Bullying And Bloody Letters

Lari Ke Los Angeles



Lari Ke Los Angeles

0Dan satu hari setelah itu, kabar tentang seseorang yang tertabrak truk itu viral di media sosial. Dan bahkan sempat terekam cekcok sebelum kejadian kecelakaan itu.     
0

Wajah Melisa sempat terekam CCTV. Meski wajahnya tidak terlihat jelas.     

      

Melisa melihat perkembangan berita itu lewat internet, tapi saat ini dia sedang berada di LA.     

Dan sang ayah mulai mengurus tentang tuduhan pihak kepolisian yang di layangkan untuk Melisa.     

Agar Melisa aman dari kejaran polisi.     

      

      

Semua akan aman jika ada uang, mungkin itulah gambaran keadaan Melisa saat ini, dia aman dari kejaran polisi karna dia lari ke LA, sementara sang ayah di rumah mengurus kasus-kasusnya agar tidak menjadi panjang.     

Dan karna kasus ini, kini Melisa terpaksa harus tinggal di Los Angeles untuk sementara waktu.     

      

Tapi karna hal itu, hidup Melisa sedikit lebih aman, yang artinya dia bisa terbebas dari terornya Cinta.     

Dia tidak tahu, jika kedatangannya ke Indonesia itu justru akan mempersulit dirinya. Karna Cinta sudah mengincarnya nyawanya untuk membalaskan dendam kepada dirinya.     

Dan sekarang yang ada di pikiran Melisa justru malah hanya Vero, Vero dan Vero.     

Dia benar-benar tidak ingin terpisah lagi dengan Vero.     

Keberadaannya selama bertahun-tahun untuk menyelesaikan studinya di Los Angeles, sudah cukup sangat berat baginya.     

      

Padahal saat pulang ke Indonesia pun dia tetap tidak bisa berpacaran dengan Vero, karna Vero benar-benar tidak suka dengan Melisa.     

Tapi anehnya Melisa tidak pernah ada sedikit pun keinginan untuk mundur mengejar Vero.     

Dia tidak peduli seberapa kali dia harus di tolak dan diacuhkan, baginya yang terpenting adalah, dia bisa melihat Vero.     

Dan sangat yakin jika suatu saat nanti dia akan mendapatkan hatinya Vero.     

Bahkan kalau pun dia tidak berhasil mendapatkannya, maka tidak boleh ada wanita mana pun yang bisa mendapatkan Vero.     

Melisa lebih memilih Vero mati di tangannya dari pada harus melihat Vero mengabaikannya, tapi masih bisa tersenyum dengan wanita lain.     

      

"Vero, Sayangku, aku rindu," tukas Melisa, sambil tersenyum tipis dan memandang ke arah luar jendela.     

Musim semi yang begitu sempurna, mungkin musim ini akan terasa sangat indah jika ada Vero di sampingnya. Tapi sayangnya itu terasa mungkin dan tak mungkin bagi Melisa.     

Mengingat sikap Vero yang masih kasar kepadanya.     

      

"Aku yakin, suatu hari nanti, kamu akan menghabiskan waktu mu di sini bersama ku. Menghabiskan masa tua kita hanya berdua, memandangi bunga bermekaran di musim semi!" tukas Melisa.     

Lalu dia membuka kunci layar ponselnya.     

Dan memandang foto Vero yang tengah tersenyum manis saat bermain band dengan kawan-kawannya dulu.     

      

Meski cukup lama dia tinggal di luar negeri, tapi Melisa selalu memantau keadaan Vero, dan memantau apa saja yang sedang di lakukan oleh Vero serta wanita mana saja yang saat ini tengah dekat dengannya.     

Melisa memantau lewat kabar di  internet. Dan juga akun media sosial Vero.     

Meski berkali-kali Vero sudah memblokir nomor dan akun media sosial Melisa.     

Tapi Melisa tak pernah mau menyerah, dan dia tetap bisa saja mencari informasi tentang kebiasaan apa saja yang sedang di lakukan oleh Vero.     

Bahkan dia sampai menggunakan akun palsu hanya untuk memantau apa saja yang di lakukan oleh Vero.     

      

Dan tak hanya itu, di Indonesia dia memiliki mata-mata khusus untuk memastikan agar Vero tidak berbuat yang aneh-aneh kepada siapa pun. Terutama kepada wanita lain.     

Dan mata-matanya adalah Fanya, adik kandung dari Vero sendiri.     

Fanya selalu memberikan kabar tentang sang kaka untuk Melisa.     

      

Vero mengetahui akan hal itu, jika selama ini sang adik memata-matainya.     

Tentu hal itu membuat Vero merasa tidak nyaman dan menjadi benci kepada Fanya.     

Bagaimana tidak adik sendiri memata-matai kakanya demi seorang gadis yang sangat di benci oleh si kaka.     

      

Akhirnya hubungan Vero dan Fanya semakin memburuk, sampai pada akhirnya Vero memutuskan untuk pindah dari rumah dan tinggal di apartemen sendiri.     

      

Sambil terus memandangi ponselnya, dan melihat senyuman Vero membuat hasrat seorang Melisa untuk mendapatkan Vero kian membara.     

Dia merasa sudah terlalu banyak pengorbanan yang dia lakukan.     

Selama ini dia selalu menolak pria demi Vero, tapi Vero tidak pernah meliriknya sama sekali.     

      

      

"Baik, aku akan memberimu satu kesempatan lagi untuk hidup dan mencintaiku, tapi ... kalau kamu tidak juga mau menerimaku, maka aku terpaksa memilih membunuhku. Mungkin kamu memang takdirkan bersama Cinta, tapi bukan di dunia, tapi di neraka!" gumam Melisa yang mengoceh tidak jelas.     

"Yah, kalian harus sama-sama ke neraka, karna kalau kalian di satukan di dunia ini, aku bisa gila. Aku tidak akan sanggup melihatnya,"     

Kegilaan Melisa masih alam berlanjut, dia masih ada niat untuk kembali ke Indonesia bertemu dengan Vero, dan mendapatkannya, atau dia akan membunuhnya.     

      

Melisa menyadari, jika dia bukan wanita yang seperti wanita pada umumnya.     

Dia akan cenderung gila dengan suatu hal yang dia sukai.     

Termasuk seorang pria, jika sudah menyukai satu peria maka dia tidak akan mau melepaskannya.     

Dan dia tidak akan pernah melirik atau pun menyukai pria lain, meski pria lain jauh lebih baik dar Vero sekalipun.     

      

Sambil duduk di atas kasur, Melisa meraih sebuah botol kecil yang berisi obat penenang yang hendak dia minum saat ini juga. Agar dia merasa tenang dan bisa tidur dengan nyenyak.     

Karna Melisa selalu merasa gelisah dan berpikir yang tidak-tidak jika tanpa  obat-obatan itu.     

      

      

***     

      

      

Sementara itu, di sekolah tampak Mentari sedang asyik mengerjakan tugasnya.     

Dan tak lama Laras pun datang  menghampirinya.     

"Hay, Tari!"     

"Eh, Laras, hey ada apa?"     

"Ada, yang aku mau ceritain ke kamu nih,"     

"Oh, Yaudah ceritain aja," jawab Mentari sambil metanya masih terfokus ke dalam layar monitor laptop untuk mengerjakan tugas-tugasnya.     

"Ih, gimana aku mau cerita, sementara mata kamu aja fokus ke laptop aja!" keluh Laras.     

Lalu Mentari pun segera mematikan laptopnya.     

"Nih, udah aku matikan, kamu mau cerita apa?" tanya Mentari.     

"Eh, jadi gini, aku kemarin jalan- jalan sama kak Vero loh," ujar Laras, dan bercerita dengan penuh antusias.     

"Terus?"     

"Terus apanya?"     

"Ya terus kalian kemarin jalan-jalan ke mana?"     

"Oh, kita ke restoran yang ada di ujung jalan dekat rumahku. Dan di sana kami sudah memesan makanan, tapi sayangnya datang deh, di pengganggu, yang membuat kita pindah!"     

"Hah, pindah kemana? Dan siapa pengganggu itu?"     

"Pengganggu itu adalah, Melisa!"     

"Melisa? Maksudnya Melisa yang sudah membunuh Cin—"     

"Iyalah, siapa lagi!"     

"Dia udah pulang ke Indonesia?"     

"Iya! Dan sampai sekarang dia masih ngejar-ngejar, Vero!"     

Sampai melongo Mentari karna mendengarkan apa yang sedang di ucapkan oleh Laras itu.     

"Kamu tahu tidak, jika Melisa juga mengancamku, dan menyuruhku untuk mendekati kak Vero,"     

"Kalau begitu kamu harus berhati-hati dong, Ras!"     

"Aku sih santai aja! Kalau pun dia berani macam-macam aku bakal lawan!"     

      

      

To be continued     

      

      

      

      

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.