Bullying And Bloody Letters

Lari Dari Masalah



Lari Dari Masalah

0"Tante, kok sekarang, sikapnya, agak beda gitu sih, sama aku?" tanya Melisa.     
0

"Ah, mungkin itu perasaan kamu aja. Dan maaf ya, Melisa, Tante sedang ada perlu, jadi Tante harus pergi sekarang juga, dan bukanya Tante juga mengusirmu ya?"     

"Ah, gitu ya, Tante. Tapi, apa benar Vero lagi gak ada di rumah?"     

"Kamu gak percaya ya?"     

"Ya, bukanya begitu, nomor telepon Vero juga tidak aktif, apa Tante juga punya nomor barunya Vero?"     

"Ah soal itu...."     

'Aduh, aku harus cari alasan apa lagi ini?' batin Sarah.     

Namun saat mereka tengah asyik mengobrol tiba-tiba Vero malah keluar dari dalam kamarnya.     

Karna Vero benar-benar tahu kalau Melisa datang kemari.     

      

      

Seketika Melisa pun terkejut sekaligus bahagia saat melihat Vero baru saja keluar dari dalam kamarnya.     

      

"Itu, Vero!" Dengan penuh antusias menunjuk ke arah Vero.     

"Ah, Vero...." Sarah tampak sangat panik saat Vero muncul. Karna itu artinya kebohongannya terbongkar.     

"Tante, kok bohongin aku sih, tadi, Tante Sarah, bilang kalau Vero gak ada, dan itu buktinya apa?!"     

Melisa tampak kesal dengan Sarah, begitu pula dengan Sarah, meski dia sudah berbohong, tapi sama sekali dia tidak merasa bersalah, karna menurutnya kebohongannya itu untuk kebaikan Vero.     

Toh, Vero juga tidak mengiginkan kehadiran Melisa.     

      

"Kenapa, Tante, diam? Jawab dong, kenapa, Tante, berbohong?!" ujar Melisa.     

"Yah, saya memang berbohong kalau Vero tidak ada di rumah, tapi kenyataannya Vero ada di rumah! Dan itu semua saya lakukan karna memang  Vero tidak akan mau bertemu kamu!" cantas Sarah.     

"Hey! Tante! Saya ini ingin bertemu dengan Vero, bukan dengan Tante! Kenapa Tante pakek acara ngelarang segala?!"     

"Melisa, stop!" teriak Vero.     

"Kenapa kamu kasar sama, Mama saya!?"     

"Ver, Mama kamu udah bobongin aku!"     

"Terus kenapa kalau Mama aku bohong!?"     

"Ya aku gak suka, Ver!"     

"Itu urusan kamu, Mel! Lagian aku memang tidak mau bertemu denganmu!" bentak Vero.     

"Salah aku apa sih, Ver? Kenapa kamu jadi kasar begini?"     

"Kesalahanmu, karna kamu itu jahat, Mel!"     

"Jahat?! Jahat apanya?!"     

"Dasar Ular! Kamu itu pura-pura lugu ya, untuk menutupi segala kejahatanmu! Dan sekarang aku minta kamu mengakui perbuatan jahat kamu dan juga tunjukkan di mana kamu mengubur jasad Cinta!" cecar Vero.     

      

Dan seketika Melisa terdiam mematung, karna entah bagaimana caranya, Vero bisa tahu tentang semua itu.     

Kemarin Laras yang mencecarnya, dan sekarang giliran Vero.     

Entah dari mana mereka bisa tahu tentang rahasia besar yang selama ini dia simpan bersama Fanya.     

Dan ngomong-ngomong soal Fanya  akhirnya Melisa mulai menyadari, jika bisa saja mereka tahu rahasia ini dari Fanya.     

Karna selama ini hanya Fanya lah yang tahu soal ini selain dirinya sendiri.     

      

"Kenapa kamu, diam!? Kamu sedang mencari-cari tahu dari mana aku mengetahui rahasiamu ini ya?!" tanya Vero secara tegas.     

"Ver, tapi—"     

"Tapi apa?! Fanya sudah cerita semuanya kepadaku?!"     

'Emang dasar si Fanya, Bodoh!' batin Melisa.     

"Ver! Ok aku akan mengakuinya! Tapi semua itu aku lakukan karna kamu! Aku gak mau kehilangan kamu!" jelas Melisa.     

"Oh, gak mau kehilangan aku, ya?!" tanya Vero.     

Dan Melisa pun mengangguk-angguk.     

"Iya, Ver! Aku benar-benar gak mau kehilangan kamu!" ucap Melisa.     

"Terus kamu pikir aku ini siapa kamu?!"     

"Ver! Aku menganggapmu adalah segala-galanya bagiku!"     

"Tapi aku menganggap mu bukan siapa-siapa ku!"     

"Ver! Apa sih alasan kamu menjadi jahat kepadaku!?"     

"Kamu itu yang jahat! Kenapa harus bertanya kepadaku!?"     

"Berapa harus aku tegaskan kalau aku melakukan semua ini karna dirimu!"     

"Stop! Membawa-bawa namaku dalam kejahatanmu! Karna aku memang tidak suka dengan mu sejak dulu!" bentak Vero.     

"Aku tidak ingin ada wanita lain dekat denganmu selain aku, Ver!"     

"Kamu pikir perasaan orang itu bisa kamu paksa dan semua harus berdasarkan kehendak mu!?"     

"Iya! Karna aku yakin suatu saat kamu akan mencintaiku, Ver! Aku percaya itu!     

"Kamu itu sudah gila! Dan benar-benar sudah gila!"     

Vero pun segera menarik tangan Melisa dan membawanya keluar.     

"Kamu pergi sekarang juga! Atau kamu bakalan menyesal karna sudah berlama-lama ada di sini!"     

"Ver! Tolong jangan seperti ini kepadaku! Tol—"     

"PERGI!" teriak Vero.     

      

Setelah itu Vero segera menutup pintu rumahnya.     

Sedangkan Melisa terpaksa harus pulang dengan tangan kosong.     

"Aku, tidak layak di perlakukan seperti ini. Aku ini Melisa Cassandra! Semua pria bertekuk lutut di hadapanku! Harusnya Vero itu bangga karna sudah membuatku jatuh hati kepadanya!"     

Dengan perasaan kesalnya Melisa masuk ke dalam mobilnya.     

"Aku pasti akan membalasnya! Aku sudah bilang, kalau kamu itu hanya milikku dan tidak akan aku biarkan wanita lain menyentuhmu! Kalau pun berani berarti dia sudah siap untuk mati!"     

Gumam Melisa sambil melajukan mobilnya.     

      

Mulutnya tak henti mengoceh sepanjang jalan.     

Vero selalu saja menolaknya, padahal selama ini dia sudah melakukan segalanya untuk Vero.     

Tapi Vero tidak pernah menganggapnya sedikit pun.     

      

Laju mobil Melisa semakin kencang saja.     

Tak berselang lama mobil Melisa mengerem mendadak.     

Dia baru saja menabrak seorang pejalan kaki.     

"Dasar sial! Kamu itu sudah bosan hidup ya?!" teriak Melisa kepada pejalan kaki itu.     

Dan Melisa juga mulai keluar dari dalam mobilnya     

Ceklek!     

      

"Hey, kamu sudah bosan hidup ya!?" tanya Melisa.     

"Loh, salah saya apa? Kan, Embaknya yang salah! Nyetir mobil gak tahu arah main kebut-kebutan saja!" ujar pejalan kaki itu.     

"Eh, maksudnya apa malah salahin saya!"     

Bruk!     

Melisa mendorong tubuh wanita itu hingga jatuh di jalanan, dan tepat saat itu  lewat sebuah mobil truk besar dan melindas tubuh wanita pejalan kali itu.     

Seketika Melisa pun panik, dia segera masuk kedalam mobil, lalu melaju kencang meninggalkan tempat itu.     

      

"Ah, sialan!"  umpatnya sambil mengendalikan setir mobilnya.     

"Aduh, di jalanan tadi, 'kan ada CCTV-nya!  Aduh mati!" Melisa menepuk keningnya sendiri.     

"Aku harus bisa segera pergi dari sini. Dan untuk sementara waktu aku bakalan menyimpan mobil ini di tempat yang aman!" tukasnya dengan wajah yang sangat panik.     

"Aku, harus segera, pergi meninggalkan Jakarta untuk sementara waktu. Kalau aku ada di luar negeri tidak akan tahu kan jika pelakunya pembunuhan itu, aku!"     

      

      

Melisa pun menaruh mobilnya di salah satu penginapan milik keluarganya, yang kebetulan letaknya cukup jauh dari tempat tinggalnya sekarang.     

      

      

      

Dan satu hari setelah itu kabar tentang seseorang yang tertabrak truk itu viral di media sosial. Dan bahkan sempat terekam cekcok sebelum kejadian kecelakaan itu.     

Wajah Melisa sempat terekam CCTV. Meski wajahnya tidak terlihat jelas.     

      

Melisa melihat perkembangan berita itu lewat internet, tapi saat ini dia sedang berada di Los Angeles.     

Dan sang ayah mulai mengurus tentang tuduhan pihak kepolisian yang di layangkan untuk Melisa.     

Agar Melisa aman dari kejaran polisi.     

      

      

      

      

      

To be continued     

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.