Bullying And Bloody Letters

Rencana Perjodohan



Rencana Perjodohan

0Lalu mereka semua pun duduk dalam satu meja, dan yang membuat Alvin merasa terkejut adalah si gadis anak dari pasangan suami istri itu.     
0

      

"Laras!?" sapa Alvin.     

"Loh, Alvin?!"     

"Loh kalian sudah saling kenal ya?" ujar ayahnya Laras.     

"Iya dong, Pak Rio, mereka itu, kan satu sekolah, hanya beda kelas saja. Dan Alvin sekarang sudah kelas tiga," jelas ayahnya Alvin.     

"Oh, begitu ya, wah kalau begitu baguslah. Jadi mereka tidak perlu berlama-lama untuk tahap penjajakan, karna mereka kan sudah saling kenal!" ujar Rio ayahnya Laras.     

Laras dan juga Alvin tampak sangat kebingungan. Mereka benar-benar tidak tahu apa yang di maksud oleh keluarga mereka. Karna awalnya orang tua mereka bilang sedang ada urusan keluarga.     

Tapi ternyata bukan urusan dari keluarga dari sang ayah atau pun sang ibu melainkan keluaraga dari rekan bisnisnya.     

Dan di ketahui orang tua Laras dan Alvin adalah rekan bisnis sejak lama.     

Dan dalam acara pertemuan antar keluarga ini, mereka berencana menjodohkan Alvin dan Laras.     

Dan kenapa sejak tadi Rossa hanya diam dan menunduk.     

Karna dia sudah tahu semuanya, Rossa tahu jika orang tua Alvin akan menjodohkan Alvin dengan Laras.     

Sementara dia tahu, jika Alvin sangat mencintai Mentari. Hubungan Laras dan Alvin tak lebih hanya sebagai teman baik, tapi meski begitu Rossa tidak berani mengatakannya.     

Karna ini adalah urusan Alvin dan orang tuanya, dia tidak mau di anggap terlalu ikut campur.     

Apalagi, sekarang dia juga sedang menghadapi permasalahannya dengan Jhon mantan suaminya.     

"Maaf, sebelumnya, sebenarnya apa tujuan kalian mengundang kami kemari?" tanya Alvin.     

"Iya, Pah, Ma, maksud kalian apa mempertemukan kami di sini?" tanya Laras.     

Dan seketika Bram ayahnya Alvin langsung angkat bicara.     

"Ehemm! Jadi gini ya, kami datang kemari, karna kami ingin menjodohkan kalian berdua, karna kami pikir hubungan kami sudah sangat baik, dan kalian juga terlihat sangat cocok untuk jadi pasangan. Yang satu cantik, yang satunya juga ganteng," jelas ayahnya Alvin.     

"Hah?! Jadi itu alasan kalian memgajak kami kemari?!" tanya Alvin sekali lagi untuk memastikan.     

"Iya memang itu tujuan kami," jawab ayahnya Laras.     

"Pa! Gak bisa gitu dong! Laras sama Alvin itu cuman temenan, dan Alvin sudah punya pacar di sekolah! Pacar Alvin itu sahabat baik Laras!" pungkas Laras.     

"Alvin dan pacarnya sekarang itu hanya sekedar cinta monyet. Nanti lama-lama juga putus," celetuk ayahnya Alvin.     

"Hah?!" Laras dan Alvin pun sampai kaget secara kompak, karna mendengar pernyaan Bram yang terlalu menyepelekan perasaan Alvin dan Mentari.     

"Ma! Mama, 'kan tahu kalau aju sukanya sama kak Vero? Terus kenapa aku masih dijodohin sama Alvin?!" tanya Laras.     

Dan Wanita paruh bayah itu dengan santai menjawab pertanyaan Laras.     

"Ya kan kamu sendiri yang bilang kalau kamu dan Vero itu hanya sekedar ngefans, dulu kan Vero artis, belum tentu juga kan Vero mau sama kamu,"     

Jlepp.     

Ucapan sang ibu terasa menusuk relung hati Laras.     

"Iya, juga sih," lirih Laras yang merasa tak berdaya.     

"Jadi kamu suka dengan, Vero ya?" tanya Alvin.     

Dan seketika Laras pun tersipu malu. Karna Alvin sudah mengetahui perasaannya kepada Vero.     

Yang selama ini telah dia simpan dan hanya di ketahui oleh Mentari dan juga ibunya.     

"Vin, tapi jangn bilang-bilang sama Kak Vero ya," bisik Laras di telinga Alvin.     

"Loh kenapa?!" Suara Alvin ngegas.     

"Ya, aku malu lah, Vin, by the way ngomongnya pelan aja dong ...."     

"Ih, gak apa-apa Laras, jatuh cinta itu manusiawi. Lagian apa salahnya kalau kamu suka sama Vero, Vero ganteng, dan juga baik!"     

"Iya, tapi kan—"     

"Karna Cinta?!"     

Dan Laras pun menganhhuk-angguk, "Iya, Vin,"     

"Cinta dan Vero itu sudah beda alam, mereka gak bisa bersatu. Lagi pula, aku yakin Cinta rela Vero bersama kamu, dari pada harus dengan Melisa si ular itu!" cantas Alvin.     

"Tapi, Ver. Dia gak mungkin suka sama aku!"     

"Kan, kamu belum pernah tanya! Lagian kata, Tari. Kemarin kamu juga habis jalan-jalan sama Vero, 'kan?"     

"Iya, tapi kan, belum tentu Vero suka sama aku!"     

"Udah, jalanin aja awalnya aku juga gak nyangka kalau Tari ternyata suka sama aku! Bahkan aku menyimpan persaanku sejak aku SD lo!"     

"Iya, juga ya!"     

"La iya, makanya!"     

"Yaudah terus gimana ini, kelanjutannya?!"     

"Ya, kita tolak lah perjodohan ini! Ya kali aku mau duain Tari!"     

"Ok, deal!" Laras mengulurkan tangan ke arah Alvin.     

"Deal!" Alvin menyambut tangan Laras penuh semangat.     

Mereka berdua malah heboh sendiri, sementara para orang tua mereka hanya mamandangi mereka berdua dengan perasaan yang keheranan.     

5 orang itu tak bergeming, seolah hanya sebagai penonton dari percakapan Laras dan Alvin saat ini.     

Karna sudah saking lamanya menjdi penonton akhirnya salah satu dari mereka pun angkat bicara.     

"Kalian ngomongin apa sih? Kenapa malah asyik sendiri? Di sini ada kami juga lo?" sindir Rio ayahnya Laras.     

"Eh, gini lo, Pa. Laras dan Alvin itu gak mau di jodohin, karna kami udah sama-sama suka sama orang lain!" sahut Laras.     

"Ya, gak bisa dong! Kami ini sudah sepakat untuk menjodoh kan kalian, dan ini sudah tidak bisa di ganggu gugat!" tegas Bram ayahnya Alvin.     

"Jangan, gitu dong, Pa. Alvin itu sudah punya pacar!"     

"Papa kan sudah bilang, kalau cinta kamu ke pacar kamu itu hanya sebatas Cinta monyet saja tidak lebih! Jadi kamu bakalan tetap berjodoh sama Laras, karna Laras yang terbaik buat kamu!" tegas ayahnya Alvin.     

"Tapi, Pa—"     

"Sssst! Udah kalian nurut aja!" cantas ayahnya Alvin.     

Laras dan Alvin hanya bisa saling terdiam sepanjang makan malam itu hingga selesai.     

Mereka tak saling bicara, padahal dalam hati mereka sangatlah berpikir keras agar bisa mendapatkan jalan keluar dari masalah ini.     

'Aduh bagaimana ini? Gimana cara cerita sama Tari?' batin Laras.     

'Kalau aku cerita soal ini ke Tari, Tari bakalan sedih banget, tapi kalau aku gak cerita, terus dia tahu belakangan, pasti dia bakalan kecewa banget' batin Alvin.     

Dan tak terasa Satu jam pun berlalu, mereka pun saling berpamitan untuk pulang ke rumah masing-masing.     

***     

Sesampainya di rumah, Alvin tampak sangat uring-uringan.     

Betapa tidak, dia yang hanya mengira sebuah acara keluarga biasa ternyata adalah sebuah pertemuan keluarga.     

Ini sangatlah menyebalkan bagi Alvin.     

Dia dan Laras itu tidak akan pernah bisa jatuh cinta. Karna cintanya Alvin itu hanya untuk Mentari seorang. Gadis yang sudah ia kagumi sejak kecil.     

"Ah, Papa, Mama, itu benar-benar keterlaluan! Ini itu tahun berapa sih?! Kenapa masih di samain dengan jaman dulu!" oceh Alvin.     

"Vin!" panggil Rossa yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya.     

"Tante Rossa," sahut Alvin.     

"Kamu yang sabar ya," ujar Rossa menenangkan Alvin.     

"Tante kenapa dari tadi diam aja sih? Harusnya bilang dong, kalau ini acara perjodohan!"     

"Maaf, Vin. Tante gak enak sama Mama dan Papa, kamu. Nanti Tante, di bilang ikut campur, sebenarnya Tante juga kasihan sama kamu, karna kamu itu cuman cinta dengan Mentari, 'kan?"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.