Bullying And Bloody Letters

Tidak Tahan Lagi



Tidak Tahan Lagi

0"Vin!" panggil Rossa yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya.     
0

"Tante Rossa," sahut Alvin.     

"Kamu yang sabar ya," ujar Rossa menenangkan Alvin.     

"Tante kenapa dari tadi diam aja sih? Harusnya bilang dong, kalau ini acara perjodohan!"     

"Maaf, Vin. Tante gak enak sama Mama dan Papa, kamu. Nanti Tante, di bilang ikut campur, sebenarnya Tante juga kasihan sama kamu, karna kamu itu cuman cinta dengan Mentari, 'kan?"     

"Iya, Tante, benar. Bahkan Alvin juga sudah resmi berpacaran dengan Mentari."     

"Tapi, mau bagaimana lagi, Vin. Tante gak bisa bantu kamu, Tante sendiri juga dalam kesulitan, dan sekarang hanya menjadi beban keluarga kamu. Kalau Tante terlalu ikut bersuara, nanti Papa kamu akan marah kepada Tante. Dan akan mengungkit lagi masalah Tante dulu yang tidak mendengar ucapannya," ujar Rossa.     

"Huh, iya, juga ya Tante, Alvin tahu kok, posisi Tante itu gimana saat ini? Dan dengan Tante mendoakan Alvin agar perjodohan ini gagal, Alvin juga udah senemg banget," ujar Alvin.     

"Iya, Vin. Tante pasti doakan yang terbaik untuk kamu, termasuk tentang rencana perjodohan ini jika memang tidak baik untuk kamu, pasti Tabnte juga akan selalu doakan agar perjodohan ini segera gagal."     

"Iya, Tante, makasi. Hanya Tante Rossa yang paling mengerti tentang Alvin,"     

"Iya, karna di dunia ini, yang paling mengerti Tante, juga hanya keponakan Tante yang genteng ini aja!"     

"Ah, masa?"     

"Iya, Alvin."     

"Bisa enggak, kalau Tante aja yang jadi Mamanya Alvin? Soalnya Mama kandung Alvin udah ikut-ikutan sama Papa,"     

"Ssst, gak boleh gitu dong, Alvin." Hehe, bercanda Tante."     

***     

Suasana rumah terlihat sangat sepi, Mentari baru saja pulang.     

Dia memasuki ruangan dapur tidak ada Yuni, nampaknya dia sedang pergi berbelanja.     

"Mbak Yuni, belum pulang lagi, dan kalau begini aku sendirian dan kak Sandra pasti berada di kamarnya. Kalau begini aku harus buru-buru masuk ke kamar dan menguncinya" gumam Mentari.     

Mentari pun segera menaiki tangga, karna dia takut Sandra akan memergokinya dan tentu saja Sandra akan berbuat yang tidak-tidak kepada Mentari.     

Setelah menaiki tangga, Mentari segera membuka kunci kamarnya, namun pintu belum terbuka, Sandra pun keluar dari dalam kamarnya yang kebetulan kamar mereka itu saling berdampingan.     

"Mentari, baru pulang ya?" tanya Sandra.     

"I-iya, Kak Sandra!" jawab Mentari terbata-bata.     

"Mau makan bareng?" tanya Sandra.     

"Ah, aku udah makan, Kak!"     

"Kamu, itu selalu menghindar dari ku ya? Kenapa?" tanya Sandra.     

'Astaga ini orang, masih belum sadar kenapa aku terus menghindar darinya padahal jelas-jelas dia memang selalu ingin mencelakai ku, wajar kan kalau aku selalu membencinya' batin Mentari.     

"Tari, kamu masih berpikir kalau aku akan mencelakaimu ya?" tanya Sandra.     

Seketika tubuh Mentari menjadi memanas.     

Dia merasa sangat kesal dengan sikap Sandra yang seolah-olah tidak bersalah, padahal, jelas-jelas dia yang sudah mencelakai Mentari saat di pantai.     

Selama ini Mentari sudah terlalu banyak mengalah, bahkan walau sudah di sakiti berkali-kali dia masih bisa memaafkan, hanya karna merasa kasihan dan berharap Sandra bisa berubah.     

Tapi semakin lama dia terlalu mengalah dia menyadari jika Sandra selamanya tidak akan pernah berubah     

Dan percuma saja dia mengalah, ingin rasanya Mentari melawan Sandra sekarang juga, tapi Mentari merasa takut karna dia memang sebelumnya tidak pernah melawan siapa pun bahkan untuk berkata kasar pun dia tak pernah.     

Tapi kali ini dia benar-benar tak tahan lagi, sikap Sandra benar-benar menyebalkan, dan kali ini rasanya dia tidak ingin diam saja, dia ingat keta-kata, Laras bahwa orang jahat itu harus di lawan.     

'Kita tidak boleh terus di injak-injak, karna semakin kita diam itu artinya mereka semakin menang dan merasa di atas awan'     

Berkat ucapan Laras, Mentari pun menjadi berani, dan langsung membalas ucapan Sandra.     

"Tari, dari tadi kamu diam aja! Apa kamu masih berpikir jika aku ini punya niat jahat kepadamu?"     

Brak!     

Seketika Mentari menggebrak pintu kamarnya sendiri dengan kencang, sampai Sandra pun menjadi kaget.     

"Kamu itu apa-apaan sih, Tari? Kenapa menggebrak pintu segala! Bikin kaget aja!" ujar Sandra.     

Brak!     

Kembali Mentari menggebrak pintu kamarnya lagi.     

"Kak Sandra, itu yang apa-apaan?!"     

Mata Mentari melotot tajam dan mandang Sandra nyaris tak berkedip.     

'Si Tari, kenapa sih jadi aneh begitu? Jangan-jangan kesurupan lagi!' batin Sandra.     

"Kenapa, Kak Sandra jadi diam begitu?! Masih mau pura-pura tidak melakulan apa-apa lagi ya?!" cantas Mentari.     

"Maksudnya apa sih?"     

"Ayo jujur, Kak Sandra, kan yang sudah mencelakaiku di pantai?!"     

Kembali Sandra kaget dengan pernyataab Mentari itu.     

Karna tidak biasanya Mentari menjadi kasar dan berani seperti ini.     

Benar-benar terasa aneh bagi Sandra, ini bukan lagi kerasukan, tapi memang ini Mentari yang sedang marah.     

"Tari, kenapa kamu menuduhku seperti itu? Kamu kan tidak ada bukti. Waktu itu kita sedang berada di tengah pantai, dan kamu juga sedang tidak sadarkan diri, bahkan kamu juga Mencekikku!" sangkal Sandra.     

"Oh, ya! Di tengah lautan, lalu ada seseorang yang menarik kaki ku! Lalu siapa pelakunya kalau bukan Kaka!?" sahut Mentari.     

"Hey, aku tidak tahu, Tari! Bisa saja kan hantu penunggu pantai, toh saat itu kamu juga kerasukan arwah jahat ketika dintengah pantai!" sangkal Sandra lagi.     

"Mau sampai kapan, Kak Sandra, mengelak dari ku! Bahkan kebaikan Kaka saat ini pun pasti ada niat jahat tersimpan di hati Kak Sandra!"     

"Eh, kamu ituu keterlaluan ya, Tari. Aku ini tidak ada niat jahat sama sekali Tari. Aku sudah meminta maaf berkali-ali kepadMu, tapi kamu masih meragukan ketulusan ku!"     

"Stop berakting, Kak Sandra! Karna aku sudah tahu semuanya!"     

"Tari! Aku ini gak bohong!"     

"Akhhh!" Mentari mengangkat telapak tanganya dengan dengusan bosan.     

Karna dia benar-benar sudah muak dengan ucapan Sandra itu.     

Sudah berulang kali dia berbohong, seperti ini.     

Dengan segera Mentari membuka pintunya dan masuk ke dalam kamar?     

Dan tepat saat itu juga Sandra menarik tangan Mentari yang hendak masuk ke dalam kamar.     

"Stop!" sergah Sandra.     

Dan Mentari menoleh kearah Sandra.     

"Ada apa lagi sih?!" cantas Mentari.     

Lalu Sandra mendorong tubuh Mentari hingga, terjatuh ke lantai.     

"Ma-mau apa, Kak Sandra!?" tanya Mentari yang sedikit takut.     

"Wah, ternyata rasa takut mu itu masih ada ya?!" Sabdra berjalan mendekat ke arah Mentari.     

"Aku pikir setelah kamu membentakku tadi, nyali mu benar-benar sudah naik sepenuhnya!" Sandra meraih dagu Mentari.     

"Iya, selama ini aku berpura-pura baik kepadamu, untuk mendapat kepercayaan Papa, dan dirimu. Tapi ternyata dirimu yang sekarang tidak sebodoh dulu. Kamubtahu niat burukku yang ingin membunuhmu secara pelan-pelan. Dan setelah aku kamu sekarang mengetahuinya, maka aku akan pastikan, kalau aku akan membunuh secara terang-terangan hari ini juga!"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.