa memilih untuk pergi jalan-jalan sebentar.     

Karna dia pikir halusinasinya itu karna dia yang terlalu suntuk bercampur stres.     

Apalagi, dia masih merasa syok dan kaget dengan meninggalnya Fanya yang secara tiba-tiba dan juga secara mengenaskan itu.     

      

      

Perlahan dia memasuki mobilnya dan berlalu pergi.     

Sambil menyalakan musik dengan kencang.     

Melisa belum tahu kemana tujuannya akan pergi, yang terpenting hatinya saat ini bisa tenang dan tidak berhalusinasi lagi.     

      

Sambil mengendalikan kemudinya, Melisa mulai berpikir untuk pergi ke rumah Vero saja.     

Dia pikir mungkin kalau bertemu Vero hatinya akan merasa tenang, dan ketakutan serta rasa cemasnya bisa hilang saat bersama Vero.     

Walau pun Vero pada kenyataannya, sangatlah membencinya dan paling tidak suka dengan dirinya.     

      

Menurut Melisa itu tidak masalah, yang penting dia bisa bersama dan melihat wajah Vero dari dekat baginya sudah lebih dari cukup untuk saat ini.     

      

Setelah beberapa menit berlalu akhirnya Melisa sampai juga di rumah Vero.     

"Vero, ada di rumah enggak sih?" ujarnya.     

Melisa mulai menekan bel pintunya.     

Setelah beberapa kali menekan tombol itu, muncullah Sarah ibunya Vero yang membukakan pintu rumahnya.     

      

Ceklek!     

"Selamat pagi, Tante," sapa Melisa dengan ramah.     

"Pagi," jawab Sarah dengan muka datar,     

"Tante, Vero-nya ada?"     

"Vero? Enggak ada!" ketus Sarah.     

"Emm, maaf kalau boleh tahu, Vero kemana, Tante?"     

"Tante, gak tahu dia kemana!" ketus Sarah lagi.     

      

      

'Tante Sarah, kok aneh banget sih? Padahal dulu dia baik banget kalau aku datang kemari bersama Fanya' batin Melisa.     

      

Sarah, sengaja bilang kalau Vero tidak ada di rumah, agar Melisa segera pergi.     

Dulu Sarah memang sangat menyukai Melisa, karna Melisa adalah anak yang cantik, baik, dan juga kaya raya.     

Melisa yang berteman akrab dengan Fanya, dan juga sangat menyukai Vero si anak sulungnya, dan Melisa adalah anak yang selalu royal kepada dirinya.     

Dia selalu datang ke rumah dengan membawa oleh-oleh yang mahal untuk Sarah.     

Namun seiring berjalannya waktu dan setelah dia tahu, jika Melisa adalah gadis gila yang bisa melakukan apa pun untuk mendapatkan keinginannya.     

Kini Sarah mulai membencinya.     

Apa lagi, gara-gara Melisa, Fanya putri tercintanya, harus menjadi seorang pembunuh.     

      

"Tante, kok sekarang, sikapnya, agak beda gitu sih, sama aku?" tanya Melisa.     

"Ah, mungkin itu perasaan kamu aja. Dan maaf ya, Melisa, Tante sedang ada perlu, jadi Tante harus pergi sekarang juga, dan bukanya Tante juga mengusirmu ya?"     

"Ah, gitu ya, Tante. Tapi, apa benar Vero lagi gak ada di rumah?"     

"Kamu gak percaya ya?"     

"Ya, bukanya begitu, nomor telepon Vero juga tidak aktif, apa Tante juga punya nomor barunya Vero?"     

"Ah soal itu...."     

'Aduh, aku harus cari alasan apa lagi ini?' batin Sarah.     

Namun saat mereka tengah asyik mengobrol tiba-tiba Vero malah keluar dari dalam kamarnya.     

Karna Vero benar-benar tahu kalau Melisa datang kemari.     

      

Seketika Melisa pun terkejut sekaligus bahagia saat melihat Vero baru saja keluar dari dalam kamarnya.     

      

      

      

To be continued     

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.